Bab 9. Menebus Kesalahan

Keira hanya bisa mematung sembari menatap punggung Revan yang kian menjauh.

Akhirnya, menit setelahnya ia memantapkan niat untuk melangkah masuk dan mengunci pintu apartemen Revan .

CLEEK!

Hanya dengan sekali gerakan, pintu tertutup menimbulkan suara yang begitu kencang. Membuat Revan yang sibuk mengenakan kaos segera berbalik pada Keira. Matanya membola seketika. Ia tak menyangka jika Keira berani bersikap nekad. Entah kenapa hal itu justru membuat Revan tertantang.

Dengan tatapan matanya yang tajam mengiris, Revan melangkah perlahan. Ia mengikis jarak yang ada, hingga sepersekian sentimeter. Napasnya terasa menghangat menerpa pipi Keira. Membuat napas gadis itu memburu tak karuan. Sementara keduanya saling memandang.

Mata Revan berpindah menatap bibir mungil Keira. Seketika senyuman Revan mengembang. Ia tahu jika gadis ingusan di hadapannya ketakutan.

Akan tetapi, ada rasa aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasa yang berbeda yang pria tampan itu rasakan. Seakan menginginkan kedatangan Keira ke kamarnya untuk menjalin hubungan. Tidak sekedar sebatas Boss dan juga bawahan.

“Hai Keira! Listen me, sebelum ini aku tidak pernah peduli sama siapapun yang mendekatiku. Aku bahkan mematikan seluruh hatiku, lalu kenapa kamu berani mencoba membangunkan rasa? Kau … harus bertanggung jawab atas semua ini!” teriak pemuda itu dengan penuh penekanan dan suara lantang.

Tak lama kemudian, bibir keduanya bersentuhan. Mata Keira terbelalak. Revan memang terbiasa berciuman mesra dengan lawan jenis. Tapi ia tidak pernah merasakan debaran jantung luar biasa seperti yang ia rasakan saat menyalurkan hasratnya bersama Keira.

Bulu kuduk Keira meremang ketika mendengar ancaman Revan sebelumnya. Itu kenapa ia nekad melakukan hal ini. Berani mendekati seorang pria berhati dingin.

Suara riuh tepuk tangan terdengar membuyarkan lamunan Keira. Ia tergagap melihat kedatangan Alan yang sengaja menyambanginya masuk ke kamar itu.

“Apa yang kamu lakukan pada adikku!” ucap Alan pada Revan dengan tatapan intimidasi.

“Aku bisa jelasin, Lan. Ya. Aku akui, aku khilaf,” jawab Revan tergagap.

Alan menautkan alisnya seraya berdecak pelan. “Tunggu aku di apartemen kamu, sana pergi!” tegas Alan pada adik satu-satunya.

Keira berjalan cepat meninggalkan kedua pria yang terlihat dalam situasi serius.

Siapa sangka saat ia keluar dari apartemen Revan , beberapa rekan kerjanya memergoki kegaduhan yang terjadi.

Keira terus melenggang tak acuh, meski ia tahu menjadi bahan gunjingan saat ini.

Sementara di tempat yang berbeda, Alan begitu geram dengan kelakuan sahabatnya sendiri.

“Kenapa harus Keira?” Kedua pria dewasa tersebut saling bersih tegang saling menyalahkan.

“Karena adikmu memaksaku!” kilah Revan , dengan nada tegas. Seolah memperkuat, jika adik Alan yang bersalah.

Rahang Alan mengeras seketika, giginya beradu hingga menimbulkan suara. Revan berusaha berpikir mencari jalan keluar. Bagaimanapun Alan adalah teman terdekatnya. Tentu tidak ingin persahabatan yang telah lama ia jalin hancur sia-sia hanya karena seorang gadis.

“Aku akan nikahi adik kamu, jangan cemas,” ucap Revan , tiba-tiba keluar begitu saja dari bibirnya yang terlihat gemetar. Ia bahkan tidak memikirkan apakah itu benar-benar keinginannya, atau sebatas merasa bersalah dan berkilah saja.

Alan yang berdiri mondar-mandir gusar, tersenyum getir. “Kamu pikir, semudah itu? Kamu bahkan tidak mengerti apa itu tanggung jawab? Kamu juga tidak pernah mengerti apa itu cinta?”

“Maka aku akan belajar! Dari Keira,” sahut Revan cepat.

“Jika kamu pria sejati, tunjukkan dengan sikap!” tantang Alan, yang masih geram dan kecewa.

Setelah itu, ia memilih pergi meninggalkan Revan yang terlihat bingung karena kekacauan yang dibuatnya sendiri.

