Bab Tiga Belas

Laura duduk di kursi penumpang, matanya tertuju pada jalanan yang membentang di depan mobil. Adam, yang duduk di sampingnya, terus mengemudikan mobilnya dalam keheningan yang nyaman. Di belakang, di kursi belakang nanti akan duduk Ibunya Adam, Ibu Ratna, yang saat ini masih berada di hotel.

"Laura, kamu nyaman?" tanya Adam, melirik sejenak ke arah gadis itu. Dia sudah tampak lebih tenang, tidak menangis lagi.

"Nyaman, kok. Terima kasih," balas Laura dengan senyum kecil, meskipun hatinya penuh rasa canggung. Ini kali pertama dia pergi dengan Adam dan ibunya. Tepatnya baru pertama kali dia ke luar kota. Selama ini dia hanya dirumah saja.

"Baguslah, kita akan menjemput Ibu. Perjalanan ini akan menjadi lebih seru," kata Adam, mencuri satu tatapan ke arah Laura sebelum memfokuskan kembali dirinya pada jalan.

Tak lama setelah itu, mereka pun tiba di hotel tempat Ibu Ratna menginap. Bangunannya modern dengan desain minimalis, menonjol di tengah keramaian kota. Begitu mereka melangkah masuk, suasana hangat langsung menyambut, membuat Laura merasa sedikit lebih tenang.

"Mama! Kami sudah datang!" teriak Adam ketika mereka melihat sosok wanita berusia sekitar 50 tahun itu duduk di lobi, merapikan tasnya.

Ibu Ratna menoleh, senyumnya lebar seakan sinar mentari. "Adam! Laura!" Dia berdiri, melambaikan tangan dan berjalan ke arah mereka. "Oh, Laura, apa kabar, Nak?" Ibu Ratna menghampiri dan memeluk Laura dengan lembut.

“Baik, Tante,” jawab Laura, terkejut akan kehangatan pelukan yang dia terima.

"Jadi, apa kamu sudah siap untuk perjalanan kita?” Ibu Ratna tersenyum, memegang lengan Laura seakan sudah mengenalnya lebih lama daripada yang sebenarnya.

Laura mengangguk, merasakan kedekatan yang aneh. Dalam beberapa momen, dia merasa seolah-olah dia memiliki seorang ibu yang selalu ada untuknya. "Siap, Tante!"

"Baiklah, kalau begitu kita berangkat!" kata Adam sambil memandu Laura dan ibunya menuju mobil.

Perjalanan pun dimulai, diiringi alunan musik ceria yang mengalun dari radio. Ibunya Adam terus melontarkan berbagai cerita, membuat Laura merasa betah di dalam mobil. Mereka melewati kota demi kota, pemandangan indah mengalir tanpa henti di sisi jalan.

Kira-kira dua jam kemudian, Adam menghentikan mobil di sebuah restoran kecil yang tampak ramah. "Kita istirahat makan dulu, ya?" sarannya.

"Makan siang ini sangat penting untuk perjalanan kita. Makanan enak isi perut, pikiran pun bisa segar," kata Ibu Ratna, menggerak-gerakkan tangannya seolah merayu Laura untuk ikut.

Mereka bertiga masuk ke dalam restoran. Di dalamnya, suasana hangat dan aroma masakan menggoda menggugah selera. Mereka memilih meja di sudut yang tenang. Setelah memesan makanan, Ibu Ratna seakan tidak henti-hentinya menanyai Laura.

"Kata Adam kamu akan bekerja nantinya, di perusahaan mana kamu melamar, Laura?" tanya Ibu Ratna penuh minat.

Laura terdiam sejenak, mengingat cara mendukung yang tak pernah didapatkan dari ibunya. "Aku ... belum tahu pasti, Tante. Mungkin di perusahaan yang ada kota besar," jawabnya pelan.

"Kota besar itu seru, banyak pengalaman barunya. Yang penting kamu harus pilih yang terbaik untukmu," ungkap Ibu Ratna sembari mengangguk-angguk.

