Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja

Bandung , sore hari

Pukul 16.10 WIB

Keira melirik jam dinding berulang kali. Entah kenapa perasaannya kini menjadi tak nyaman, diliputi rasa gelisah. Kini ia menyadari jika Revan memperlakukan dirinya berbeda dengan wanita lain. Atau mungkin ini semua hanya perasaan Keira saja yang terlalu kepedean?

Jari-jari lentiknya mengetuk-ngetuk meja berulangkali. Seolah tak sabar menunggu waktu pulang sambil menengok ke sana kemari, setelah seharian mengalami masa-masa kurang menyenangkan tentu saja ia ingin segera melepas penat.

“Beresin meja sebelum pulang!” peringatan singkat, yang keluar dari bibir pria dingin seperti Revan selalu diartikan perintah oleh siapapun yang mendengarnya.

“Apa?” Keira nampaknya tidak mendengar dengan jelas ucapan Revan. Ia masih memikirkan hubungan Debra dengan Wina. Dan bagaimana hari esoknya ketika bertemu dengan Wina.

Akankah Wina memusuhinya? Atau justru profesional mengikuti perintah si Boss untuk tidak ikut campur dengan urusan pribadinya.

Semua itu ternyata mampu membuat pikiran Keira frustasi.

“Bereskan meja kamu, Keira! Aku menunggu,” tukas Revan dengan nada meninggi ketika berdecak kesal.

Keira terlonjak, hampir saja ia terpelanting ke samping setelah suara bariton Revan membuyarkan lamunannya. Untung saja jemarinya gesit berpegangan pada ujung meja.

Segera gadis itu meraih kanebo, beberapa spirtus ia teteskan di kaca meja, dengan cekatan ia mengelapnya hingga bersih.

“Dari mana kamu tahu jika ini mampu membersihkan noda tinta?” Revan mengernyitkan dahi, menyelidik.

“Mama sering melakukannya di meja kerja Papa dan Kak Alan sebelum ini.

Revan manggut-manggut. Ternyata tak sepenuhnya yang dikatakan Alan jika Keira hanyalah gadis manja penghambur uang benar adanya. Setidaknya, ada rasa lega di rongga dada Revan saat mengetahui ada sisi baik dalam diri si gadis manja.

“Ayo pulang,” ajak Revan yang mulai melangkah mendekatinya.

Keira segera meraih tas branded miliknya. Ia bahkan lebih mirip emak-emak sosialita yang mau arisan. Dandanannya terlalu menor meski masih terlihat cantik.

Sesekali Revan menoleh dan menggelengkan kepalanya, saat menyadari dandanan Keira terlalu berlebihan.

Keduanya berjalan beriringan. Di saat yang sama ketika sampai di koridor hotel, Wina dan Debra muncul dari arah lainnya.

Menyadari hal itu, Revan segera menggenggam jemari Keira. Tentu saja seluruh karyawan dan karyawati hotel menyoroti sosok Keira kala itu. Tak luput juga chef restoran yang ikut serta mengabadikan momen kebersamaan keduanya.

Revan terlihat tak acuh dengan sekitar. Ia bahkan sengaja membukakan pintu mobil untuk Keira sesampainya di parkiran. Membuat Debra yang menyaksikan hal itu semakin tersiram bensin karena iri.

Keira duduk menunggu di dalam mobil. Setelah itu, Revan menghampiri Debra dengan sengaja. “Jika aku melihatmu lagi mondar-mandir di hadapanku, aku akan melaporkan kamu atas tuduhan perbuatan kurang menyenangkan. Aku merasa terganggu.”

Debra melotot, lalu Revan meninggalkannya begitu saja memasuki mobil. Kemudian, ia melajukan kuda besinya hingga melesat dengan kecepatan tinggi meninggalkan usaha properti yang sejak delapan tahun silam dirintisnya.

“Bapak mau antar saya ke kost?” Keira mencondongkan badannya mendekati Revan yang fokus mengemudi.

“Ya. Kenapa memangnya.”

“Jangan Pak, bahkan menapakkan kaki di sana saja tidak pantas untuk seorang CEO sekelas Bapak,” sahut Keira, sengaja menguji kesabaran Revan sambil tersenyum kecut ke arahnya.

Revan tergelak, kemudian mengacak-acak rambut Keira. Membuat mata Keira melebar. Ia terkejut melihat perubahan sikap Revan di luar jam kerja. Sikapnya begitu luwes dan suka bercanda. Berbeda ketika sedang berada dilingkungan hotel yang dikelolanya, Revan terkesan kaku bahkan terkesan sadis. Disiplinnya tingkat dewa.

