Bab 18. Ini Tidak Adil

Keiramasih duduk merenung di meja rias. Tak ada suara, kecuali air matanya yang terus merembes membasahi pipinya. Mendengar suara langkah kaki mendekat memasuki kamar, ia diam sejenak. Ketika yakin jika itu adalah Revan, ia bergegas pergi ke kamar mandi.

Revanhanya menatap dan mengunci pintu kamar, ia juga lesu mengetahui Keiramenerima pernikahan itu dengan terpaksa.

Hanya berselang lima menit saja. Keira sudah kembali dengan balutan pakaian tidur yang mini dan seksi.

Baju tidur itu dibeli oleh Maggie, dari tampilan luarnya berbentuk kimono berwarna merah menyala, sedangkan di bagian dalam nyaris transparan.

Bukan tanpa sengaja wanita paruh baya itu melakukannya. Ia sedang bersemangat ingin mendapatkan cucu yang disambut senang oleh Revandan dibenci Keira.

Bagi gadis belia berusia dua puluh satu tahun itu, ini tidak lebih dari pernikahan paksaan. Ia merasa diperlakukan seperti barang yang digunakan untuk melunasi hutang keluarga.

"Kamu sudah selesai?" tanya Revan, nadanya begitu lirih, datar dan terkesan dingin. Kenapa ia tiba-tiba berubah?

"Ya, memangnya kenapa? Kau menginginkan tubuhku? Maka lakukan! Aku milikmu sekarang, kamu bebas memperlakukan aku bagai manapun, seperti apapun," geram Keira, merasa kesal.

Revanmenyipitkan matanya dan duduk di dekat Keira, "Tidak, aku akan melakukan jika nanti kamu sudah menerimaku. Lebih baik aku tidur dengan wanita asing, daripada harus tidur dengan wanita yang kucintai tapi membenciku!"

"Keterlaluan! Jangan harap aku mau disentuh jika kau berani menodai pernikahan ini!" ancam Keira.

Revantersenyum kecut. Ia menghampiri Keira, bibirnya komat-kamit membaca do'a lalu meniup puncak kepala gadis itu dan mendaratkan kecupan mesra.

Keiramematung dan memejamkan matanya. Jantungnya berdegup kencang, seluruh tubuhnya seperti dialiri listrik, bibirnya seakan ingin menolak. Tapi batinnya menginginkannya lebih lama.

'Jangan lepaskan'. Batin Keira

Sialnya Keiratidak bisa menahan diri setiap kali Revanmendekat. Aroma parfumnya yang khas, tatapan matanya yang tajam mengiris, tangan kekarnya yang begitu hangat ketika mengungkung tubuh, entah kenapa ia mulai terbiasa dengan hal itu.

"Keira, tidurlah!" perintah Revanmembuyarkan lamunannya dalam sekejap.

"Ini tidak adil bagiku, sejak kapan kalian merencanakan pernikahan ini?" tuduh Keirasambil mendongakkan kepalanya menatap sendu.

"Maaf," balas Revan, cepat.

"Sejak kapan?" tanya Keirasetengah memaksa, tatapan matanya berubah mengintimidasi.

"Sejak Om Irawan hidup. Beliau sendiri yang melakukan perjanjian dengan kedua orang tuaku," terang Revansambil membalas tatapan Keiratanpa kedip.

Mata Keiramengerling perlahan, hatinya seolah hancur. Ia bahkan tidak menduga jika ternyata Revansudah mengenalnya sejak lama.

Diam-diam dalam pertemuan bisnis, Irawan yang merupakan ayah kandung Keiramemberikan foto Keirauntuk dijodohkan dengan Revan.

Namun, hanya Raihandan Revanyang mengetahui hal ini. Sementara Maggie tidak mengetahui perihal apapun tentang kesepakatan keluarga Keira.

"Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu," ujar Revanyang kemudian menata alas di samping ranjang, tepat di bawah Keiraakan tidur.

"Kenapa? Apa aku kurang menggoda seperti wanita diluar sana yang menurutmu lebih pantas kau tiduri meski hanya satu malam saja?" Mata Keiramemerah dan bibirnya bergetar ketika berucap.

"Kau marah? Dengar—"

"Apa lagi yang harus ku dengar? Hidupku hancur! Kenapa kamu pura-pura menolongku jika ternyata ingin menjebak dalam pernikahan ini?" cecar Keira, ia terus terisak membuat Revantidak tega melihatnya.

Revanmeraih tengkuk istrinya, kemudian ditenggelamkan dalam dada bidangnya. Kemejanya nyaris separuh basah oleh air mata. Tapi pelukan itu semakin ia eratkan.

"Maaf," ucapannya lirih. Hanya kata itu yang bisa ia ucapkan saat itu.

Belum pernah ia main hati seperti pada Keira. Ia cenderung cuek dan bersikap sesuka hati. Entah kenapa, ada rasa sakit setiap kali melihat Keiramenangis di depannya.

