Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi

Bramantyo Baskara, pria yang tak kalah kaya dengan Revan . Keduanya memiliki kesamaan dalam berbisnis. Sama-sama meraih sukses di usia muda dan digandrungi oleh kaum hawa.

Bedanya, Bramantyo adalah keturunan pribumi yang memiliki kulit sawo matang, berambut ikal, dan berperawakan tegap. Hanya dari segi fisik.

Namun, meski ia terlahir sebagai pria lokal, parasnya yang menawan masih sanggup mengalahkan kharismatik seorang Revan Halim .

Mata tajam Bramantyo, tidak sedikitpun melepaskan tatapan matanya pada Keira yang terus menundukkan wajahnya sembari memilin ujung kain yang dikenakannya.

“Inikah sikapmu sebagai seorang pria? Meski kamu Boss, tidak seharusnya kamu membiarkan wanita cantik berdiri di sampingmu sedangkan kamu malah duduk bersantai di atas lelahnya.” Suara parau berat khas Bramantyo bagaikan petir menyambar telinga pendengarnya.

Klien barunya ini, ternyata memiliki sikap tak biasa. Ia berbeda dengan lainnya. Kepeduliannya begitu tinggi. Membuat Revan geram dan sedikit tidak suka dengan sikapnya yang sok tahu dan perhatian dengan Keira.

“Keira, duduk!” perintah Revan , tak acuh setelah menarik kursi yang baru saja ia duduki dengan bibirnya mengerucut.

Sejenak Revan menghela napasnya yang mulai tak beraturan. Gusar. Belum pernah ada seorangpun yang mampu membuatnya segugup ini. Pria di hadapannya begitu sombong dan angkuh. Entah mengapa, Revan merasa jika ia tidak bisa dijadikan sebagai rekan melainkan saingan.

Menit kemudian, Revan ikut duduk di sebelahnya. Lalu menatap lekat wajah Keira yang terlihat panik hingga meninggalkan rona merah di wajahnya.

“Berkasnya?” tangan Revan terulur ke arah Keira yang masih tercenung karena belum terbiasa bekerja.

“Keira!” pekik Revan . Membuat Keira berjingkat dengan mata melotot menelan ludah akibat kebingungan.

“Um … ya, Pak. Berkas yang mana ya?” Keira membuka setiap tumpukan map yang semula dibawanya.

“Sial!” Revan berdecak kesal sembari memijit pelipisnya melirik Keira yang gugup mencari map yang diinginkan Revan .

Dia lupa memberi tahu Keira, map yang mana yang seharusnya dia bawa. Tetapi, bukan salah Keira juga jika ia kebingungan. Sebab Revan mengerjakan pekerjaan tersebut sendiri tanpa membebani asisten pribadi barunya yang dianggap belum mampu dalam tugas ini.

Revan kembali berdecak kesal sembari mengibaskan tangannya. “Penting bagi kamu bertanya dulu sebelum bekerja! Jangan ketika sudah di depan klien seperti ini. Seharusnya perjanjian kerja sama ini akan menguntungkan bagi saya, tetapi karena kecerobohan kamu, entah apa jadinya.”

Bramantyo masih mengamati mimik kesal dari raut Revan . Tidak biasa pria keturunan indo itu memarahi yang membantunya dalam pekerjaan, terlebih asisten pribadi yang seharusnya memiliki kedekatan dengannya.

“Permisi, maaf saya menyela. Asisten Pak Revan baru ‘kan? Gimana kalau Bapak sendiri yang cari berkasnya di map warna apa? Pasti inget dong! Yang bikin ‘kan Bapak?”

Revan terkesiap. Ia tidak menyangka jika semuanya terbaca oleh Bram—calon kliennya.

Mendadak Keira merasa ngeri dengan amukan Revan yang bahkan tidak memikirkan perasaannya saat di depan umum. Orang seperti dia bisa melakukan apapun ketika sedang nekad.

Tipikal orang yang suka menindas untuk melancarkan keinginannya. Sama persis dengan karakter Revan saat ini. Nama baiknya runtuh di depan Bram saat ia lalai dan bersikap kasar pada Keira.

“Keira, tolong kemarikan map berwarna merah. Di tumpukan nomor dua!” perintah Revan , datar. Tidak ada rasa kasihan seperti sebelumnya. Teguran dari Bram tidak sedikitpun mengubah sikapnya.

Keira begitu gugup, menyodorkan setelah membuka lembaran pertama. Kemudian tanpa disadari, ia menumpahkan segelas teh yang letaknya tak jauh dari map diletakkan.

“Ma-maaf, Pak—“ ucapan Keira yang tergagap akhirnya terhenti, matanya mulai berkaca-kaca.

Bramantyo segera beranjak dari tempat duduknya. Ia tersenyum ke arah Keira sembari memberikan sebuah kartu nama miliknya. Kemudian menepuk bahu Revan .

“Siapkan dahulu semuanya, baru kemudian undang saya!” ucap Bramantyo. Entah kenapa, Revan merasa dirinya direndahkan saat mendengarnya.