“Ya, Tante. Insya Allah,” jawab Laura. Dia membalas tatapan hangat Ibu Ratna dengan senyuman yang tulus.

Dari tempatnya duduk, Adam memperhatikan. Dia merasa lebih bahagia melihat ibunya memberikan perhatian penuh pada Laura. Setelah mengetahui sedikit tentang bagaimana kehidupannya selama ini, membuat pria itu menjadi kasihan dan simpatik.

"Kamu bisa melamar ke perusahaan-perusahaan yang aku rekomendasikan. Teman-teman banyak yang sukses dari sana," kata Adam, berusaha memberi semangat.

"Terima kasih, Adam," sahut Laura, kali ini dengan semangat yang mulai lahir. Simpul-simpul di hatinya mulai longgar.

"Atau kamu melamar di perusahaan Papaku saja. Kamu bisa minta rekomendasikan sama Mama. Atau kalau kamu mau setelah bertemu Ayahmu, kamu bisa bekerja di tempatku saja. Memang perusahaan masih kecil. Baru dibangun, tapi kamu nanti bisa membantuku mengembangkannya," ucap Adam.

Adam mulai membangun perusahaan di kota X juga sejak enam bulan lalu. Itulah alasan kenapa dia mau menikah walau Nayla masih kuliah, agar bisa dibawa pindah ke kota X ini juga. Walau perusahaan miliknya sendiri, tapi dia tetap mengambil cuti secara formal, agar dia tidak terbiasa libur kerja.

Dia mengenal Nayla di salah satu perusahaan saat gadis itu magang. Sebelum membangun perusahaan sendiri, Adam lebih memilih bekerja di perusahaan milik orang lain dari pada milik sang papa. Karena perusahaan papanya bukan milik pribadi, tapi keluarga.

"Nanti aku pikirkan, Dam," jawab Laura dengan senyuman.

Makanan pun tiba membuat obrolan terhenti sesaat, dan suasana menjadi lebih hidup dengan canda tawa Ibu Ratna yang tak henti-hentinya. Laura sesekali melesatkan tawa, merasa terharu dengan perhatian yang ia terima. Betapa berbeda rasanya dibanding saat bersama ibunya sendiri.

"Ma, enak banget makanannya, ya?" seru Adam sambil mencicipi hidangan di depannya.

"Alhamdulillah, memang enak. Laura, apa kamu suka makanan pedas?" tanya Ibu Ratna.

"Suka, Tante. Cuman kadang kurang berani," jawab Laura sambil tersenyum malu.

Ibu Ratna tertawa. "Yuk, kita coba yang pedas-pedas. Makanan itu memberikan semangat!" Lalu Ibu Ratna memasukkan sedikit sambal ke makanan Laura.

Laura hanya bisa tersenyum sambil merasa hangat di hatinya. Dia membayangkan seandainya hal ini bisa berlangsung selamanya, walaupun sebenarnya dia tahu itu belum pasti bisa terwujud.

Setelah makan dan berbincang-bincang, mereka melanjutkan perjalanan menuju Kota X. Laura merasa lebih dekat dengan Ibu Ratna lebih daripada sebelumnya. Setiap detik berlalu, dia merasakan kenyamanan yang sangat langka, perasaan yang berbeda dari yang selalu dia alami bersama ibunya sendiri.

Selama perjalanan, Ibu Ratna juga menceritakan banyak hal, dari tips merawat diri hingga nasihat untuk menjalani hidup yang lebih baik. Laura seperti terpukau oleh semua yang disampaikan.

"Mendengarkan nasihat orang dewasa itu penting, Laura. Tapi, jangan lupa untuk ikut kata hatimu juga,” kata Ibu Ratna merujuk pada nasihatnya.

"Ya, Tante. Saya akan ingat itu," sahut Laura, terinspirasi.

Ketika matahari mulai menjelang sunset, mobil Adam akhirnya memasuki gerbang Kota X. Suasana kota semakin terasa hidup, seolah menyambut kedatangan mereka. "Kita hampir sampai!" teriak Adam penuh semangat.