Bip Bip Bip Bip

Ponsel Revanterus berbunyi. Ia menyesal tidak mengubah mode senyap sebelum memasuki kamar.

Ia memicingkan matanya mencari dari mana suara itu berasal. Sial. Ponsel tersebut pasti tergeletak ke suatu tempat tapi meski sudah dibantu Keirabelum juga ditemukan.

Suaranya terdengar dekat. Tapi wujudnya tidak ditemukan. Keiraterus mencari dengan melemparkan bantal-bantal hingga berserakan di lantai. Ah ternyata terselip disela kasur. Mungkin ketika ia duduk tadi lupa meletakkan di sana.

AlanCalling

"Halo Vic, bolehkah aku berbicara dengan Keirasebentar saja. Ponselnya mati. Mungkin masih kesal denganku," sahut pemilik suara di seberang sana.

"Iya, tapi jangan lama-lama. Kami butuh waktu berdua 'kan?" Revanmencoba mencairkan suasana yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.

Revanmenyerahkan ponselnya pada gadis mungil yang kini menyandang status sebagai istrinya.

"Iya Kak, aku sudah bayar lunas segala hutang keluarga 'kan? Atau masih kurang? Aku akan bekerja keras untuk membayarnya," ucapan Keiraterdengar menyayat hati di telinga pendengarnya.

Alanmenepuk jidatnya sendiri, ia lupa menutup pintu kamar hotel adiknya tadi saat sedang berbincang dengan Raihandan Revanmengenai hutang keluarganya.

"Iya, masalah itu … ummm … maafkan kakak. Revanadalah lelaki yang tepat untuk menjaga kamu, Keira. Sebab, kamu tidak cocok dengan Bram," jawab Alan sambil fokus menatap laptop, mengecek email yang masuk.

Ia juga masih menginap di hotel yang sama. Berharap keesokan harinya bisa bertemu dengan adiknya dahulu sebelum bertolak ke Bali. Turut sertanya ke Bandung, sudah diatur Raihandan juga Revansehari sebelumnya tanpa sepengetahuan Keira.

"Mungkin ini adil bagi Kakak, tapi tidak bagiku! Aku manusia yang juga punya perasaan. Aku tahu selama ini selalu menyusahkan, tapi … tidakkah bisa memberiku kesempatan untuk hidup mandiri?"

Alanhanya menelan ludah mendengar cecaran Keiraatas sikapnya. Mungkin maksud dan tujuannya baik, tapi berbeda jika posisinya ada pada sang adik. Ia sangat mengerti jika gadis itu kecewa. Tapi apa boleh buat, ia juga harus melaksanakan amanat sang ayah.

"Kakak harus bagaimana? Agar kamu bisa memanfaatkan?" tanya Alanbingung.

"Tak ada yang harus dilakukan, terimakasih sudah memberiku kehidupan baru," balas Keira. Kemudian ia memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Setelah itu, Keiramemberanikan ponsel pada pemiliknya. Revanmeraih dan menggenggam erat tangan istrinya.

"Jika mungkin, aku ingin menanggung seluruh bebanmu. Maafkan aku," ucapnya kemudian menuju kamar mandi.

Keirahanya diam mematung dengan kepala tertunduk dan bulir yang mulai menetes di pipinya.

'Baik, kamu sendiri yang ingin. Aku akan tidur lebih dulu'. Batin Keira.

Ia ingin membalas setiap kata dan sikap Revanpadanya. Gadis itu memiliki cara tersendiri untuk memberi perhitungan pada pria yang berani mempermainkan takdirnya.

Keirasegera berbaring, menarik selimut hingga seluruh tubuhnya terbenam. Hanya rambutnya saja yang menyembul keluar.

Revanduduk disebelah Keirayang mungkin sudah terlelap. Ia kemudian berbaring sambil tersenyum sumringah. Ia justru memilih menghabiskan malam pertamanya dengan tidur di lantai beralaskan karpet berbulu lembut dan juga seprei.

Sudah berbagai posisi ia coba. Mirip, tengkurap, dan juga menengadah, hasilnya sama tidak bisa tidur.

"Keira, apa kamu sudah tidur? Ayolah, jangan bercanda," ucapnya sambil menggoyangkan tubuh istrinya.

Tidak bergerak. Revan sedikit kecewa. Ia rupanya ingin menghabiskan malam dengan berbincang, agar saling mengenal satu sama lainnya. Tapi hasilnya nihil. Dan mengecewakan.

Revanberpindah duduk di samping Keiradan mendekatkan wajahnya, "Keira, kamu tadi penasaran kenapa aku belum menginginkanmu bukan? Dan kamu tidak puas dengan jawabanku."

"Aku tidak ingin dituduh pedofil, kamu sangat cantik. Tapi terlalu muda untukku. Dan aku tidak ingin memaksa," ujar Revansambil mengelus puncak kepala Keirayang masih menyembul.

— To Be Continued

Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!