**

Keira duduk bersandar di sofa beludru berwarna merah maroon. Ia dikejutkan dengan suara langkah kaki Alan yang terdengar berdentum keras.

“Keira, aku kasih kamu peringatan! Jika kamu mengulangi kesalahan yang sama, maka jangan panggil aku dengan sebutan Kakak!” gertaknya.

“Ya, Kak. Aku hanya mencoba memperbaiki keadaan yang sudah tidak kondusif karena ulahku.”

Keira mencoba menjelaskan dengan jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan adiknya juga Revan .

“Apa yang terjadi?” tanya Alan, kali ini nada bicaranya mulai rendah. Nampaknya ia benar-benar ingin mengetahui lebih dekat tentang apa yang menimpa adiknya.

“Aku masih baru, susah beradaptasi, ditambah aku belum memiliki pengalaman di bidang pekerjaan ini. Perjanjian kerja sama dengan klien Pak Revan gagal karena kecerobohan ku,” jelas Keira.

“Dengan siapa?” tanya Alan berusaha mencari tahu, siapa sosok yang mampu membuat Revan seperti ini.

Tentu saja Alan memiliki alasan yang kuat bertanya seperti itu. Hubungannya tak sebatas menganggap sahabat dekat.

Alan sangat memahami watak Revan. Ia tidak akan berbuat diluar nalar jika tidak sedang dalam keadaan tertekan.

“Bramantyo Baskara,” sahut Keira, ragu hingga suara yang ia keluarkan begitu lirih.

Alan tersentak. Ia juga mengenal sosok itu. Pria tersebut terkenal ulet. Namun, jika sudah terkesan dengan sesuatu pasti akan luluh juga hatinya.

Keira juga mengisahkan jika pria keturunan jawa itu memberinya kartu nama padanya. Alan semakin mengerti jika Bramantyo juga tertarik pada adiknya. Dan hal tersebut, mampu mengguncang pikiran Revan hingga mampu berbuat nekad diluar kewajaran.

“Kak,” panggil Keira ragu-ragu. Ia takut salah bicara.

“Temui Bramantyo, yakinkan dia agar menyetujui perjanjian kerja sama dengan Revan,” pinta Alan dengan nada tegasnya.

“Bagaimana jika dia menolak?” Raut wajah Keira berubah cemas dan sendu.

Tak ada lagi senyum yang terpancar di raut wajah cantiknya. Bukannya meringankan beban Alan, justru ia menyesali telah menyerahkan adiknya di tangan pria seperti Revan . Bagaimana tidak? Ia takut jika masa depan adiknya hancur karena telah jatuh cinta padanya.

“Tidak! Dia menyukai kamu,” tukas Alan dengan pandangan lurus ke depan.

“Tahu dari mana?”

“Sama seperti Revan , dia juga teman kak Alan. Oh ya … jika dia menolak, katakan saja kamu adikku, maka dia tidak akan marah.”

Keira mengangguk setuju. Ia sedikit lega mendengar pengakuan Alan. Sang kakak mengelus lembut puncak kepala dan mengecup keningnya. Kehangatan keluarga seketika terasa. Nanti menangis mengingat keluarganya.

“Kak Alan sayang Keira‘kan Kak?” tanyanya ragu-ragu sambil terisak-isak.

“Tentu Keira, kamu adikku dan keluargaku satu-satunya.” Alan memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang. Sesalnya begitu besar.

Besar inginnya memperbaiki semuanya. Tentu saja ia juga memikirkan bagaimana masa depan Keira nantinya. Kedua rekan bisnisnya sama-sama menyukai adiknya di saat ia hancur. Bagaimana jika bernasib sama dengan wanita lain yang hanya dijadikan teman satu malam saja?

Berbagai kemungkinan muncul di benak Alan. Ia berpikir keras dan diam sejenak.

“Keira, apakah kamu jatuh cinta pada Revan? Jawab jujur pada kakak ya?” Alan menangkup wajah mungil yang sejak kecil dia benci karena manja.

“Tidak Kak,” Keira menjawab cepat.

Ia bahkan tidak mengerti yang dirasakan. Meski dandanan seperti ibu-ibu sosialita, tapi Keira belum pernah merasakan bagaimana indahnya pacaran di usia muda. Tentu saja karena kedua orang tua mereka begitu tegas dan ketat.

“Oh ya?”

Benar ‘kan? Alan sudah gila. Ia sangat bangga pada pengakuan gadis kecilnya yang sempat ia ragukan. Entah kenapa, sikapnya yang sebelumnya tak acuh kini justru ingin membentengi Keira dengan segala cara.

—To Be Continued

Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!