Bab 13. Wanita Pilihan

Keira memberanikan diri menapaki anak tangga dengan langkah perlahan dan hati-hati. Maklum, ia sedikit trauma karena pernah terguling dari tangga di masa kecil.

Tangannya mulai gemetar. Tapi ia bersih keras menahan rasa trauma yang menderanya. Kakinya terus melangkah, perlahan tapi pasti.

Tak … tak!

Suara langkah kakinya terdengar sedikit berdentum menyentuh anak tangga yang ditapaki pertanda berhati-hati.

Ia tersenyum sedikit lepas mengamati sekeliling. Rasanya kerinduan akan rumah lamanya terobati. Nuansa yang sama dengan dekorasi kediaman keluarganya.

Cat dinding serba cream dikombinasikan dengan gold adalah pilihan dekorasi ruangan pemilik rumah.

Pandangannya terkunci pada sebuah pintu bergagang emas. Dengan ukiran bernilai seni khas Eropa klasik. Menambah kemegahan hunian itu.

“Itu pasti kamar Pak Revan,” lirihnya. Sambil mempercepat langkahnya.

Pintu kamar Revan terempas terbuka. Keira yang kebetulan hampir membuka pintu memekik kaget.

Sosok pemilik tubuh tinggi, tegap terhuyung menubruknya. Sontak Keira menangkapnya. Tapi tubuh itu terlalu berat, hingga ia tak mampu menahannya justru terdorong mundur dan sama-sama terpelanting di sofa sudut ruangan kamar.

Tubuh Revan setengah menindihnya, keringat bercucuran membasahi seluruh tubuhnya. Membuat Keira panik seketika.

“Pak Revan kenapa?” Keira mendorong tubuh Revan agar bangkit dari tubuhnya.

“Tiba-tiba kepalaku sakit, sepertinya karena tidak sempat sarapan tadi pagi. Lapar lebih tepatnya. Rasanya kunang-kunang banyak seliweran di mataku.” Revan beranjak bangkit dan sempoyongan berpindah ke kasur.

Keira pun perlahan bangun dan mendekatinya, “Pak Revan di sini saja, biar Keira yang ambilkan makan siangnya.”

Menit kemudian, langkahnya tercekat, tubuhnya tidak bisa digerakkan meski sedikitpun. Ketika menoleh ternyata tangan Revan mencengkeram lengannya.

“Kamu adalah tamu di rumah ini, masa iya tamu melayani Tuan rumah?”

“Tapi jangan lupa, kalau aku juga asisten Bapak. Sudah, jangan banyak protes! Tiduran saja,” terang Keira. Kemudian segera pergi meninggalkan kamar.

Ia bahkan lupa jika trauma dengan tangga, langkahnya berlari kecil menuju dapur.

Maggie terkejut mengetahui kedatangan Keira seorang diri. Terlebih gadis itu memasang raut cemas di wajahnya.

“Ada apa, Keira?” tanya Maggie, menghampiri.

“Pak Revan mendadak pusing, katanya berkunang-kunang. Tan, saya permisi. Bolehkah saya menyiapkan makanan siang Pak Revan dan membawakan ke kamarnya?” Keira meremas ujung kain pakaian yang dikenakannya.

Maggie tersenyum. Ia sudah menduga jika Keira orang yang tepat, yang mampu mengerti dan menyediakan segala kebutuhan Revan.

“Silahkan, ayo Mama bantu,” balas Maggie kemudian mulai mengambil nampan.

Sementara Keira menggapai piring dan mulai menata makanan di atasnya. Tak lupa ia juga membawakan teh dingin yang tidak terlalu manis, atau lebih tepatnya tawar.

“Tante, aku sedikit trauma dengan tangga. Waktu kecil aku pernah terjatuh. Bisakah membantuku naik ke atas?” Keira memasang wajah paling melas agar Maggie mengerti.

“Lewat lift saja, memangnya gak tahu kalau ada lift di samping tangga? Ayo Tante tunjukkan. Tante ikut deh, sekalian memastikan keadaan anak kesayangan,” ujar Maggie, ia berjalan mengekor di belakang Keira.

Diam-diam, Maggie memperhatikan setiap sikap yang ditunjukkan Keira pada Revan. Tepat di depan pintu, gadis itu mengetuk pintu dahulu sebelum masuk. Kemudian meletakkan nampan berisi makanan di atas meja, setelahnya ia membantu Revan untuk duduk dan bersandar di sisi ranjang.

“Mama ngapain sih ikutan ke sini? Ganggu usaha Revan aja,” kesal Revan saat menemukan Maggie berdiri diambang pintu.

“Eh, enak saja dibilang pengganggu. Mama ‘kan mau bantuin. Kamu kenapa?”

“Mungkin hanya lelah, lagi banyak pikiran, Ma. Ada project yang gagal. Selain itu tadi pagi gak sempat sarapan,” keluhnya terlihat lesu.

