Bab 17. Raihan Halim

Saat Keira kembali dari kamar mandi, ia terkejut dengan keberadaan pria paruh baya yang meski memiliki banyak keriput di wajahnya masih terlihat tampan.

Ya. Pria tegap berwajah tampan bergaris tegas yang berdarah campuran Indo-Belanda itu membuat Keira tercekat. Seketika ia menundukkan kepalanya.

"Keira , kemari" panggil Revan .

Pria tersebut segera mendekat, lalu menarik pinggul Keira seolah sengaja. Hingga tubuh rampingnya merapat sambil menyunggingkan senyum manis meski sebenarnya semua itu dilakukannya dengan terpaksa.

'Duh ... apa-apaan sih Pak Boss. Mau bikin drama apa lagi di depan Om Hardian'. Batin Keira merasa kesal dengan sikap mengejutkan yang sengaja Revan tunjukkan.

"Oh Keira ternyata, adik dari pengusaha berbakat Alan. Turut berdukacita atas meninggalnya kedua orang tua kalian," ucap Raihan Halim.

"Ya, Om. Terimakasih banyak."

"Jadi kalian sudah kenal dan sudah pernah bertemu?" tanya Revan menyelidik.

"Ya kami bahkan pernah bertemu beberapakali," tegas Raihan Halim sambil meneguk minuman santai sambil duduk menyilangkan kakinya di sofa yang terletak di sudut ruangan.

"Lantas gimana Pa? Papa setuju?" tawar Revan dengan raut gelisah.

Hardian tersenyum sedikit getir, "Keira ... kalian harus menikah malam ini juga. Jika tidak mau melakukannya karena Revan terkenal seorang pria yang buruk, maka lakukan demi Om, ya."

Tatapan mata Hardian yang sejak dulu teduh ketika menatap Keira , seolah jadi benci karena merasa harga dirinya dipermalukan. Gadis itu meradang.

"Apa alasannya yang membuat, harus. Om?" tanya Keira sambil terisak dituduh berbuat mesum dengan bosnya sendiri.

"Reputasi hotel ini akan hancur yang mana itu mempertaruhkan nama baik Om sebagai orang tua Revan . Kalian kepergok bermesraan di sini," terang Hardian.

Hardian adalah ayah kandung Revan Geraldo. Selain pengusaha sukses kawakan. I juga merupakan teman baik almarhum kedua orang tua Keira Anindita.

Deg!

Keira menundukkan kepalanya, ia bingung sekaligus tak enak hati. Meski membenci Alan sebab merasa terkhianati. Tapi ia juga memerlukan restunya juga 'kan?

Hal itu membuat Keira ingin segera menghubungi Alantentang apa yang sedang terjadi. Tetapi di sisi lainnya, bukankah ia sedang marahan dengan kakaknya? Bingung tentunya dalam situasi seperti ini.

"Pak Revan , Om Hardian. Mohon maaf, pernikahan ini tidak akan terjadi tanpa adanya ijin dari Kak Alan," ujarnya dengan raut cemas.

"Tidak perlu risaukan itu, yang terpenting sekarang lekas ganti baju kamu dengan kebaya yang disiapkan Ajeng. Kemudian lekas bersiap. Sebab perias akan kemari setelah ini. Selain itu penghulu juga segera tiba." Revan kembali menyerahkan paper bag, yang mengharuskan Keira menggapainya. Meskipun sebenarnya ia lelah.

Dengan langkah lunglai, Keira kembali berganti pakaian. Setelah itu ia hanya diam, berpasrah diri duduk sambil dirias.

Keira tertegun, bukan dengan ajakan Revan untuk menikah. Tetapi atas sikap Raihan Halim yang juga memaksanya. Gadis itu kesal dipaksa seperti itu. Terlebih pada bos-nya sendiri. Ia merasa dijebak, bukan ditolong.

Hal yang membuat Keira membeku adalah bukan bagaimana cara Revan mengajaknya menikah. Tapi bagaimana cara mendapatkannya.

Hatinya hancur, bagaimana bisa. Orang yang dihargai seperti ayahnya sendiri pun mementingkan harga diri dan mengorbankan putra-putrinya sendiri dan dipaksa menikah.

Takut aib, katanya. Ucapan Raihan Halim kembali berdengung di telinga Keira . Ia rasanya histeris setiap kali mendengar kalimat itu. Melihat raut wajah asistennya berubah sendu, Revan menyeret kursi dan memilih duduk disampingnya menemani.

Ia tak ingin gadis itu merasa sendiri. Sesekali mata mereka bertemu. Memaksa ini ternyata tak enak. Hati pemuda itu yang tadinya menggebu melakukan segala cara agar keinginannya terwujud, melihat raut muka gadisnya seolah juga merasakan kesedihan itu.

Meski begitu, pantang bagi Revan menarik ucapannya sendiri dan juga sang ayah. Meski hal ini membuatnya resah, tapi jalan ini harus ia tempuh demi bisnis sang ayah.

Nama Playboy yang melekat dalam dirinya, ternyata justru menyeret asisten pribadinya terjebak pernikahan.

Waktu berlalu cepat, setelah satu jam setengah terlewati. Tiba giliran Revan berganti pakaian. Ia mengenakan setelan jas mahal yang serba mewah.

Tatapannya tak berhenti menatap wajah cantik Keira yang anggun mengenakan balutan kebaya modern berwarna putih dengan bagian belakang berbentuk ekor panjang menjuntai ke lantai.

"Sudah waktunya!" suara bariton khas yang tak asing ditelinga Keira .