Setelah hampir sepuluh jam di jalan, mereka akhirnya tiba di rumah Adam. Luas dan nyaman, dikelilingi oleh pepohonan yang membuat suasana menjadi sejuk.

"Selamat datang di rumahku, Laura!" kata Adam, menunduk dan tersenyum. “Semoga kamu betah di sini.”

Laura menatap sekeliling, mengangguk. "Terima kasih, Adam. Tempat ini indah."

Ibu Ratna kemudian memeluk Laura kembali, "Selamat datang di rumah kami, Nak. Ini adalah rumahmu juga selama kamu di sini."

Senyuman Laura semakin mengembang. Momen-momen kecil tersebut menyentuh hatinya secara dalam. "Terima kasih, Tante. Aku tak tau harus berkata apa. Sekali lagi terima kasih karena sudah mengizinkan aku menginap."

Hari itu menjadi salah satu hari yang terindah dalam hidupnya. Laura tak bisa memungkiri rasa haru yang mengalir penuh di dadanya. Dia merasakan kehangatan seperti pelukan yang selalu ia impikan, meskipun itu datang dari sosok yang bukan ibunya sendiri.

Seolah demi merayakan momen indah itu, mereka bertiga kemudian saling tertawa dan bercerita. Setiap kata yang terucap dari mulut Ibu Ratna membuat Laura lebih berani menghadapi hari-hari baru ke depannya. Di tengah suasana hangat itu, Laura merasa untuk pertama kalinya, ia memiliki sebuah keluarga baru.

"Apa Om tak keberatan aku menginap, Tante?" tanya Laura. Dia baru teringat jika anggota keluarga Adam masih ada satu orang lagi, papanya.

"Tentu saja, itu menjadi urusan Tante. Kamu tenang saja," balas Ibu Ratna.

"Terima kasih, Tante." Laura lalu tersenyum sebagai tanggapan. Matanya tak sengaja tertuju pada satu nama yang tertera di piagam.

"Ariel ...?" tanya Laura.

"Ariel itu nama papaku. Kenapa?" Adam balik bertanya.

Terpopuler

Comments

Queen kayla

Queen kayla

yuuh...tp kan aneh...kl memang papanya Laura .wkt melamar adiknya..masak tidak ketemu antar besan..membingungkan/Right Bah!//Right Bah!//Right Bah!//Right Bah!/

2025-03-07

3

Ninik

Ninik

hah kakak adik kah mereka semoga semua kebaikan yg Laura rasakan g berubah setelah mereka tau bahwa papa kandung mereka adalah satu org yg sama

2025-03-07

3

Eka ELissa

Eka ELissa

waduh....Klian sodara dong....kmrin BP Adam ikut GK PS Klian mo nikh...lau.....atau ini Ariel yg lain...

