Bab 10. Bramantyo Baskara

Keira datang lebih awal pagi itu. Ia segera mencari keberadaan Wina. Menanyakan banyak hal tentang tugasnya. Tak lupa seperti anak baru magang Keira membuat catatan kecil agar mudah mengingat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan.

Pagi itu Wina masih seperti biasa. Terlihat tak bersahabat dengan raut judesnya. Meski tak nyaman, Keira mengesampingkan rasa itu, berusaha bersikap profesional.

“Mbak Wina, kalau sudah semua aku mau kembali ke meja kerjaku. Ya!” pintaku dengan sedikit memelas mencoba mengambil hatinya.

“Tidak perlu meminta ijin, kamu ‘kan anak emas, atau bahkan simpanan Pak Revan pun kita tak pernah tahu. Lakukan saja sesukamu,” ucapnya ketus, dengan tatapan tak suka begitu mengiris.

Gadis belia itu hanya menanggapi biasa saja, ia bersikap kooperatif jika itu menyangkut pekerjaan bahkan memaksakan senyuman kecil untuk wanita yang membencinya. Mencoba acuh meski sebenarnya kesal.

Jam dinding menunjukkan pukul 07.00 WIB.

Keira menatap layar sambil membuka email masuk sesuai yang diajarkan oleh Wina. Entah kenapa pagi ini baginya hari yang berbeda. Sebelumnya, atas dorongan keras dari sang kakak ia menghubungi Bramantyo Baskara.

PING!!!

Bramantyo Baskara

“Pagi cantik, hari ini jadi ‘kan? Ketemu aku. Katanya mau obrolin tentang proyek boss kamu yang kemarin tersendat?”

“Oke, saya siapkan dulu berkasnya, Pak. Setelah itu saya berangkat. Kirimkan saya alamatnya, biar saya cari sendiri naik taxi.”

Gadis itu segera menjawab pesannya via WhatsApp sambil merapikan meja. Sebelum pergi meninggalkan kantor ia menyempatkan meninggalkan pesan singkat di sebuah kertas yang ia tempelkan di layar laptop milik Revan bertuliskan, “Aku sedang menemui Pak Bram, untuk menebus kesalahanku pada Bapak.”

PING!!!

Pertanda pesan masuk dari Bramantyo lagi. Keira begitu gemetar, meski begitu ia segera membaca isi pesan yang dikirim pria pribumi itu.

“Tidak perlu repot-repot mencari, aku sudah menunggumu di depan resort milik Revan segera .”

Dug!!!

Jantung Keira berdegup begitu kencang. Ia begitu terkejut bahkan tidak menduga, seorang pria yang memiliki kedudukan penting sebagai penanam saham langsung datang sendiri menjemputnya.

“ok, aku segera datang.”

Ia segera membalas pesan tersebut dengan cepat. Malam sebelumnya, ia sempat meminta pertolongan Alan untuk menanyakan kepada Revan tentang berkas yang mana yang harus ia bawa. Sehingga tidak begitu kerepotan ketika sudah bertemu Bram nantinya.

Dengan langkah sedikit berlari Keira menyusuri koridor ‘Permata Beach Hotel and Resort’. Sesampainya di trotoar, ia melihat mobil BMW merah milik Bram. Oh ternyata dia parkir di bahu jalan.

Buru-buru Keira mendekatinya. Ia melihat Bram sedang sibuk dengan benda tipis berbentuk persegi di tangannya di balik kemudi.

Melihat kedatangan Keira, ia segera membukakan kunci agar gadis itu bisa masuk dan duduk tepat di sampingnya.

Sambil tersenyum, Keira menyapa lelaki muda, tampan, maskulin, meski kulitnya sawo matang ciri khas keturunan pribumi sambil mengaitkan seat belt di tubuhnya.

Aroma parfum seketika menguar menusuk hidung. Aromanya terasa harum dan menenangkan. Bram segera menstarter mobilnya dan melaju menerobos kawasan Kuta yang ramai.

Bip Bip Bip Bip

Suara ponselnya terus berdering di atas dashboard. Entah kenapa Bram mendiamkan tanpa mengangkatnya sekalipun. Membuat Keira justru tak nyaman dan membuka suara.

“Pak, kok gak diangkat telponnya? Siapa tahu itu penting,” kata Keira heran melihat reaksi Bram yang tak acuh dengan ponselnya.

“Ummm … enggak apa-apa, itu … anu, keluargaku yang telepon,” jawabnya singkat, meskipun begitu menyiratkan guratan kebingungan.

“Ya. Angkat saja, Pak. Siapa tahu itu penting,” desak Keira masih dengan wajah ramahnya.