Matanya terbelalak menemukan sang kakak bersama Maggie berdiri diambang pintu telah menunggunya.

Pernikahan macam apa ini? Dilangsungkan saat jam dinding menunjukkan waktu pukul 22.00 WIB. Semuanya serba tak lazim bagi Keira . Ia mencium kelicikan Alandidalamnya.

Mungkinkah aku dikorbankan demi bisnis? Aku tidak menduga Tante Maggie yang baik juga ikut serta pernikahan ini, dan tidak mengerti posisiku. Sedikitpun tidak. Aku kecewa. Begitu jeritan hati seorang Keira Anindita saat menemukan semua orang yang dicintainya bersama-sama menjerumuskannya dalam pernikahan.

Keira berdiri berjalan perlahan dituntun Maggie dan Adit. Gadis itu meneteskan bulir bening di pipinya. Ia bahkan tidak sedikitpun menatap sang kakak. Benci, kecewa, luka, hanya itu yang ia rasakan saat ini.

**

Keira berada di sebuah aula yang disulap menjadi taman kecil yang dihiasi lampu-lampu menyala indah. Hiasan bunga serba putih yang mewah, kursi tamu yang dibalut kain diikat pita. Begitu indah dan megah.

Tidak mungkin jika semuanya didekorasi dalam waktu singkat. Keira meyakini bahwa dirinya dijebak. Ia menyesal berenang malam-malam. Jika saja ia tidak cemburu dengan kebersamaan bosnya dan sekretaris ayah si bos, ini tidak akan pernah terjadi.

Ia duduk diantara tamu-tamu yang hadir. Tak banyak, hanya beberapa teman dekat Revan dan juga keluarga.

Alan menjadi wali mewakili orang tua yang telah tiada. Membuat air mata gadis itu semakin merebak. Bukankah seharusnya ini adalah hari yang paling membahagiakan? Tapi faktanya justru menyedihkan.

Revan melihat sendiri, jika Keira tak suka dengan pernikahan yang membuatnya dipaksa. Iris matanya menatap tajam. Ia kesal merasa dipermalukan.

"Keira , hapus air matamu," pinta Revan usai pernikahan berlangsung.

Gadis itu hanya sesekali mengusap pipinya, lalu berlari menuju kamar Revan . Langkah kakinya terhenti. Melihat setiap sudut kamar disulap menjadi kamar bernuansa romantis.

Taburan kelopak mawar merah di atas ranjang dan juga sekeliling lantai. Haduk kecil yang digulung berbentuk dua angsa yang memadu kasih dan diletakkan di ranjang sebagai pelengkap. Aroma bunga-bunga yang menguar menusuk hidung saat memasuki ruangan.

Astaga! Semua membuat gadis itu menggila dan histeris. Pernikahan ini seolah memang sudah terencana. Ia mengakui keprofesionalan seluruh karyawan Revan . Lihatlah hanya dengan waktu singkat saja kamar disulap indah.

Tiba-tiba, suara langkah kaki berdentum berjalan mendekat, diikuti suara langkah lainnya menyusul ke sana. Ya. Seluruh keluarganya kini ikut menghampiri Keira .

Gadis itu berlari memasuki kamar dan duduk disisi ranjang sambil menangis. Sementara itu, di ambang pintu Alan dan Hardian berjabat tangan.

"Hutang saya sudah lunas 'kan Om? Saya titip adik saya, perlakukan dia dengan baik." Mendengar ucapan Alan pada Hardian, tangis gadis itu semakin menjadi.

Sementara Revan , hanya bisa pasrah. Ia yang memang raja tega memilih diam. Ia bahkan menjabat tangan Alan yang memberinya ucapan selamat.

Alan menghampiri Keira dengan langkah lunglai. Ia seakan lemas tak punya tenaga. Keira bangkit dan memeluk Alan. Memukul-mukul kecil dada bidangnya berkali-kali.

"Maafkan Kakak, yang menyeret kamu dalam masalah yang seharusnya menjadi tanggung jawabku. Semoga kamu bahagia, jangan membenciku. Ini juga demi kebaikan kamu," ucap Alankemudian mencium kening adiknya dengan rentang waktu lumayan lama.

Waktu seolah berlalu cepat. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam lewat. Membuat Alan mempercepat prosesi ucapan dan berpamitan. Bergantian dengan Adit, Maggie pun melakukan hal serupa.

"Maafkan Tante Maggie, ya Keira ! Semoga harimu menyenangkan," ucapnya lirih. Mencium kening seorang gadis yang kini berubah status menjadi menantunya kemudian pergi.

Sementara saat giliran Hardian mengucapkan selamat, Keira justru berhambur memeluk pria paruh baya yang telah dianggapnya ayah ibu.

"Kenapa Om Hardian tega sekali?" tanya Keira mendahuluinya.

Hardian hanya diam. Tak ada yang bisa dia lakukan kecuali melempar tatapan matanya yang teduh. Wajahnya yang semula selalu terlihat ramah kini berubah sendu.

"Maafkan Om, perjanjian ini telah lama dibuat," ucapnya kemudian melepaskan pelukan Keira dan pergi.

Setelah semua sepi, Revan bergegas menutup kamar dan menguncinya. Keira beringsut dan bersandar di pojok ranjang juga bersandar.

"Bersihkan diri, dan ganti baju sesuai pilihan mana. Tuh, di atas meja rias!" perintah Revan , dengan nada dingin yang diabaikan Keira.

— To Be Continued

Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!