2025-03-07

2

lihat semua
Episodes
1 Pembukaan
2 Bab Satu
3 Bab Dua
4 Bab Tiga
5 Bab Empat
6 Bab Lima
7 Bab Enam
8 Bab Tujuh
9 Bab Delapan
10 Bab Sembilan
11 Bab Sepuluh
12 Bab Sebelas
13 Bab Dua Belas
14 Bab Tiga Belas
15 Bab Empat Belas
16 Bab Lima Belas
17 Bab Enam Belas
18 Bab Tujuh Belas
19 Bab Delapan Belas
20 Bab Sembilan Belas
21 Bab Dua Puluh
22 Bab Dua Puluh Satu
23 Bab Dua Puluh Dua
24 Bab Dua Puluh Tiga
25 Bab Dua Puluh Empat
26 Bab Dua Puluh Lima
27 Bab Dua Puluh Enam
28 Bab Dua Puluh Tujuh
29 Bab Dua Puluh Delapan
30 Bab Dua Puluh Sembilan
31 Bab Tiga Puluh
32 Bab Tiga Puluh Satu
33 Bab Tiga Puluh Dua
34 Bab Tiga Puluh Tiga
35 Bab Tiga Puluh Empat
36 Bab Tiga Puluh Lima
37 Bab Tiga Puluh Enam
38 Bab Tiga Puluh Tujuh
39 Bab Tiga Puluh Delapan
40 Bab Tiga Puluh Sembilan
41 Bab Empat Puluh
42 Bab Empat Puluh Satu
43 Bab Empat Puluh Dua
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Empat
46 Bab Empat Puluh Lima
47 Bab Empat Puluh Enam
48 Bab Empat Puluh Tujuh
49 Bab Empat Puluh Delapan
50 Bab Empat Puluh Sembilan
51 Bab Lima Puluh
52 Bab Lima Puluh Satu
53 Bab Lima Puluh Dua
54 Bab Lima Puluh Tiga
55 Bab Lima Puluh Empat
56 Bab Lima Puluh Lima
57 Bab Lima Puluh Enam
58 Bab Lima Puluh Tujuh
59 Bab Lima Puluh Delapan
60 Bab Lima Puluh Sembilan
61 Bab Enam Puluh
62 Bab Enam Puluh Satu
63 Bab Enam Puluh Dua
64 Bab Enam Puluh Tiga
65 Bab Enam Puluh Empat
66 Bab Enam Puluh Lima
67 Bab Enam Puluh Enam
68 Bab Enam Puluh Tujuh
69 Bab Enam Puluh Delapan
70 Promo Novel Terbaru
71 Bab Enam Puluh Sembilan
72 Bab Tujuh Puluh
73 Bab Tujuh Puluh Satu
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Pembukaan
2
Bab Satu
3
Bab Dua
4
Bab Tiga
5
Bab Empat
6
Bab Lima
7
Bab Enam
8
Bab Tujuh
9
Bab Delapan
10
Bab Sembilan
11
Bab Sepuluh
12
Bab Sebelas
13
Bab Dua Belas
14
Bab Tiga Belas
15
Bab Empat Belas
16
Bab Lima Belas
17
Bab Enam Belas
18
Bab Tujuh Belas
19
Bab Delapan Belas
20
Bab Sembilan Belas
21
Bab Dua Puluh
22
Bab Dua Puluh Satu
23
Bab Dua Puluh Dua
24
Bab Dua Puluh Tiga
25
Bab Dua Puluh Empat
26
Bab Dua Puluh Lima
27
Bab Dua Puluh Enam
28
Bab Dua Puluh Tujuh
29
Bab Dua Puluh Delapan
30
Bab Dua Puluh Sembilan
31
Bab Tiga Puluh
32
Bab Tiga Puluh Satu
33
Bab Tiga Puluh Dua
34
Bab Tiga Puluh Tiga
35
Bab Tiga Puluh Empat
36
Bab Tiga Puluh Lima
37
Bab Tiga Puluh Enam
38
Bab Tiga Puluh Tujuh
39
Bab Tiga Puluh Delapan
40
Bab Tiga Puluh Sembilan
41
Bab Empat Puluh
42
Bab Empat Puluh Satu
43
Bab Empat Puluh Dua
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Empat
46
Bab Empat Puluh Lima
47
Bab Empat Puluh Enam
48
Bab Empat Puluh Tujuh
49
Bab Empat Puluh Delapan
50
Bab Empat Puluh Sembilan
51
Bab Lima Puluh
52
Bab Lima Puluh Satu
53
Bab Lima Puluh Dua
54
Bab Lima Puluh Tiga
55
Bab Lima Puluh Empat
56
Bab Lima Puluh Lima
57
Bab Lima Puluh Enam
58
Bab Lima Puluh Tujuh
59
Bab Lima Puluh Delapan
60
Bab Lima Puluh Sembilan
61
Bab Enam Puluh
62
Bab Enam Puluh Satu
63
Bab Enam Puluh Dua
64
Bab Enam Puluh Tiga
65
Bab Enam Puluh Empat
66
Bab Enam Puluh Lima
67
Bab Enam Puluh Enam
68
Bab Enam Puluh Tujuh
69
Bab Enam Puluh Delapan
70
Promo Novel Terbaru
71
Bab Enam Puluh Sembilan
72
Bab Tujuh Puluh
73
Bab Tujuh Puluh Satu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!