“Pertama, aku tidak pernah mempermasalahkan berpijak di manapun. Kedua, aku ingin kamu pindah di apartemen sebelahku. Ketiga, jika diluar jam kerja cukup panggil Kakak, atau Mas juga boleh.”

Keira tercengang. Ia berpikir sejenak. Udara seolah lebih mencekit dari biasanya. Dingin.

“Ini maksudnya gimana ya? Aku ‘kan Cuma asisten pribadi. Bukan istri,” Keira berdecak kesal.

“Ya itu aturannya, jika mau tetap bekerja dengan saya. Atau nasibnya bakal sama seperti asisten pribadiku yang sebelumnya.”

Keira refleks membuka bibirnya. Bagaimana ia menjelaskan pada Alan jika sampai ia menuruti keinginan si Boss gila itu.

“Pak, ku pikir kamu berbeda dengan sosok-sosok lainnya. Bapak sengaja datang di saat aku membutuhkan seseorang. Tapi aku bukan wanita yang mudah hanyut dalam bujuk dan juga rayuan!”

Lagi. Keira mampu membuat Revan tercekat berusaha mencerna ucapannya. Kehilangan kedua orang tuanya, dan menjadikannya seorang yatim piatu membuat gadis itu berhati-hati pada siapapun tanpa terkecuali.

“So, apa yang akan kamu lakukan jika aku memecat kamu!”

Revan kembali menampakkan sikap dinginnya dengan sengaja. Sorot matanya yang tajam, tidak sedetik pun terlepas dari wajah ayu gadis belia bernama Keira.

“Pak, lihat ke depan. Nanti nabrak orang, bahaya,” desis Keira, buku jemarinya yang lentik memalingkan wajah Revan hingga tatapan matanya kembali lurus menatap jalanan.

Rasa yang tak biasa kembali berdesir di dada Revan. Ada rasa senang, bahagia, dan berdebar bercampur jadi satu, ketika Keira memberanikan diri menyentuh pipinya.

Setelahnya, ia justru meraba pipinya sendiri. Revan sendiri bingung ada apa dengan dirinya.

Sepanjang perjalanan setelah kejadian itu mereka saling diam. Keira memilih menatap ke arah luar jendela. Sedangkan Revan, berusaha fokus mengemudikan mobil ke alamat yang diberikan oleh Keira sebelumnya.

Lima belas menit berlalu. Mobil pun terhenti di sebuah gang sempit, perumahan padat penduduk.

Sebuah kost sederhana, dengan ruangan yang saling berderet ternyata mampu menyita perhatian Revan.

“Kamu betah tinggal di sini?” tanyanya, dengan raut kesal.

Keira sejenak diam. Lalu membalikkan badannya. “Aku harus apa? Aku bukan seorang putri, atau bahkan Cinderella.”

“Jadi, apa keputusan kamu sekarang? Memilih untuk tinggal? Atau bersiap dipecat?”

Ucapan Revan terdengar seperti menyuguhkan buah simalakama. Membuat Keira berpikir keras, gadis itu terlihat bingung bahkan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Tunggu, aku telepon Kak Alan saja dulu,” ujar Keira, segera mengeluarkan benda pipih berbentuk persegi di sakunya.

Akan tetapi, dengan cekatan Revan menggapai benda yang tersebut. “Alan gak boleh tahu tentang ini.”

Mata Keira terbelalak. Ia takut jika Revan memiliki rencana buruk pada dirinya.

“Jawab sekarang, aku tidak suka menunggu yang membuatku membuang waktu!” Revan memekik sembari memajukan langkahnya, bahkan ia membuat tubuh ramping Keira bersandar di dinding tanpa bisa bergerak lagi.

Keira memejamkan matanya. Sementara kedua bola mata Revan menjelajahi seluruh pahatan cantik di depan wajahnya, yang semakin lama semakin mendekat.

“Aku pergi jika tidak menjawab,” ucap Revan, kemudian mulai melangkahkan kakinya menjauh dari Keira.

“Jangan!” teriak Keira.

Revan menyembunyikan senyum kecil misterius di balik tubuhnya. “Akhirnya, kamu tidak bisa menolak, Keira.”

“Tunggu aku berkemas,” sahut Keira kemudian.

Keira hanya membawa sedikit pakaian. Ia bahkan berpamitan jika sedang ada pekerjaan untuk beberapa waktu pada ibu kost. Bukan tanpa alasan Keira mengatakan kebohongan itu. Ia hanya tidak ingin membuat Alan kecewa padanya.

—To Be Continued.

Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!