Bab 11. Syarat dari Bram

09.00 WIB — Pantai Kuta

Deru ombak pantai berlomba menghibur lara. Embusan angin kencang membuat tatanan rambut Keira menjadi rusak. Tanpa diminta, buku jemari Bram sigap menyelipkan di belakang telinga.

Keira terasa gugup. Darahnya terasa mengalir menghangat dalam waktu sekejap. Meskipun hatinya terluka karena Revan. Tapi menyisakan rasa lega dalam dada setelah pertemuan dengan Bram disambut baik olehnya.

Ia masih menunggu keputusan Bramantyo, ingin rasanya segera pergi memberikan kabar baik pada Revan. Tapi apa daya, yang memberikan keputusan sepertinya sedang ingin berlama-lama mengulur waktu.

Akhirnya, setelah dua jam yang ia lewati sambil berbincang berbasa-basi dengan pengusaha muda di hadapannya, Keira memberanikan diri untuk kembali bertanya.

“Permisi Pak, Bram. Kira-kira bagaimana keputusan yang akan diambil mengenai projectnya Pak Revan selaku Boss saya.” Keira mengerucutkan bibirnya. Ia mulai jenuh lama menunggu.

Apa lagi, rencana yang seharusnya lancar jadi tersendat karena adanya keluarga Bramantyo dan juga relasi yang turut serta dalam pertemuannya kali ini.

“Oke, saya setujui. Tapi saya memiliki syarat untuk ini. Dan harus disetujui Revan,” balasnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Apa itu, Pak. Saya akan lakukan,” tukas Keira bersemangat.

“Kita tunggu Revan datang,” ujarnya.

Deg!!!

Jantung Keira semakin berdegup kencang mendengar nama Revan disebutkan. Rasanya ingin mencelos saja dari tempatnya. Rencana apa lagi yang sebenarnya dirancang oleh Bram. Membuat gadis itu semakin gelisah tak tentu arah.

“Maaf, apa saya tidak salah dengar? Pak, Bram mendatangkan Pak Revan kemari?” tanya Keira tak percaya. Ia bahkan mengerutkan keningnya diikuti bulir keringat tiba-tiba menetes di dahinya.

Bram hanya diam sambil menyeruput air mineral di botol yang hampir tandas. Tatapan matanya menatap tajam sambil tersenyum getir ke arah kedatangan Revan.

“Apa yang aku lewatkan? Terimakasih sudah mengundangku, jika tidak maka aku tidak akan tahu kemana asistenku pergi di pagi buta.” Revan tiba-tiba nyelonong menggeser kursi tepat di samping Keira.

Keira berjingkat bahkan lengannya menyenggol botol air mineral yang hampir saja berguling jika saja Revan tidak cepat meraihnya dan mengembalikan posisinya.

Ia tidak marah, tetapi senyuman termanis tersungging untuk Keira. Membuat gadis itu menghindari tatapan Revan dan mengalihkan pandangannya mengamati sikap Bram yang ternyata menatap keduanya bergantian.

Ya. Tiba-tiba situasi berubah menegangkan. Seharusnya ini adalah pertemuan dengan berbumbu pekerjaan. Entah mengapa Bram seperti tidak profesional saat ini.

Pria berkulit pribumi itu menghela napas panjang sebelum memulai pembicaraannya, “Karena kamu sudah di sini, aku ingin mengatakan beruntung sekali memiliki asisten pribadi secantik dan seberani dia.”

Bram menatap tajam tanpa kedip dan tanpa sengaja kedua mata saling bertukar pandang dalam sepersekian detik. Membuat Revan geram melihat keduanya.

“Jangan berbasa-basi, jika memang Anda menolak untuk menjadi penanaman modal, saya sangat mengerti. Mungkin proyek saya bukan yang diinginkan oleh seorang Bramantyo. Maka ijinkan saya membawa asisten pribadi saya pulang.” Revan beranjak berdiri, guratan kekesalan terpampang jelas di wajahnya.

“Ayo, Keira. Kita pergi, tidak masalah gagal. Kita masih memiliki kesempatan yang lainnya bukan? Mari pergi,” imbuh Revan kemudian, buku jemarinya menyentuh dan meremas punggung tangan Keira, kemudian menariknya dengan kasar serta menggenggam erat meletakkan di depan dadanya.

“Tunggu, aku sudah menyetujui kesepakatan ini sejak Keira berniat menemuiku,” sergah Bramantyo dengan suara keras dan tegas.

“Lalu kenapa kamu meminta syarat?” Kening Revan saling bertautan. Melihat Bramantyo tidak rela gadis pujaannya itu beranjak pergi.

“Untuk membuatmu jera, aku tidak suka melihat wanita diperlakukan semena-mena. Apalagi wanita cantik itu adalah Keira Anindita,” kilahnya sambil melemparkan sebuah senyuman ke arah gadis itu disertai tatapan tajam tanpa kedip.

Iris matanya begitu tajam. Situasi begitu menegangkan. Membuat Keira serba salah telah berada di sana. Ingin rasanya ia menjerit meminta bantuan Alan saat itu juga.

“Kalau begitu batalkan saja,” ucapnya singkat, “Keira ayo kita pergi,” sambungnya kemudian. Sikapnya kepada Keira berubah lembut.

Bukan Bramantyo Baskara jika menyerah begitu saja dengan keadaan seperti ini. Ia berpikir keras sejenak.

“Keira, jika kamu menuruti perkataannya, akan kutarik semua saham di perusahaan papa kamu!” hardiknya.

