Bab 14. Perjalanan Dinas

Mentari pagi menampakkan binarnya. Hangatnya menyentuh kulit, menyeruak masuk melewati pantulan jendela kaca. Keira menggeliat, melakukan peregangan otot-otot tubuhnya yang kaku. Tubuhnya sedikit lesu. Maklum dulunya dia gadis manja kemudian dipaksa bekerja.

Sementara Revan bangun lebih pagi dari biasanya hari ini. Ia begitu bersemangat ingin menyambut bidadari hatinya. Maggie tersenyum melihat hidup putranya kembali bergairah. Ia seakan terlahir kembali. Setelah sekian lama hidup tanpa hati.

Setiap hari, hanya menampakkan kursi kebesaran sebagai wallpaper ketika mereka sedang melakukan video call. Itu membuat hati Maggie sesak.

"Vic, mau ke kamar tamu lihat Keira dulu … atau tunggu di meja makan?" Maggie tersenyum menggoda, sambil melenggang hendak merapikan kamar putranya.

"Tunggu di meja makan saja, Mam. Nanti dia malu kalau aku samperin ke kamar," sahut Revan berusaha bersikap biasa.

"Ini langsung kerja atau—" ucapan Maggie terputus, ia seakan memikirkan sesuatu.

Di saat yang sama, Revan juga melemparkan senyum kepada ibunya, "Aku tahu yang ada dipikiran Mama, atur saja perjalanan bisnis ke Bandung. Telpon Papa sekarang ya Ma."

"Oke, kita atur rencana. Kamu juga harus akting di depan dia," perintah Maggie memberikan pengarahan.

Mereka bersiap menunggu Keira di meja makan. Tetapi gadis itu tak kunjung datang. Revan terlihat gelisah sesekali melirik jam yang melingkar di lengannya.

"Di mana Gadis itu?" tanyanya lirih dengan ekspresi geram.

"Sabar Vic, namanya juga wanita mungkin dia lagi bersiap. Atau dandan, heh jangan akting di depan mama dong! Mama naik ke kamar tamu saja ya kalau lima menit lagi ia belum muncul." Maggie gemas dengan putranya yang mulai bersikap aneh.

Tapi meskipun begitu, Maggie sangat bahagia dengan perubahan Revan. Menit kemudian saat Maggie mulai beranjak dari tempat duduknya, terdengar suara seseorang berkutat dengan perabot dapur. Bau makan harum menguar ke seluruh ruang makan.

Maggie dan Revan saling menatap. Keduanya mengerutkan keningnya, tak percaya jika asisten rumah tangga menyiapkan sarapan pagi, padahal sebenarnya Maggie juga telah menyiapkan menu sarapan.

Maggie dan Revan bergerak menuju dapur. Ia terkejut dengan keberadaan gadis yang sejak tadi diperbincangkan di ruang makan.

"Keira, sedang apa?" Suara bariton Revan membuat gadis yang sedang sibuk menggoreng roti itu berjingkat.

"Oh ... aduh ... panas, Bapak ngagetin aja. Aku jadi kecipratan minyak 'kan?" keluhnya, lagi. Nada manja yang membuat Revan sungguh terpesona padanya.

Revan berlari mematikan kompor kemudian menuntun Keira ke wastafel dan mengucur lengan Keira dengan air mengalir.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Entah kenapa jantung Revan selalu berdegup hebat setiap kali mereka berdekatan.

Ada rasa tak biasa yang Revan rasakan. Ingin rasanya hatinya menepis tapi semakin berusaha menjauh, semakin sering pula wajah Keira melintas di benaknya.

'Astaga Keira, aku benar-benar gila'. Batin Revan dengan kedua manik matanya yang bergerak-gerak.

"Mangkanya hati-hati, apa-apaan kamu ini. Mama 'kan sudah masak untuk sarapan pagi," ucap Revan berdecak kesal.

Keira hanya mengangguk mengiyakan. Tidak menjawab sepatah katapun. Sikap Keira memang berbeda. Gadis belia itu amat cerewet. Tapi jika ia memang benar-benar bersalah maka dengan besar hati ia mengakui dan menerima konsekuensinya.

Raut wajah Revan mengguratkan rasa cemas. Terbukti dengan sikap yang ia tunjukkan. Bahkan ia lupa jika Maggie memperhatikan dirinya.

Dengan cekatan ia mencari salep dilaci obat. Kemudian mengangkat tubuh mungil Keira di atas meja dapur bak anak kecil yang digendong ayahnya. Dengan terlaten dan berhati-hati ia mengoleskan salep di lengan Keira yang terkena minyak panas sambil meniupnya.

Embusan napas yang menyentuh kulit lengannya terasa begitu menghangat. Tak butuh waktu lama keduanya kembali bertatapan mata. Revan memang play boy sejati. Ia pandai membolak-balikkan hati wanita. Tapi gadis di depannya dipandangnya istimewa. Memiliki tempat tersendiri dalam hatinya.

