15

***
Waktu 2 bulan berjalan begitu cepat. Tak terasa tersisa 2 hari lagi sebelum para mahasiswa itu menyelesaikan KKN mereka di Desa Tamansari.
Selama itu pula interaksi antara Arga dan Laras menjadi sedikit berjarak. Tepatnya setelah pameran lukisan pada hari itu.
Alby sendiri muak melihat mereka sejak saat itu. Hingga kali ini ia benar-benar meluapkan amarahnya, tanpa segan memukuli Arga hingga babak belur.
Arga tidak diam, tentu saja ia melawan. Arga merasa tidak berbuat kesalahan sama sekali hingga pantas dipukul.
Bugh-! Bugh-!
Cantika Jelita
Cantika Jelita
Woy! Udah, stop!
Fahmi Kurniawan
Fahmi Kurniawan
Ga, Lo tahan dulu! [Menahan Arga.]
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Apa salah gue, hah?! [Menghempaskan lengan Fahmi yang menahannya.]
Albyan Saputra
Albyan Saputra
Lo masih ngga sadar, goblok?
Fauza Sandria
Fauza Sandria
Stop! Al, seenggaknya Lo jelasin dulu apa salahnya Arga sampai Lo pukul dia kayak gini tanpa alasan.
Fauza Sandria
Fauza Sandria
Kita juga ngga tau gimana cara menengahi kalian kalau gini caranya.
Andhika Diaksara
Andhika Diaksara
Gue setuju sama Fauza. Lo main pukul gitu aja tanpa alasan udah jelas salah. [Melepaskan Alby.]
Andhika Diaksara
Andhika Diaksara
Arga ngga salah juga lawan Lo, dia aja ngga tau kenapa malah Lo gebukin.
Albyan Saputra
Albyan Saputra
Lo.. [Menatap tajam Arga.]
Albyan Saputra
Albyan Saputra
Kenapa Lo kasih jawaban yang ngga pasti saat itu? [Nada dingin.]
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Maksud Lo?
Albyan Saputra
Albyan Saputra
Pas pameran. Lo bilang apa sama Laras?
Cantika Jelita
Cantika Jelita
Laras? Maksud Lo apaan, Al? Ini semua ada kaitannya sama Laras?
Albyan Saputra
Albyan Saputra
Arga jelas-jelas bikin lukisan Laras, tapi malah jawab lain pas Laras nanyain.
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Apa urusannya sama Lo?
Albyan Saputra
Albyan Saputra
Lo ngaku aja, lukisan itu Laras, kan?
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Bukan siapa-siapa.. Cuma imajinasi gue aja. [Nada dingin.]
Albyan Saputra
Albyan Saputra
Gue tau Lo, Ga. Jangan pikirin perasaan gue saat ini. Pikirin Laras.
Albyan Saputra
Albyan Saputra
Gue udah ditolak sama dia, dan gue terima semua itu dengan ikhlas.
Albyan Saputra
Albyan Saputra
Lo ngga perlu pikirin gue lagi. Kalau Lo suka, Lo bisa kejar dia.
Mereka hening. Arga tak memilih menjawab melainkan pergi dari sana. Dia mengerti maksud ucapan Alby, namun juga merasa tidak yakin.
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Sahabat lebih penting bagi gue ketimbang cinta, Al. Lo harusnya tau itu. [Kembali melanjutkan langkahnya.]
Albyan Saputra
Albyan Saputra
“...”
Tepat diluar Arga berpapasan dengan Laras yang baru saja keluar dari rumah perkarangan rumah Pak Kades. Tatapan mereka bertemu.
Laras hendak menyapa, namun Arga melangkah terlebih dahulu dan meninggalkannya yang masih terdiam.
Larasati Fauziah
Larasati Fauziah
“...” [Menatap punggung Arga yang menjauh.]
***
Laras kembali kerumahnya dengan wajah kusut. Tak seperti biasanya hingga Dean yang duduk di tangga akhirnya bertanya disela-sela aktivitasnya mengaitkan benang layangan.
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Kenapa, Mbak? Kusut banget tu muka.
Larasati Fauziah
Larasati Fauziah
Ngga tau, jangan nanya! [Melewati Dean.]
Dean memilih hirau lantas melompat turun dari tangga. Membawa layang-layang menuju lapangan besar untuk diterbangkan.
Tepat disana ia bertemu dengan Arga yang berjalan-jalan santai. Dean menyapanya.
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Pa kabar, Bang?
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Biasa aja. Ngapain sore-sore kesini?
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Nerbangin layangan. Mau ikutan, Bang?
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Udah SMA masih main layangan?
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Bapak aja masih main layangan sampe sekarang. Kenapa Yan ngga boleh? [Memutar gulungan benang.]
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Tolong tahan, ya, Bang. [Memberikan layangan pada Arga, lalu berlari menjauh.]
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Laras udah pulang? [Memegangi layangan di tangannya.]
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Udah. Kusut banget mukanya pas pulang. Ngambek koyok e. [Meregangkan benang.]
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Siap, Bang?
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Hm.
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Tu, wa, ga, lepas! [Menarik benang layangan.]
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
[Melepaskan layangan.]
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Yes, sekali coba langsung naik dong. [Mendongak ke langit.]
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Laras ada cerita tadi?
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Engga, katanya jangan tanya.
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
[Menghela nafas lalu duduk di tanah.]
Argantara Dewangga
Argantara Dewangga
Tarik lagi, anginnya kuat tuh.
Deandra Fikra
Deandra Fikra
Kenceng, ya, diatas sana. [Menarik benang, berjalan mundur.]
Arga ikut mendongak menatap layangan yang terbang di langit.
Matanya tampak kosong, namun pikirannya dipenuhi oleh seseorang. Jantungnya tak berhenti berdegup dengan kencang hingga wajahnya memerah.
Bersyukur Dean sibuk dengan kegiatannya, tak begitu memperhatikan Arga yang sedang 'galau'.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!