“You're the right time
At the right moment
You're the sunlight
Keeps my heart going, oh-whoa..”
Arga kembali mengingat senyuman indah pada malam itu. Perlahan ia pun ikut tersenyum disaat tangannya menggerakkan kuas menjadi beberapa garis.
Memadukannya dengan beberapa warna yang lembut.
“Know when I'm with you
I can't keep myself from falling
Right time at the right moment
It's you..”
Tws bluetooth terpasang di telinganya. Lagu yang lembut diputar disana, menggema di telinganya.
“You, it's you
You, it's you..”
‘Lagu yang sama pada malam itu.’
Arga mengangkat wajahnya. Seseorang menatapnya kembali dengan senyuman yang sama. Kembali mengingatkannya pada malam yang dingin.
Laras tersenyum padanya. Membawa sebuah keranjang berisikan beberapa rangkaian bunga berbentuk mahkota juga kalung.
Aroma lavender kembali membaui melalui hidungnya. Arga kembali menggores kuasnya diatas kanvas. Meninggalkan jejak dengan warna lembut diatasnya.
Senyumannya tak surut memperhatikan wajah itu sesekali.
Laras tak merasa aneh sama sekali saat Arga menatapnya sesekali, lalu kembali melukis.
Laras juga perhatikan Fauza dan Dhika yang sibuk dengan kuas, palet dan kanvas mereka. Semuanya serius dalam melukis namun tidak dengan Arga yang tampak santai.
Fahmi Kurniawan
Can..
[Menyenggol bahu Cantika, pandangan tak beralih dari kanvas Arga.]
Cantika Jelita
Ap— Wow..
[Menatap arah pandangan Fahmi.]
Fahmi Kurniawan
Laras njir. Gue inget banget, lukisannya mirip sama pas malam itu gue dan Arga nyanyi di depan rumah Pak Kades.
Fahmi Kurniawan
Laras juga senyum sama Arga.
[Bisik ke Cantika.]
Cantika Jelita
Fix ini Arga pasti suka sama Laras..
Fahmi Kurniawan
Tapi gimana sama Alby? Alby juga, kan..?
Cantika Jelita
Ihh gue bingung, Wan..
[Menggigit kuku ibu jari.]
Cantika Jelita
Padahal mereka bisa semanis itu. Tapi Alby — Argh.. Ngga tau mau ship yang mana..
Fahmi Kurniawan
Me too..
***
Ketiga karya itu dipampang juga dipamerkan di sebuah tempat yang khusus.
Banyak warga yang begitu antusias melihat indahnya karya anak bangsa.
Fauza yang mencintai bunga membuat sebuah lukisan bertemakan bunga Nusantara dengan bunga bangkai sebagai profile utama pada lukisannya.
Andhika yang begitu menyukai tulisan membuat sebuah lukisan abstrak dengan beberapa kertas yang bertumpuk, juga bertebaran diatas meja yang didekatnya terdapat pot bunga air. Dalam beberapa kertas itu terdapat sebuah puisi-puisi yang ditulis dengan tulisan cursive dari brush yang tipis.
Namun berbeda dengan Arga yang melukiskan seorang gadis berambut merah yang tergerai indah dan dress hijau pastel yang lembut. Senyumannya mempesona juga cerah dan hangat. Juga memberikan detail indah pada background berupa sebuah perdesaan dengan langit malam. Gadis itu membawa sebuah lentera.
Laras ikut memperhatikan lukisan itu. Baginya tampak seperti sosok yang tidak asing. Lantas ia menemui Arga yang tengah duduk sendirian di bangku bambu dekat sawah.
Larasati Fauziah
Boleh aku duduk disini?
Argantara Dewangga
Silahkan.
[Duduk bergeser.]
Larasati Fauziah
Terima kasih.
[Duduk di sebelah Arga, agak menjaga jarak.]
Dari jauh Alby perhatikan kedua remaja itu. Hatinya merasa sedikit sakit, namun lebih sakit lagi mengingat Laras tak pernah mengharapkan hubungan lebih dengannya.
Larasati Fauziah
Siapa orang dalam lukisan itu?
[Menatap Arga.]
Argantara Dewangga
[Melirik Laras dengan sudut mata, lalu kembali beralih lurus.]
Alby sudah tahu apa jawabannya. Ia kembali menoleh pada lukisan disana, lalu menatap kedua remaja itu kembali.
Albyan Saputra
“Apa jawaban Lo, Ga..”
Larasati Fauziah
Arga..?
“...”
Argantara Dewangga
Bukan siapa-siapa.
Laras terdiam. Pun Alby yang tidak jauh di belakang mereka. Jawaban Arga benar-benar tidak diduga olehnya. Padahal jelas yang ada didalam lukisan itu adalah Laras.
Comments