Hari ini akhirnya tiba. Saat dimana Laura akan menggantikan posisi adiknya Nayla menjadi pengantin untuk Adam. Walau dia melihat kalau laki-laki itu sepertinya tak keberatan dengan permintaan Nayla, tapi dihatinya masih ada sedikit keraguan.
"Mungkin Adam terpaksa menerima dirinya hanya karena amanat saja. Dan mungkin dia juga tak ada pilihan lain. Hari kedepannya aku tak tau apa yang akan terjadi, apakah akan mudah atau akan bertambah sulit bagiku," ucap Laura dengan dirinya sendiri.
Setelah berpakaian ibu Sumarni masuk. Laura merasa heran karena wanita itu langsung meminta maaf, hal yang tak pernah dia lakukan selama ini.
Laura berjalan menuju ruang dimana akad nikah akan berlangsung dengan berjalan seorang diri tanpa seorangpun menemani, baik keluarga atau sahabat. Karena dia memang tak memiliki teman dekat. Dia selalu menyendiri dan tak mau bergaul.
Saat ini Laura telah duduk di samping Adam. Pria itu lalu tersenyum padanya. Berbeda dengan ayah, wajahnya terlihat masam dan cemberut. Mungkin Ayah sedih karena teringat akan anaknya Nayla, yang seharusnya bersanding.
Namun, hal tak terduga terjadi saat akan ijab kabul. Ayah mengatakan sesuatu yang membuat hati Laura hancur berkeping-keping.
"Maaf Pak, saya tidak bisa menjadi wali nikah buat Laura," ucap Pak Darimi dengan suara tegas.
Ucapan Pak Darimi membuat Laura dan semua tamu undangan menjadi terkejut. Semua mata memandang tajam ke arah mereka, menanti adegan selanjutnya.
"Kenapa, Pak?" tanya Pak Penghulu.
"Saya bukan ayah kandungnya Laura. Dia hanyalah anak haram istriku. Aku menikah dengan Sumarni saat dia sedang hamil Laura, anak dari pria lain!" seru Pak Darimi.
Suara riuh terdengar dari semua tamu undangan. Mereka tak percaya dengan apa yang Pak Darimi ucapkan.
Ibu Sumarni dan Laura adalah dua wanita yang paling tersakiti saat ini. Wajah mereka merah karena menahan malu dan tangis.
"Kenyataan apa lagi ini, ternyata aku hanyalah anak haram, pantas ayah dan ibu sangat membenciku," gumam Laura dalam hatinya.
Ibu Sumarni tampak menunduk, tak percaya jika suaminya tega membuka aibnya di sini. Di depan semua orang. Kurang apa dirinya selama ini. Semua yang suaminya inginkan dia lakukan, termasuk menjauhi putri kandungnya sendiri, Laura.
Ibu Sumarni berdiri dan langsung berlari masuk ke dalam rumah. Tak peduli banyak mata memandanginya dengan tatapan merendah. Sedangkan Laura hanya bisa terdiam, tak tahu harus berkata apa.
"Kenapa Bapak baru mengatakan saat ini? Berarti yang jadi wali nikahnya adalah wali hakim. Kita minta waktu sekitar sepuluh menit untuk bicarakan ini dulu, Pak," ucap petugas KUA.
Laki-laki itu lalu menghampiri Pak Penghulu untuk memintanya menjadi wali nikah. Laura memandangi semua yang hadir dengan mata berkaca. Dia tahu, ini adalah cara sang ayah membalas sakit hati atas kepergian sang anak kesayangannya.
Sekarang Laura sudah mendapat jawaban atas pertanyaannya selama ini, kenapa sang ayah tak menyayangi dirinya seperti Nayla. Ternyata dia hanyalah anak tiri.
Laura menarik napas dalam. Semua yang terjadi membuat kepalanya pusing. Adam dan Ibunya memandangi wajah gadis itu dengan tatapan iba.
Petugas KUA itu lalu mengumumkan jika pernikahan akan segera dilanjutkan. Laura menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, pernikahan kita lanjutkan. Sebagai wali nikah, Pak Penghulu. Sesuai dengan ajaran agama Islam. Wali nikah anak perempuan yang lahir di luar nikah adalah wali hakim, yaitu kepala KUA atau penghulu. Hal ini karena anak perempuan tersebut tidak memiliki wali nasab."
Pak Penghulu lalu menjabat tangan Adam. Mereka akan segera mengucapkan ijab kabul.
"Adam ...."
"Saya, Pak!"
"Saya nikahkan engkau dengan saudari ...."
"Hentikan ...!" seru Laura dengan suara yang cukup keras. Semua tamu undangan lalu memandang ke arah gadis itu.
"Ada apa, Laura?" tanya Adam saat melihat gadis itu berdiri dari duduknya.
Laura mencoba menahan air mata yang akan jatuh membasahi pipinya. Dia berusaha tetap tegar, tak mau ada seorang pun yang memandangnya dengan tatapan kasihan.
