"Ayah, aku minta maaf," Laura berkata dengan suara yang lembut. "Tapi aku tidak bisa menikah dengan Adam hanya karena permintaan Nayla. Aku harus memiliki kebebasan untuk memilih sendiri."
Wajah ayah tampak memerah menahan amarah mendengar ucapan Laura. Gadis itu menunduk karena takut.
"Apa kau pikir kau punya pilihan?" tanya Ayah dengan suara tinggi.
Ibu yang dari tadi hanya diam, lalu mendekati sang putri. Sekarang mereka sudah duduk berdampingan.
"Apa kau menyayangi Nayla?" tanya Ibu dengan suara yang sedikit lembut.
Tidak biasanya sang ibu bicara lembut di depan ayahnya. Bisanya dia akan ikutan memarahi Laura. Sering gadis itu bertanya dalam hatinya, apakah Bu Sumarni benar ibu kandungnya. Sikapnya yang selalu saja menyalahkan Laura, membuat gadis itu ragu jika dia terlahir dari rahim wanita itu.
"Ibu pasti tau jawabannya," jawab Laura.
Laura begitu menyayangi adiknya, pasti semua tahu. Dia rela mengalah apa pun itu demi Nayla. Dan beruntung adiknya juga menyayangi dirinya.
Pernah suatu hari mereka berdua ikut lomba mewarnai di sebuah pusat perbelanjaan. Nayla ingin sekali meraih kemenangan karena hadiahnya sebuah boneka yang sangat dia inginkan. Ayah mau membelikan Nayla boneka yang sama, tapi bocah itu menginginkan yang ada tulisan juara di dada boneka tersebut.
Ayahnya lalu mengikut sertakan kedua anaknya karena tahu Laura lebih berbakat dan yakin akan juara.
Laura yang selama ini tak pernah diizinkan mengikuti lomba apa pun begitu bahagia. Namun, saat lembaran kertas yang harus diwarnai dibagi, ayah membuat nama Nayla pada miliknya dan sebaliknya, nama Laura pada kertas yang diwarnai Nayla.
Hasil akhirnya Nayla merebut juara satu dan mendapatkan hadiah yang dia inginkan. Laura kecil lalu protes dan mengatakan itu gambar miliknya. Sang adik lalu memperhatikan dan menjadi sedih saat tahu kenyataan.
Nayla lalu menyerahkan boneka itu pada sang kakak. Namun, ayahnya jadi murka. Laura lalu memberikan boneka itu, bukan hanya karena takut dimarahi sang ayah saja tapi karena sedih melihat Nayla menangis.
"Kenapa kak Laura memberikan boneka ini? Bukankah ini untuk kakak?" tanya Nayla saat Laura memberikan boneka itu.
"Ambil untuk saja, Dek. Kakak tak suka," ucap Laura. Lalu dia kembali ke kamar.
Nayla yang sempat melihat air mata sang kakak lalu mendatangi kamar Laura. Dia lalu meminta kakaknya untuk bermain bersama. Nayla bukannya tak mau memberikan boneka itu kembali pada sang kakak, tapi takut nanti Laura dimarahi ayahnya. Mereka lalu main boneka itu berdua.
Sejak saat itu Laura selalu mengutamakan apa pun yang diinginkan adiknya, karena dia tahu dan sadar hanya Nayla yang selalu ada untuknya. Yang menyayangi dirinya.
"Jika benar kau menyayangi Nayla, kau pasti akan mengikuti amanahnya. Dia ingin kau menikah dengan Adam."
Laura menarik napas dalam. Dia takut pernikahan itu akan membuat penderitaan baru baginya karena menikah dengan pria yang tak mencintai dirinya.
"Bagaimana dengan Adam, Bu? Apakah dia juga tak keberatan dengan pernikahan ini? Bukankah Adam begitu mencintai Nayla?" tanya Laura.
"Karena Adam sangat mencintai Nayla-lah dia mau menerima kau. Dia tak mau mengecewakan Nayla, gadisku yang sangat baik," ucap Ayah sambil menunduk. Sepertinya dia mencoba menahan air mata yang akan tumpah.
Laura menarik napas dalam. Akhirnya dia mengangguk setuju. Tak ingin melihat ayah dan ibunya bersedih.
"Baiklah, Ayah, Ibu, aku bersedia menggantikan posisi Nayla," ucap Laura.
**
Pagi harinya Laura pergi ke makam adiknya setelah dia masak buat sarapan kedua orang tuanya. Walaupun pernikahan ini adalah keinginan Nayla, tetap saja dia ingin minta izin.
Terkadang Laura merasa hidupnya sangat lucu, dia akan menikah dengan Adam, padahal bercerita berdua saja belum pernah mereka lakukan.
Laura berdiri di depan kuburan Nayla, memandang ke arah batu nisan yang bertuliskan nama adiknya. Dia merasa seperti ada yang mengganjal di hatinya, karena dia tahu bahwa dia akan melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dia inginkan.
"Aku minta maaf, Nayla," Laura berkata dengan suara yang lembut. "Aku tahu bahwa aku tidak akan bisa menggantikan'mu, tapi aku ingin meminta izinmu untuk menikahi Adam. Aku tahu bahwa dia adalah kekasihmu, dan aku ingin memastikan bahwa aku tidak melakukan sesuatu yang salah."
Walaupun semua adalah atas permintaan Nayla, tapi sebenarnya ada rasa beban berat untuk melakukan itu.
"Aku akan melakukan ini untukmu, Nayla," Laura berkata dengan suara yang lembut. "Aku akan menikahi Adam dan membuatnya bahagia, seperti yang kamu inginkan. Tapi, aku juga ingin meminta maafmu, karena aku tahu bahwa aku tidak akan bisa menggantikan'mu dihatinya. Aku tak tau apakah Adam akan bisa menerima aku dengan ikhlas bukan karena hanya untuk memenuhi keinginan kamu."
Kembali dia mengusap batu nisan sang adik. Rasanya hidup yang akan dia jalani akan semakin berat. Menikah dengan orang yang tak pernah mencintainya. Mungkin dirinya bisa menerima Adam, tapi bagaimana dengan laki-laki itu, apakah bisa menerima dia sebagai pengganti sang adik.
"Aku akan selalu mengingatmu, Nayla," Laura berkata dengan suara yang lembut. "Aku akan selalu mengingatmu dan membuatmu bangga, seperti yang kamu inginkan. Aku akan kuat menghadapi semua tantangan hidup ini walau hanya seorang diri tanpa ada tempat untuk bersandar dan mengadu. Semoga kamu bahagia di atas sana. Doakan aku juga bahagia di sini."
Laura lalu berdoa. Saat dia ingin berdiri, meninggalkan makam dia melihat seseorang mendekati. Dia lalu menengadahkan kepala melihat siapa yang menghampiri, alangkah terkejutnya saat tahu itu Adam.
"Adam ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
mams dimas
sebetulnya kasian Adam harus menikah dengan Laura takut nya nanti lauranya cuma jadi pelampiasan kekesalan Adam karena gara gara Laura dikehilangan kekasih nya
2025-03-04
2
Eka ELissa
jht kn dia.....ktika kmu mau nikah ma Adam pun kmu bkln di prmlukan di dpn bnyk orang....lau...jdi udh lah dket ma orang bulsit kyk mreka...
2025-03-04
2
Eka ELissa
krna dia saat ini cumn py kmu lau...lok BP tiri jht kmu prgi kn ada kmu.....
2025-03-04
2