“Bismillah, Pak. Aaa … dibuka mulutnya,” pinta Keira.

Revan terkejut, gadis itu nekad menyuapi makanan tepat di depan mamanya. Astaga. Mungkin gadis ini polos. Tapi justru itu yang membuat Maggie terkesan. Sedangkan Revan dibuat malu di depan ibunya.

“Usai, Pak Revan makan. Saya naik taksi, ya Pak. Kembali ke kantor. Gak enak sama yang lainnya. Saya ‘kan kerja Bapak gaji.” Keira terus memasukkan makanan ke bibir bos-nya.

“Memang yang gaji kamu mereka?” tanya Revan rautnya berubah muram.

Maggie sangat mengerti, jika putranya yang seorang playboy itu sedang jatuh cinta pada gadis yang terpaut jauh usianya.

“Keira, benar kata Revan. Kamu ‘kan asisten pribadi dia. Tuh bos kamu lagi sakit, butuh perhatian kamu! Tinggal saja dan tidur di kamar tamu,” sergah Maggie.

Tentu hal itu sambut senang oleh Revan. Di saat tepat sang mama begitu mengerti maunya. Mungkin karena usia Revan sudah tak lagi muda.

Maklum, teman-teman seusianya sudah memiliki anak. Di tempat arisan, Maggie juga sering ditanyai terus kapan putranya menikah, kapan memiliki cucu. Hal itu membuat perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu bersemangat saat mengetahui ada kesempatan.

“Iya deh Tante, tapi saya mau pulang ambil baju ganti,” rengeknya.

“Tante dan Revan akan sediakan. Tidak perlu memikirkan apapun. Yang penting kamu temani Revan saja ketika ia butuh,” ujar Maggie.

Astaga, bisa mateng Keira jadi tawanan pria dewasa seperti Revan. Ia bahkan seperti menikmati kepanikan asistennya. Ada rasa senang yang tidak dapat ia sembunyikan.

***

20.00 WIB — Kamar Revan di Kediaman Keluarga.

“Mam, kapan Papa pulang?” tanya Revan saat hendak bersiap tidur di kamarnya.

Saat itu Maggie menyempatkan diri menghampiri Revan untuk sekedar bercengkerama. Kebersamaan keduanya memang jarang. Maggie merasa beruntung dengan kehadiran Keira yang ia yakini mampu mendekatkan sang putra dengan dirinya.

Sejak gagal menikah, Revan jarang pulang. Bahkan ia memilih menghabiskan hidupnya dengan bekerja. Pemuda itu memang workaholic. Hal yang paling dibanggakan keluarga besarnya.

“Katanya sih tiga hari lagi,” jawab Maggie penuh keraguan.

Maggie masih linglung. Memikirkan usia putranya yang tak lagi muda, tapi tetap saja ingin bermain-main dengan banyak wanita di luar sana.

Tentu Maggie cemas, ibu mana yang tidak menginginkan putranya mendapatkan yang terbaik. Seringkali ia memikirkan banyak wanita yang dipermainkan Revan balas dendam.

Hal ini juga yang selalu mengusik pikirannya dan menginginkan putranya segera menikah dan mendapatkan pendamping yang sesuai keinginannya.

Maggie menghela napasnya yang semakin berat. Ya. Citra buruk playboy yang melekat dalam diri Revan membuatnya cemas.

Kegagalan Revan dalam jalinan asmara yang membawanya di ambang pernikahan, ternyata menyisakan luka tersendiri baginya. Trauma pada perempuan membuatnya dendam. Bahkan ia mulai berubah jadi liar dan selalu mempermainkan wanita dengan kencan satu malam saja.

“Kenapa Mama terlihat cemas?” tanya Revan berhati-hati. Buku jemarinya menggenggam erat tangan sang mama. Berusaha memberi efek tenang pada wanita yang telah melahirkannya.

“Mama ingin kamu menikah,” ucap Maggie singkat.

Senyuman manis melengkung sempurna dari bibir Revan. Ia bagaikan mendapat lampu hijau dari sang ibu.

“Benarkah?” tanyanya, ragu dan ingin memastikan. Meskipun ia tahu betul jika ibunya berulang kali bertanya perihal kapan menikah.

“Ya, aku kan pengen gendong cucu. Kamu ini gimana sih, tapi tentu tidak sembarang perempuan yang boleh kamu nikahi,” terang Maggie, sambil duduk di samping putranya.

“Perempuan yang seperti apa yang menjadi pilihan Mama untuk Revan nanti?” tanya Revan mencari tahu.

“Keira. Mama ingin ia yang menjadi pilihan kamu,” jawab Maggie dengan tatapan lurus ke depan. Suaranya terdengar mantap, penuh penekanan dan keyakinan yang hakiki.

Revan tidak menjawab. Tapi ia tersenyum dan berhambur memeluk Maggie. Ia mencium kening ibunya seketika, melukiskan rona bahagia di wajahnya.

— To Be Continued

Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!