Sulit baginya menaklukkan hati wanita itu. Meski usianya jauh lebih muda, tetapi Keira tidak lantas langsung menerima tawaran pria manapun. Terbukti ketika Bramantyo Baskara mengajaknya menikah dengan terang-terangan di hadapan Revan.

"Masih sakit?" tanyanya dengan nada lembut.

Kini Revan gugup, menatap matanya saja tak berani. Aneh, ia seperti merasakan jatuh cinta pertama kali padahal sama wanita lain tak punya hati.

"Ehem ...." Maggie berdehem, mengejutkan keduanya.

"Mama udah lapar loh, ciee cepet di sahkan. Biar gak jadi gunjingan orang, udah pantes loh kalian, pantes banget malah," goda Maggie sambil menoel dagu Keira yang pipinya mulai merona.

Gadis itu terdiam. Menundukkan kepalanya, tetapi tetap melanjutkan aktivitasnya.

Keira menggoreng roti yang sudah direndam dengan susu kental beserta telur kocok. Lalu setelah ia tiriskan, segera ia tambahkan topping irisan pisang dan coklat beserta keju. Setelahnya ia tutup kembali dengan roti panas.

Maggie menelan ludah ketika melihat Keira memotong dan menyajikan roti isi yang dibuatnya di piring. Lelehan coklat dan kejunya membuat siapapun yang melihat pasti ingin segera menyantap.

"Kemarin katanya gak bisa masak? Ini enak," ujar Maggie memujinya.

"Itu biasa aku buat sama Mama sebelum beliau meninggal Tante. Dan ... setelah bekerja pada Pak Revan, karena saya diwajibkan menyiapkan sarapan pagi, jadi saya buat untuknya," ucap Keira, ia berbicara sambil menatap bosnya.

Seketika pria tampan berusia dewasa itu mengangkat wajahnya. Menghentikan sarapannya, "Terimakasih, Keira. Maaf jika terkandang saya kurang menghargai pekerjaan kamu."

Keira tidak menjawab. Ia sepertinya mulai menyadari jika Revan mulai main hati dengannya. Tidak ingin dianggap wanita gampangan, Keira berusaha menjaga ucapan atau bahkan sikap.

Maggie menikmati setiap gigitan roti isi atau bahasa kerennya sandwich. Begitu juga Revan. Ia makan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Vic, jadi ke Bandung?" tanya Maggie sengaja mengawali pembicaraan.

"Uumm ... jadi, Ma." Revan melanjutkan melahap potongan terakhir roti yang dimakannya. Kemudian meminum segelas air hingga tandas.

Keira menghela napas panjang, merapikan barang-barang yang sudah ia siapkan di kursi sebelahnya duduk di meja makan.

"Saya pamit Tante, dan Pak Revan ... saya naik taksi ya, mau langsung ke kantor. Terimakasih," ucap Keira sambil mencium punggung tangan Maggie yang disambut dengan hangat.

Keira menghampiri Revan hendak berpamitan. Entah kenapa Revan berasa dianggap ayah, paman atau apapun yang dituakan setiap kali Keira berpamitan dan membiasakan mencium punggung tangannya.

Meski begitu ia senang, "Berasa istri yang pamitan. Emang mau kemana sih? Kita 'kan ke Bandung sama-sama."

Keira mendongak menatap tak percaya, menelan ludahnya sendiri merasa malu bercampur ingin marah karena kesal. Bagaimana tidak, Revan selalu mengajaknya ke manapun tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.

"Pak, semalam saja saya pinjam nih baju sama makeup punya Tante. Masa iya saya ikut Bapak lagi ke Bandung tanpa persiapan? Kasihan dong saya pakai baju ini terus Pak," gerutu Keira dengan bibir mengerucut.

"Pakai baju saya kan bisa. Kenapa harus gak ganti baju," ujar Revan tanpa tersenyum sedikitpun.

Wajahnya menunjukkan ekspresi keseriusan. Membuat Keira geram merasa dipermalukan di depan mama bosnya itu.

"Saya bukan perempuannya Bapak, jadi gak bisa sembarangan mengenai privasi," sahut Keira sewot.

"Siapa bilang? Aku serius Keira, mungkin aku bukan pria yang romantis. Yang meminang pasangan dengan banyak persiapan. Tapi ini beneran, aku ingin kamu menjadi istriku," ucap Revan sambil menggenggam sebelah tangan Keira.

Keira tercekat. Bulir keringat mulai mengalir deras membasahi keningnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Maggie yang memberikan persetujuan dengan anggukan pelan ala slow motion.

— To Be Continued

Terpopuler

Comments

Samantha

Samantha

seru ya

2025-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!