Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang

Malam hari pukul 20.00 WIB — Kolam renang Hotel

Keira Maheswari, memang secantik wajah remajanya. Kini ia tumbuh menjadi lebih dewasa tanpa kedua orang tuanya. Sekarang ia sedang tampil mengenakan pakaian renang berwarna biru cerah, dengan memukau dan menggiurkan bagi mata lelaki manapun yang menatap.

Dada dan panggul yang padat berisi, pinggangnya amat melekuk ramping. Kulitnya putih mulus. Seperti melecut gairah Revan sampai ke titik zenit.

Ia berenang malam-malam untuk meredam emosinya. Kesal. Tentu saja kesal. Ia di ajak ke Bandung dengan alasan perjalanan bisnis hanya untuk menyaksikan pengembaraan Boss-nya dari pelukan wanita ke wanita yang lainnya.

Ia terkejut melihat kedatangan Revan yang hanya menggunakan handuk kimono berjalan ke arahnya. Tampaknya si bos mengubah kolam renang menjadi kolam pribadi. Sepi. Tak ada seorangpun pengunjung yang berani bergabung di sana.

Pria dewasa yang berusia jauh darinya itu, sangatlah kagum melihat pemandangan tak biasa. Begitu juga sebaliknya, Revan yang dipandang sebagai bos arogan dan juga Playboy kelas kakap itu mampu membuat Keira Anandita terpaku oleh pesonanya malam itu.

Revan adalah pria yang tampan, tinggi tegap, dengan tatapan tajam menguasai, dan dagu berlekuk indah meski mirip manusia purba.

Dandanannya juga selalu modis dan rapi. Serapi rambutnya yang amat tebal dan rapi, begitu menawan dengan cat cokelat blonde-nya.

Tubuh Keira membeku saat mengetahui si bos perlahan menanggalkan handuk berbentuk kimono dan mulai menyentuh air kolam.

Keira yang mulanya sedang aktif berenang menggerakkan aktif tangan dan kakinya, tiba-tiba mengalami kram kaki dan tenggelam.

Dengan gesit Revan segera meraih tubuh Keira dan membawanya ke pinggir. Melihat gadis itu menggigil, pemuda itu menggendong dan merebahkannya di kursi santai yang dilengkapi dengan payung besar.

Ia mencari-cari handuk milik Keira kemudian membalut di tubuhnya. Melihat sang asisten lemas, Revan panik dan menekan-nekan area dada hingga gadis itu memuntahkan air.

Tak lama kemudian, ia terbatuk dan tersadar meski pandangan matanya masih nanar.

Buku jemari Revan mengusap lembut pipinya. Keira hanya diam memejamkan matanya seolah pasrah menerima perlakuan bos-nya.

"Kenapa renang malam-malam kalau tubuh kamu tidak mampu menahan hawa dingin, jangan membuatku cemas seperti ini," ucap Revan. Suaranya terdengar lirih menenangkan.

Ia yang tadinya hendak berenang mengurungkan niatnya. Segera meraih handuk kimono miliknya, dan memakainya lalu mengangkat tubuh ramping Keira.

Keduanya menjadi sorotan pengunjung, ketika Revan tampak tergopoh-gopoh melewati koridor sambil menggendong Keira diperlukannya.

Riuh sekali ocehan mereka saat membicarakan Revan dan Keira yang terlihat romantis meski sedang celaka.

Katanya, "Waaah romantis sekali ya, mungkin mereka pasangan suami istri yang sedang berbulan madu."

"Cocok sekali ya, yang pria tampan sekali, wanitanya juga cantiknya luar biasa."

Begitulah kira-kira. Dengan bangga Revan melewati mereka tanpa peduli dengan reputasinya jika nanti ada yang menyebarkan berita bohong tentangnya.

Alih-alih membawa Keira ke kamar yang ia pesankan di awal, justru menggendong ke kamarnya.

Ingin rasanya Keira meronta, tapi justru ia memilih pasrah. Tubuhnya lemas tak berdaya. Karena kesal dengan keikutsertaan Ajeng dalam acara makan malam dua jam lalu a, gadis itu memilih berdiam di kamar. Sehingga saat ini ia menanggung lapar.

Dalam gigil, ia tak sengaja menatap dada bidang Revan yang ditumbuhi bulu-bulu halus saat menanggalkan kimononya.

Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang, tubuhnya semakin gemetar. Melihat bos tampannya mengganti kimononya dengan handuk yang hanya terlilit di pinggang.

Menyadari diperhatikan, Revan berjalan mendekat. Ia berpikir jika gadis itu membutuhkan sesuatu tapi tak sanggup berkata karena masih lemas.

Pemuda itu mencondongkan tubuhnya hingga sejajar. Kemudian duduk di sisi ranjang, dan Keira pun beranjak bangkit ikut duduk bersamanya. Kedua matanya saling menatap, entah kenapa melihat rambut asistennya basah ia rasanya ingin menerkam.