Revan gusar. Ia berulang kali mengacak-acak rambutnya sendiri. Menit kemudian berusaha mengangkat wajah dan terus menatap Bramantyo yang mulai menghilang dari pandangannya.

“Pak—“ tangan Revan kembali terangkat, seperti memberikan peringatan agar gadis itu berhenti berbicara.

Melihat hal itu Keira menunduk sambil menahan tangis. Dan merasa bersalah atas kebodohannya. Jika saja ia selangkah lebih pandai dari Wina, yang merupakan sekretaris Revan . Semua ini tidak akan terjadi.

“Nanti malam, antarkan dua porsi makan malam di apartemen milik saya. Jangan lupa belikan pengamanan yang mereknya berkualitas,” ucap Revan. Kemudian berlalu pergi.

Mendengar kata pengaman, jantung Keira hampir saja meledak. Duuuh, mungkinkah ia akan jadi sasaran singa lapar malam ini. Mungkinkah Keira akan dicabik-cabik oleh amarah Revan?

Memikirkan saja Keira bergidik ngeri. Apa lagi harus datang malam nanti untuk memenuhi permintaan Revan .

**

Keira masih mondar-mandir di apartemen yang diberikan oleh Revan untuknya. Ia bahkan menggigit kuku jari karena cemas.

‘Kak Alan, aku harus apa?’

Keira melirik jam dinding. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Ia segera memoles wajahnya dengan riasan tipis.

Kemudian beranjak pergi membelikan pesanan Revan . Suara pria itu, serasa terngiang-ngiang berulangkali. Ada rasa jijik ketika Keira harus menenteng kantung plastik berisi pengaman atau alat kontrasepsi. Ia bahkan harus meminta tolong dengan terpaksa pada tukang parkir untuk membeli benda menjijikkan itu. Meski ia ditertawakan pun rela demi maaf Boss galaknya.

Langkah kakinya mulai mengendur di depan apartemen Revan . Dengan tangan gemetar, ia menekan bel sekali. Lalu memutuskan untuk menunggu.

Tak lama kemudian, seorang wanita yang hanya mengenakan pakaian transparan membuka pintu untuk Keira, dan menggapai barang belanjaan yang masih menggantung di genggaman Keira.

Si gadis tersenyum getir. Mengabaikan Keira yang masih termangu. Ia masih tidak percaya, jika issue yang di dengar belakangan terakhir benar adanya. Jika Revan memang suka mesum dan bergonta-ganti pasangan setiap malam.

“Keira, sedang apa kamu di sana! Lekas pergi! Aku mau bersenang-senang! Hariku hancur seharian ini karena ulah kamu! Dasar … pembawa sial!” teriaknya.

Siapa sangka, jika ucapan menyakitkan yang keluar dari bibir Revan ini disimpan Keira sebagai luka yang membuatnya membenci. Hatinya begitu perih.

Keira kembali ke apartemennya dengan langkah lunglai dan derai air mata. Masih segar di ingatannya, jika wanita yang tak tahu malu itu mengenakan pakaian transparan bergelayut manja.

Tak lama kemudian, Keira berbalik kembali ke apartemen Revan . Entah apa yang membuatnya menjadi berubah pikiran.

“Well, saya bisa jadi apapun yang Pak Revan mau malam ini! Tapi saya gak mau Bapak menghancurkan nama baik yang sejak lama dibangun dengan susah payah. Apa lagi hanya karena saya, keluar, Pak!” Keira menggedor pintu apartemen Revan berulangkali sambil berteriak lantang.

Revan membuka daun pintu sembari membantingnya. Ia butuh waktu untuk bernapas panjang. Kemudian ia memberikan perintah pada sang gadis yang berada di kamarnya agar segera pulang. Revan mencoba berpikir keras tentang keinginan Keira.

“Apa kamu yakin dengan penawaran gila kamu? Sudah kamu pikirkan masak-masak? Bagaimana kalau Alan menyalahkan saya nantinya! Apakah kamu juga berniat merusak persahabatan kami?” cerocos Revan sambil menatap tajam hingga mengguncangkan tubuh mungil gadis di hadapannya.

“Jika saya menolak? Dan mengurungkan sebagian keinginan saya? Beri saya sedikit waktu untuk berpikir jernih, Pak.”

“No way. Putuskan sekarang.”

“Jika saya mengurungkan niat, dan menolaknya?”

“Well, saya bisa cari wanita lain yang bisa melakukannya,” jawab Revan penuh penekanan kemudian melenggang menjauhi pintu.

—To Be Continued

Terpopuler

Comments

qiuqiu

qiuqiu

Endingnya bikin nagih.