Mata Keira terbelalak, ia begitu terkejut mendengar kata ‘perusahaan papa kamu’. Bukankah Alan menyuruhnya bekerja karena sudah bangkrut? Dan Alan mengatakan sedang merintis usaha baru kecil-kecilan?

Keira merasa dipermainkan oleh semuanya. Kini ia yang merasa kesal. Ia benci dibohongi. Keira menahan marah hingga tanpa disadari tangannya memeluk lengan Revan. Pria itu seperti disiram air dingin.

Revan membalas mengelus punggung Keira berulangkali. Sengaja memberikan efek tenang yang nyaman. Ia adalah play boy sejati. Tentu saja ahli mengendalikan keadaan.

“Begini saja, aku tidak suka teka-teki. Apa keinginan mu yang begitu penasarannya melibatkan Keira dalam hal yang seharusnya ini adalah pertemuan bisnis.” Revan menemukan keberadaan keluarga Bram di seberang sana.

Senyuman kecut ia lemparkan ke seluruh keluarga Bram. Tidak lagi senyuman bersahabat seperti sebelum ia ingin bekerja sama menjalin relasi bisnis.

“Tunggu, maaf sebelumnya … apa maksud Pak Bram mengatakan padaku bisnis Papa masih berkembang?” tanya Keira menyelidik.

Ia memang awam soal bisnis. Kuliah saja tersendat karena kecelakaan yang mendera keluarganya. Tetapi juga ada rasa tidak terima jika harus dibohongi kakak kandungnya sendiri dan menjerumuskan pada situasi yang tidak seharusnya.

“Jawab saja,” ucap Bram singkat. Rasanya ia mulai malas.

“Katakan syaratnya,” pinta Keira tegas penuh penekanan meski nadanya terdengar lirih.

“Menikahlah denganku, kecuali kamu mencintai orang lain,” ucap Bram penuh percaya diri.

“Bagaimana jika aku menolak?” Mata Keira mulai berembun, kemudian merebak menjadi bulir bening yang mengalir deras.

“Harus memiliki alasan yang tepat, baru aku melepaskan kamu!”

“Aku mencintai pria lain,” ujar Keira, kemudian mengusap air matanya dengan jemarinya dan pergi mengabaikan kedua pria yang sama-sama terdiam mematung.

Napas Revan memburu, wajahnya merah padam. Ia meraih map merah yang ada di atas meja. Map yang seharusnya ditandatangani oleh kedua belah pihak terkait kerja sama bisnis. Tapi nyatanya pemuda itu justru merobek isi map tersebut hingga hancur lebur kemudian menyusul Keira pergi.

Entah apa yang dirasakan Bram saat itu. Yang jelas ia tidak menyangka jika hal buruk ini terjadi padanya. Harga dirinya merasa diinjak-injak atas penolakan yang Keira lakukan di depan rekan bisnisnya yang gagal.

*

*

Revan berlari menyusul Keira yang terus berjalan di pinggiran pandai. Ombak yang mengamuk menggambarkan riuhnya suasana hati gadis itu.

“Keira,” panggil Revan sambil terus berlari mengejar Keira yang bahkan tidak mengehentikan langkahnya meski mendengar suara melengking.

“Keira, ayo ikut aku. Mari lupakan semuanya, hari ini kita pergi sebagai teman,” ucap Revan.

Keira menghentikan langkahnya seketika. Tanpa bicara, ia menubruk dada bidang Revan dan memeluknya begitu erat. Jantung Revan kembali berdebar. Ada rasa tak biasa yang ia rasakan.

Rasanya begitu berbeda dengan yang telah ia lalui dengan gadis kebanyakan. Meski melakukan hubungan intim satu malam sekalipun, Revan bersikap acuh pada semua teman kencannya.

Tetapi pada Keira, ia merasa berbeda. Ada rasa tak tega dan kepedulian yang begitu besar. Rasa yang membuat pemuda itu bingung memahami suasana hatinya sendiri.

Tangannya yang semula menggantung di udara, perlahan bergerak naik membalas pelukan Keira. Gadis itu terlihat cantik dengan riasan tipisnya. Tak seperti awal pertemuan yang makeup-nya mirip ibu-ibu arisan sosialita. Kali ini ia berdandan sesuai umur dan tetap modis.

Keduanya saling hanyut. Memberi kehangatan dan kenyamanan satu sama lainnya. Menit kemudian keduanya saling bertatapan. Napas Revan semakin memburu serasa kehabisan napas. Semakin cepat dan cepat.

Entah sejak kapan, kedua bibir mereka mulai bersentuhan. Saling membalas satu sama lain. Dengan wajah memerah, saat mulai tersadar Keira melepaskan diri.

“Kenapa? Kamu marah? Maaf,” desis Revan kebingungan. Ia kikuk karena bersikap gila pada gadis yang bertaut umur jauh dengannya.

“Tidak, hanya saja … aku belum pernah melakukannya dengan siapapun,” ucap Keira. Ia mengaku dengan kondisi gugup.

Membuat Revan merasa bangga. Ia bahkan tersenyum penuh kemenangan di depan gadisnya. Yang lebih membanggakan, ia melihat dari kejauhan jika Alan mengamati dari kejauhan bersama Bram.

“Mari pergi dari sini,” ajaknya.

Keira menoleh sejenak mengetahui keberadaan sang kakak. Hatinya sakit juga kesal merasa ditipu.

“Ayo, apakah tawarannya masih berlaku?” tanya Keira dengan raut sendu.

“Tentu, lupakan soal pekerjaan hari ini. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang akan mengubah hidup kita,” tukas Revan, sambil menggenggam erat tangan Keira kemudian melangkah pergi.

— To Be Continued

Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!