Semakin ditahan rasa itu semakin liar tak terkendali. Dan akhirnya.

Cup!

Bibir keduanya kini saling bersentuhan. Keira tidak membalas, ini ciuman ke dua yang Revan berikan padanya setelah yang pertama di pinggiran pantai Kuta.

Ada sensasi rasa berbeda yang Revan rasakan. Ia kecanduan melakukan hal itu bersama Keira. Ada rasa aneh yang meluap-luap. Ada rindu yang tak berkesudahan, bahkan sedetikpun ia tak rela berjauhan dengan asisten barunya. Begitu menggebu, selalu terbayang di setiap aktivitasnya.

"Apa dengan begini rasanya hangat?" Revan sedikit menjauhkan wajahnya dan menatap lekat.

Tatapan matanya saja mampu meluluhkan hati para perempuan. Begitu juga yang Keira rasakan meski ia belum sadar sepenuhnya mengapa rasa ini ada.

Bulir bening tiba-tiba lolos dari bendungan mata Keira. Ia meraih tengkuk Revan dan memeluknya erat.

"Rasa apa ini Pak, kamu jahat sekali membuatku kelaparan di kamar. Hiks … hiks …." Ia semakin meraung-raung bak anak kecil yang sedang tantrum.

Penyakit manjanya kambuh. Revan melihat Ajeng memperhatikan di ambang pintu. Ia baru sadar jika sejak tadi pintunya lupa ditutup.

Astaga, sekretaris papanya pasti syok melihat adegan ciuman romantis seperti di telenovela dan juga drakor tadi. Bisa-bisa Revan dipecat jadi anak jika ketahuan melakukan mesum di hotel milik ayahnya.

"Ya, ada apa Ajeng?" Revan mendekat saat Ajeng terlihat menyodorkan beberapa paper bag padanya.

"Itu beberapa kebutuhan Keira. Seperti yang Bapak minta tadi ke saya. Satu set makeup, pakaian ganti, pakaian malam, dan pakaian dalam. Ukurannya juga sesuai pesanan Pak Revan," terangnya di depan Keira.

Mata Keira membulat sempurna mendengar semua itu. Ia tidak menduga jika bosnya sangat perhatian dengan segala kebutuhannya. Ia bahkan tidak memikirkan akan berganti baju apa usai berenang. Tapi si bos justru memikirkan hal kecil itu.

Mungkin Revan sudah gila. Ia linglung, mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan dengan tujuan bisnisnya. Tapi seluruh keluarga memang sudah ikut andil dengan rencana ini.

Entah kenapa, dengan membawanya ke dalam kamar si bos membuat Keira merasa dipermalukan di depan Ajeng. Meski menurut Revan itu perlakuan spesial. Tapi bagi gadis lugu itu adalah hal memalukan. Terlebih Ajeng memergokinya yang sedang berciuman dengan bos tampannya.

"Oke, apa papa ada di sini?" tanya Revan menatap serius sekretaris sang ayah dengan raut cemas.

"Akan saya panggilkan sekarang juga," balas Ajeng cepat kemudian pergi menghilang meninggalkan kamar pribadi Revan.

Ia sangat paham betul Keira Maheswari wanita yang seperti apa. Mengingat ia tidak suka diperlakukan sama seperti wanita lainnya.

Lagi pula memang benar. Mana ada wanita yang mau digantung tanpa adanya kejelasan hubungan.

Revan merasa lega, karena Ajeng ternyata bisa diandalkan. Usianya memang tak lagi muda. Tetapi, ia sangat berkompeten di bidangnya. Kerjanya selalu memuaskan. Membantu segala kebutuhan atasannya.

Revan segera menutup kamarnya. Kemudian menghampiri Keira yang masih lemas duduk di sisi ranjang sambil bersandar..

Rambutnya yang panjang tergerai kini basah, begitu juga pakaian renang dan kimono miliknya. Pemuda itu segera meraih sisir, lalu membantu merapikan rambutnya.

"Kamu ganti baju dulu. Ada tamu penting yang mau bertemu," ucap Revan sembari menyerahkan paper bag yang sejak tadi diletakkan di atas meja rias.

Keira segera bangkit meski tubuhnya lemas. Ia berjalan lunglai menuju kamar mandi hotel dan menggantinya dengan gaun berwarna merah maroon yang dikombinasikan dengan kain berbahan brokat. Menambah indahnya gaun itu.

Meski berganti pakaian, wajah Keira masih terlihat pucat pasi. Kantong matanya menghitam seperti panda.

Revan menghela napas sejenak, lalu menarik paper bag lainnya dan menyerahkannya pada Keira.

"Pakai make-upnya tidak perlu berlebihan ya, sebentar lagi kita temui papa," perintah Revan, membuat jantung Keira hampir saja melompat.

Tak banyak yang gadis itu perbuat. Kecuali anggukan pelan, bahwa ia juga setuju dengan pemaparan Revan.

— To Be Continued

Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!