Lalu Keira melihat Bram mengangkat panggilan telepon yang katanya dari keluarga. Ia hanya menjawab dengan beberapa kata singkat. Yang terdengar hanya kalimat “Ya”, “Tidak”, “Oke” dan “Loh, kenapa sekarang?”

Entah apa yang sedang dibicarakan oleh Bram dengan seseorang di seberang sana. Setelah sambungan terputus, barulah wajahnya terlihat bingung dan sedikit marah.

“Keira, mamaku memintaku untuk bergabung di restoran pinggiran pantai Kuta. Dia lagi ketemuan sama temen-temennya. Dan memintaku untuk menemui salah seorang teman lamanya,” terang Bram yang terlihat takut Keira kecewa atau merasa tak nyaman nantinya.

“Ya sudah, gimana baiknya menurut Bapak. Saya bisa kok menunggu sambil sarapan pagi,” jawabnya menunjukkan sedikit nada kecewa tetapi harus pasrah.

Mau bagaimana lagi. Bramantyo Baskara adalah putra pesohor di dunia bisnis. Ia bahkan memiliki beberapa hotel yang tersebar di seluruh Indonesia. Meski begitu. Ia lebih suka mengembangkan bisnis yang ia rintis sendiri tanpa embel-embel warisan keluarga.

Mobil mereka akhirnya sampai juga di kawasan restoran seafood pinggir pantai Kuta. Bram memutar kemudi mencari tempat parkir.

Seorang petugas parkir segera melambaikan tangan melihat mobil mewah Bram melintas kebingungan. Rupanya niatnya baik ingin membantu mencarikan tempat kosong di sudut parkiran.

Bram turun sambil menggandeng Keira. Ia melihat wanita paruh baya dengan rambut yang dicat burgundy. Terlihat begitu elegan. Bentuk tubuhnya masih terlihat ramping, dandanannya lumayan memukau untuk wanita seusianya.

Kemeja putih yang dipadu padankan dengan blazer berwarna hijau lumut membuatnya terlihat benar-benar masih cantik.

Semua yang menatap, pasti mengakui jika wanita paruh baya itu sangat cantik dan berkelas.

Bram tersenyum ramah menyalami satu persatu rekan bisnis keluarganya. Tak lupa ia juga memperkenalkan Keira pada keluarga, dan juga rekan mamanya.

Salah seorang dari mereka mengutarakan niatnya ingin memberikan projectnya kepada Bram. Tapi Bram menolaknya secara halus.

Tutur katanya yang sangat sopan santun, serta tegas. Mampu membuat lawan bicaranya luluh. Usai sarapan pagi bersama, Bram mengajak Keira pindah di meja lainnya.

Ketika melangkah, Keira merasakan tangannya sedang diremas. Ia meyakini jika Bram memiliki ketertarikan sama halnya dengan bosnya.

“Kita duduk di sini saja ya,” ucap Bram sembari mengeset kursi yang akan Keira duduki.

Sikapnya begitu sopan pada wanita. Selain itu juga hangat dan menenangkan. Benar-benar sosok pria idaman. Jika saja Keira belum bekerja, hatinya pasti tertambat dan melamar pekerjaan pada Bram.

Siapa sih yang nggak ingin punya bos tampan, sopan, dan membuat kita nyaman. Tapi yang dialami Keira adalah sebaliknya. Ia selalu tertekan, ketakutan, dengan amarah Revan yang sulit dikendalikan.

Bukan itu saja, Keira juga sering menodai kesucian matanya jika terpaksa melihat Revan sedang bermesraan di depan mata dengan teman satu malamnya.

“Pak, ini berkas yang kemarin ketinggalan saat Pak Revan segera persentasi. Semoga Bapak berkenan menjadi salah satu penanam modal di perusahaan kami.”

“Dan jika aku menolak?” Bramantyo tersenyum menggoda, mencari tahu ekspresi Keira dengan penolakannya.

“Berarti kedatangan saya ke sini sia-sia,” jawab Keira singkat. Seketika rautnya berubah sendu.

“Loh kenapa menyerah? Gak mau bilang kalau kamu adik kandung Alan ?” Bramantyo membolak-balik halaman di dalam map yang dibawanya.

“Bapak tahu dari mana?” tanya Keira tersipu.

Bramantyo hanya membalasnya dengan senyuman hangat. Tentu ia sudah mencari tahu tentang latar belakang siapapun yang mampu menarik perhatiannya.

Baginya, Keira adalah gadis berbeda dari wanita kebanyakan. Mampu menjalani kenyataan pahit meski minim pendidikan, tidak malu meski sering disalahkan. Semua itu adalah nilai tersendiri dari seorang Bramantyo Baskara.

—To Be Continued

Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!