"Maaf, Dam. Aku mau pernikahan ini dibatalkan saja!" ucap Laura.
Adam terkejut mendengar ucapan Laura. Dia tak mau mengingkari janjinya pada Nayla.
"Kenapa ...? Kita sudah sepakat akan menikah sebagai amanah dari Nayla," ucap Adam.
"Maaf, Dam. Aku tak bisa melanjutkan pernikahan ini. Jika memang kamu masih mau menepati janjimu pada Nayla, tunggu hingga aku bertemu dengan ayah kandungku, ayah biologis'ku," ucap Laura dengan suara yang penuh keyakinan.
"Laura, walau kamu telah bertemu ayah kandungmu, dia juga tak akan bisa menjadi wali nikah mu. Kamu hanya bernasab pada ibumu," ujar Adam.
Laura mengangguk. Dia paham itu. Tapi dia memang tak bisa meneruskan pernikahan ini, karena ingin tau kenapa ayahnya tak pernah peduli dengannya. Bagaimana dia bisa hadir di rahim sang ibu. Apakah dia anak yang tak diharapkan? Banyak pertanyaan berkeliaran di kepala Laura saat ini.
Ayah yang mendengar ucapan Laura menjadi emosi. Dia menganggap gadis itu sudah bermain membantah.
"Kau tak bisa membatalkan pernikahan ini. Kau harus tetap menikah dengan wali hakim sebagai wali nikahnya. Semua telah dipersiapkan, jangan buat aku malu!" seru Pak Darimi.
Ucapan Pak Darimi itu membuat Laura jadi tersenyum miris. "Siapa yang buat Ayah malu. Aku atau Ayah sendiri?" tanya Laura dengan suara yang agak sedikit tinggi. Hal yang tak pernah dia lakukan selama ini.
Suara Laura yang cukup tinggi itu membuat Pak Darimi makin emosi. Dia mengangkat tangannya, ingin menampar gadis itu. Beruntung Adam langsung melerai dengan meraih tangan Pak Darimi.
"Pak, jangan terbawa emosi. Malu dengan para tetangga. Sebaiknya kita bicarakan ini bersama-sama dengan kepala dingin. Kita cari solusinya. Bukan dengan kekerasan," ucap Adam dengan suara lembut agar calon mertuanya itu tak makin marah.
"Anak itu sudah kurang ajar. Bicara dengan suara tinggi. Di depan orang ramai saja dia berani, apa lagi nanti," balas Pak Darimi.
"Ayah, apa salahnya aku mencari ayah kandungku. Siapa tau dia bisa memberikan kasih sayang yang tak pernah aku dapatkan selama ini."
"Apa kamu ingin mengatakan pada semua orang jika aku selama ini tak pernah menyayangi kamu?" tanya Ayah dengan suara masih tinggi. Para tamu undangan sudah banyak berbisik-bisik melihat pertengkaran mereka.
"Aku tak mengatakannya, tapi jika Ayah memang merasa begitu, ya lebih baik. Berarti Ayah sadar selama ini tak pernah menyayangi 'ku!" seru Laura.
Rasa hormatnya Laura langsung berkurang melihat perlakuan ayahnya tadi. Jika saja ayah Darimi mengatakan tentang kebenaran siapa dirinya secara pribadi, mungkin sakitnya tak seperti saat ini.
"Pergilah kau dari rumahku! Jika memang ingin mencari ayah kandungmu!" usir Ayah Darimi.
Laura tersenyum simpul. Mungkin ini saatnya dia keluar dari rumah. "Baiklah, selama ini aku memang memiliki rumah, tapi aku tak punya tempat berlindung. Aku memiliki orang tua tapi aku tak berani ceritakan masalahku, karena tak ada yang mau mendengarnya. Selama ini aku sendirian. Aku sendirian menghadapi semuanya. Jadi lebih baik aku pergi!" seru Laura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Eka ELissa
brani dong wong slma ini ngalah mulu.....ini wktu nya brontak wong kmu aj slah bandot msak mo di bela cinting aj yg cumn diem aj ktika hrga diri nya di ijek dn di prmlukan di hlayak umum....kmu yg udah bikin malu knpa kmu juga yg merasa di prmlukan...ma lau....dsr edyan kmu bandot.....😡😡😡🔨🔨🔨
2025-03-05
2
Eka ELissa
mklum bandot itu GK iklas lok kmu yg nikh ma Adam lau.....
nah bis ini kmu bkln di prmlukan hrga diri kmu di injek smpe pnyok ma bandot tua itu....lau....kmrin minta kmu jdi pengganti hrus mau...dn dia juga yg bikin idup kmu ancur lbur....lau...
2025-03-05
2
Aisyah Ranni
Sudah betul apa yg kamu lakukan Laura,si bapak egois sudah buka aib ibumu,kamu juga buka aib bapak tirimu itu.biar.gak punya muka sekalian.kamu dak bisa juga disalahkan karena kamu juga korban.
2025-03-05
1