2025-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Keira Maheswari
2 Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3 Bab 3. Kegilaan Keira
4 Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5 Bab 5. Pria Kasar
6 Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7 Bab 7. Kegagalan
8 Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9 Bab 9. Menebus Kesalahan
10 Bab 10. Bramantyo Baskara
11 Bab 11. Syarat dari Bram
12 Bab 12. Belahan Jiwa
13 Bab 13. Wanita Pilihan
14 Bab 14. Perjalanan Dinas
15 Bab 15. Oh Keira yang Galak
16 Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17 Bab 17. Raihan Halim
18 Bab 18. Ini Tidak Adil
19 Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20 Bab 20. Berdiri di Jalanku
21 Bab 21. Aku ya Aku
22 Bab 22. Setuju!
23 Bab 23. Ini Tidak Mudah
24 Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25 Bab 25. Menguak Tabir
26 Bab 26. Ini Kisah Rumit
27 Bab 27. Pesona Suamiku
28 Bab 28. Terjebak
29 Bab 29. Kebohongan
30 Bab 30. Akan Kubalas
31 Bab 31. Mari Bersekutu
32 Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33 Bab 33. Sepotong Kata
34 Bab 34. Hati yang Berantakan
35 Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36 Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37 Bab 37. Gamang
38 Bab 38. Mulai Dekat
39 Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40 Bab 40. Firasat
41 Bab 41. Percakapan Sore
42 Bab 42. Tentang Hati
43 Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44 Bab 44. Tentang Alan Irawan
45 Bab 45. Ego dan Cemburu
46 Bab 46. Dibutakan Cemburu
47 Bab 47. Tentang Amarah
48 Bab 48. Malam Menegangkan
49 Bab 49. Memperbaiki Hati
50 Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51 Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52 Bab 52. Rasa Tak Biasa
53 Bab 53. Haruskah Memilih
54 Bab 54. Terlihat Bersaing
55 Bab 55. Inikah Cinta?
56 Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57 Bab 57. Mulai Mengatur
58 Bab 58. Sesuai Inginnya
59 Bab 59. Sekeping Hati
60 Bab 60. Penampilan Baru Keira
61 Bab 61. Dalam Pengawasan
62 Bab 62. Dia Tak Sakit
63 Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64 Bab 64. Keraguan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Bab 1. Keira Maheswari
2
Bab 2. Boss Kejam Idaman Wanita
3
Bab 3. Kegilaan Keira
4
Bab 4. Aku Bukan Perempuan Manja
5
Bab 5. Pria Kasar
6
Bab 6. Perasaan Tak Nyaman
7
Bab 7. Kegagalan
8
Bab 8. Kegilaan dan Frustrasi
9
Bab 9. Menebus Kesalahan
10
Bab 10. Bramantyo Baskara
11
Bab 11. Syarat dari Bram
12
Bab 12. Belahan Jiwa
13
Bab 13. Wanita Pilihan
14
Bab 14. Perjalanan Dinas
15
Bab 15. Oh Keira yang Galak
16
Bab 16. Tentang Kejadian di Kolam Renang
17
Bab 17. Raihan Halim
18
Bab 18. Ini Tidak Adil
19
Bab 19. Cuek Tapi Perhatian
20
Bab 20. Berdiri di Jalanku
21
Bab 21. Aku ya Aku
22
Bab 22. Setuju!
23
Bab 23. Ini Tidak Mudah
24
Bab 24. Berita Buruk (Cerita Bramantyo)
25
Bab 25. Menguak Tabir
26
Bab 26. Ini Kisah Rumit
27
Bab 27. Pesona Suamiku
28
Bab 28. Terjebak
29
Bab 29. Kebohongan
30
Bab 30. Akan Kubalas
31
Bab 31. Mari Bersekutu
32
Bab 32. Berkata Dengan Sikap
33
Bab 33. Sepotong Kata
34
Bab 34. Hati yang Berantakan
35
Bab 35. Merebut Kembali Hatinya
36
Bab 36. Jangan Ganggu Istri Orang
37
Bab 37. Gamang
38
Bab 38. Mulai Dekat
39
Bab 39. Mungkinkah Ini Obsesi?
40
Bab 40. Firasat
41
Bab 41. Percakapan Sore
42
Bab 42. Tentang Hati
43
Bab 43. Tentang Bramantyo Baskara
44
Bab 44. Tentang Alan Irawan
45
Bab 45. Ego dan Cemburu
46
Bab 46. Dibutakan Cemburu
47
Bab 47. Tentang Amarah
48
Bab 48. Malam Menegangkan
49
Bab 49. Memperbaiki Hati
50
Bab 50. Terpaksa dan Dipaksa
51
Bab 51. Pesona Bramantyo Baskara
52
Bab 52. Rasa Tak Biasa
53
Bab 53. Haruskah Memilih
54
Bab 54. Terlihat Bersaing
55
Bab 55. Inikah Cinta?
56
Bab 56. Ini Bukan Siti Nurbaya
57
Bab 57. Mulai Mengatur
58
Bab 58. Sesuai Inginnya
59
Bab 59. Sekeping Hati
60
Bab 60. Penampilan Baru Keira
61
Bab 61. Dalam Pengawasan
62
Bab 62. Dia Tak Sakit
63
Bab 63. Karena Aku Belum Siap
64
Bab 64. Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!