Bab 20. Berdiri di Jalanku

Terdengar suara yang tak asing di telinga Keira di pagi buta. Suara seorang wanita yang sedang mengobrol dengan suaminya. Ia beringsut duduk, lalu segera membersihkan diri.

"Boss, udah mandi belum? Airnya udah aku hangatkan. Kok ngobrol di luar sih Boss," jerit Keira , menyambut bangun tidurnya dengan rasa kesal.

Keira merasa beruntung dan bersyukur memiliki suami. Meski baginya pria tersebut jauh dari kata pantas dan sebutan sebagai orang baik, tapi setidaknya kini ada yang sudah bertanggung jawab dengan hidupnya.

Boss mau sarapan di mana? Di luar apa di sini?" tanya Keira sambil merapikan tempat tidurnya.

"Di luar dong, aku kan mau pamer sama semua karyawan hotel kalau punya istri cantik seperti kamu, Keira," ujarnya sambil merebahkan tubuhnya di pojokan.

"Aku masih bos kamu 'kan?" tanyanya sambil mengerling nakal.

"Iya dong, 'kan biar bayarannya dobel. Aku sudah bilang mau kembalikan pinjaman uang apartemen." Keira mengerucutkan bibirnya sambil berkata.

"Maka layani aku sebagai seorang bos dan juga suami!" pinta Revan, sulit diartikan setiap kalimat yang diucapkannya.

Keira mematung sejenak, kemudian ia berjingkat lalu berlari menghampiri Revan dan menyeretnya ke kamar mandi.

Revan hanya menurut, meski akhirnya ia melontarkan pertanyaan, "Apa kamu mau membantuku mandi?"

Keira menggetarkan langkahnya tepat di depan kamar mandi.

"Baiklah,"balasnya singkat.

Dengan cekatan ia membuka setiap kancing kemeja yang masih melekat di tubuh suaminya. Bahkan saking seriusnya, ia tidak menyadari jika sang suami sedang menatapnya tanpa kedip.

"Terimakasih," ucap Revan lirih.

Namun, Keira mengehentikan pergerakannya. Kemudian berbalik dan berjalan menjauh meninggalkan Revan yang masih mematung.

"Aku tunggu di luar. Aku sudah menunaikan tugasku sebagai seorang istri sekaligus bawahan," teriaknya dengan suara yang semakin menghilang.

Revan hanya menatap punggung wanita itu hingga ia menghilang dari pandangannya.

**

08.00 WIB — Resort Raihan

"Halo Keira , gimana nih malam pertama kalian? Tidurnya nyenyak semalam? Atau Revan terlalu nakal hingga gak ada waktu untuk tidur?" sapa Maggie yang diselingi dengan rentetan pertanyaan mengintimidasi.

"Baik, Tan. Sedikit kurang nyenyak sih. Ah enggak kok," jawab Keira gamang dan susah diterka.

Revan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia kesal di goda pagi-pagi begitu oleh mamanya. Padahal Sud jelas ia menceritakan kalau tidak ada malam pertama.

Bagaimana mungkin Revan memaksa. Meski sebenarnya gairahnya liar tak tertahankan. Tapi sudah pasti gadis itu akan menolaknya.

Merasa canggung Keira berjalan menuju sebuah meja besar, tempat makanan dihidangkan dengan prasmanan. Seorang wanita cantik terlihat mendekati pria yang dipanggilnya suami.

Wajah wanita itu tampak tak asing baginya. Keira berupaya mengingat-ingat bersusah payah.

DEBRA

Tidak mau direndahkan Keira ancang-ancang mengambil sikap. Di saat pertemuan pertama ia sudah mengenal wanita itu beserta karakternya.

Pikiran Keira berkecamuk, seolah tak percaya dengan yang dilihatnya. Dadanya gemuruh memendam amarah melihat wanita yang pernah dikencani suaminya meski hanya semalam itu nekad menemui di tengah-tengah keluarga.

Entah obrolan apa yang sedang mereka bahas. Terlihat Raihan menatap tajam dengan tatapan tidak suka. Sedangkan Maggie terlihat memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung rambut wanita itu.

Nekad sekali wanita itu. Sudah ditolak dan dihina berkali-kali oleh Revan masih juga bersih keras menemuinya.

Keira tak punya upaya dan daya. Perasaan gundah mulai ia rasakan tanpa sebab. Mungkin sebenarnya sudah mengisyaratkan firasat. Mengapa Revan berbincang dengan seseorang pagi tadi.

Langkahnya terasa berat. Tapi ia tetap memantapkan langkah mendekat. Menghampiri suaminya sambil membawakan nampan berisi makanan.

Debra duduk menyilang di tengah keluarga Revan. Ia mengeluarkan sebungkus rokok dari tasnya. Kemudian menyulutnya sebatang.

Di hadapan keluarga Raihan , ia menyemburkan asap yang seketika mengepul. Aromanya yang khas tak kusuka. Tatapannya tajam mengiris ke arah Keira .

"Kamu ini istri atau pelayan?" Debra mencemooh sambil terus menghisap rokok di sela-sela jemarinya.

"Tentu saja aku adalah istrinya. Meski pernikahan ini dilaksanakan diam-diam, tapi dia adalah milikku," tegas Keira mencoba membalas menyerang.

Debra terkekeh, ia menyalakan kamera sambil merekam video. Menyulutkan emosi Revan yang semakin memuncak.

Kemudian ia mengambil gambar Keira sambil berkata, "Halo semua … perkenalkan, wanita yang berpura-pura baik tapi sebenarnya penghibur! Bagaimana tidak? Dari asisten pribadi berubah status menjadi istri, kita ucapkan selamat dulu dong ya. Eh … mungkin saja statusnya sudah berubah jadi pembokat, secara dia membawa nampan."

Seketika Maggie merampasnya kamera di genggamannya. Wanita paruh baya itu gusar, kemudian mengotak-atik alat elektronik tersebut, kemudian melemparkannya ke lantai hingga hancur berkeping-keping.

"Keira menantu kami, tidak seorangpun kami biarkan jika menyakitinya! Menyakitinya, berarti menyakiti keluarga kami! Dan kami tidak akan diam, ingat itu!" ancam Maggie, sambil menyeret Debra menjauh dari keluarganya.

Keira masih diam mematung, kemudian melangkah perlahan meletakkan nampan di atas meja yang sengaja dipih Revan untuk sarapan berdua pagi itu.

Mengetahui Revan hanya diam saja, tidak ada tindakan sama sekali Keira amat kesal.

Seperti hari-hari biasanya, tugasnya memang menyiapkan sarapan pagi untuk Revan sebelum mengawali pekerjaan.

Tatapan Keira beradu dengan pak Raihan yang kini juga menatapnya begitu lekat. Pandangannya matanya berubah teduh seakan kasihan.

"Pagi Om, mau saya ambilkan sarapan?" sapa Keira sekaligus berusaha membaur.

"Umm … nungguin mama Maggie saja Keira," ujarnya seperti tak tega meminta pertolongan Keira.

"Om sukanya apa?" tanyanya lagi. Benar-benar membuat Raihan tak enak hati telah memaksanya menikah dengan putra semata wayangnya yang tak kunjung menikah itu.

"Bubur ayam juga boleh deh kalau mau ambilin. Keira ya mulai sekarang panggil Papa ya, selain papa Revan aku juga sudah jadi papa kamu," ujar Raihan kemudian mendekatkan diri dan memeluk Keira.

Gadis itu hanya mengangguk, meski sebenarnya ia sedang menahan tangis yang dari tadi dibendungnya.

Bukan hanya menyiapkan makanan untuk Raihan, tapi ia justru memanfaatkan waktu untuk berlari menuju kamar mandi.

Ia menangis sepuasnya di sana. Ia begitu geram juga sakit hati pada Revan. Balasan harus ia terima. Rasa kagumnya terkalahkan oleh amarahnya.

Menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi. Keira terkejut menemukan Revan telah berdiri di hadapan pintu. Menunggunya sejak awal dia pergi ke kamar mandi.

Tanpa kata pemuda tampan itu tiba-tiba meraih dan memeluk erat tubuh Keira yang masih mematung.

Mungkinkah suaminya kembali menjalin hubungan dengan Debra? Apa yang membuat gadis itu terus datang dan datang lagi seperti meneror Revan.

Ah Revan tidak peduli. Bahkan ia juga bersikap cuek meski jadi perbincangan di hotel milik ayahnya sendiri.

Meski kesal tapi Keira tidak memungkiri bahwa juga merasa senang dengan kungkungan tangan kekar yang terus melingkar di pinggangnya. Keduanya mengundang perhatian sekeling.

"Maaf," ucap Revan tegas meski tak terkesan lugas.

Di depan seluruh tamu yang menginap di hotel itu, pria itu nekad menunjukkan rasa cintanya untuk Keira.

"Apa kamu masih ragu denganku, Keira ? tanya Revan dengan wajah memelas.

Keira hanya membalasnya dengan anggukan kecil di kepalanya.

Ya. Revan kini telah jatuh cinta kepada Keira , gadis belia yang usianya terpaut jauh dengannya.

— To Be Continued

Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!