Bab Dua

Hari itu terasa begitu cerah, sinar matahari menembus celah-celah dedaunan yang bergerak lembut ditiup angin. Laura, kakaknya Nayla, memutar kunci motor matic yang telah setia menemani mereka berkeliling kota. Selalu ada sesuatu yang seru saat mereka berdua bersama. Namun hari ini, ada keistimewaan tersendiri: mereka akan mengantar surat undangan pernikahan Nayla untuk temannya.

Setelah mampir ke sebuah toko buku untuk membeli pena, Laura dan Nayla kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah-rumah sahabatnya sang adik, Nayla.

"Yuk, Nay! Kita lanjutkan perjalanan! Cuaca hari ini pas banget untuk ngirim undangan. Sangat cerah," seru Laura dengan semangat, sambil mengenakan helmnya. Rutinitas seperti ini sangat dia ingin lakukan bersama Nayla dan menambah warna dalam hidup mereka.

Jika ada ayahnya, tak akan Nayla diizinkan pergi dengannya. Jangankan dengan motor, mobil saja dilarang. Ayah begitu takut putri kesayangannya terluka. Sedangkan dirinya, dengan jalan kaki saja ayah tak akan peduli. Terkadang Laura merasa sangat iri dengan adiknya yang begitu disayangi kedua orang tuanya.

"Siap, Kakak! Aku bahkan sudah membayangkan bagaimana reaksi Vina saat terima undangan ini!" Nayla melingkarkan tangan di pinggang Laura seperti biasanya. Keduanya tertawa, merasakan keseruan di perjalanan yang akan mereka lalui.

Mereka meluncur di jalanan yang sunyi, sapuan angin menyegarkan pikiran. Nayla bercerita tentang persiapan pernikahannya yang semakin dekat. "Mau tahu nggak, Kak? Di pernikahan nanti, aku pengen pakai gaun yang simpel dan elegan. Aku juga ingin di hari pernikahanku nanti kakak tampil cantik. Baju untuk Kak Laura sudah aku persiapkan," ucap Nayla, wajahnya berseri-seri.

Laura menoleh sambil tersenyum, "Semoga pernikahan kamu nanti berjalan lancar. Kamu dan Adam menjadi keluarga yang bahagia hingga maut memisahkan kalian," ujar Laura.

"Kak Laura benar, aku dan Adam sudah berjanji, tak akan ada yang bisa memisahkan kami kecuali maut," balas Nayla.

Di jalan lurus yang sepi itu, cerita terus mengalir. Laura menceritakan kenangan masa-masa mereka di sekolah, saat mereka sama-sama masih di sekolah dasar. "Ingat waktu kita belajar bareng di taman, kamu selalu bawa camilan. Aku jadi bisa belajar lebih fokus!" kenang Laura.

"Ya, ya… ya. Camilan itu rahasia sukses kita! Hahaha. Eh, dulu Kakak juga pernah masakin mie instan diam-diam agar ayah tak tau!" Nayla balas menggoda.

Namun, di tengah obrolan penuh tawa itu, Laura terhanyut dalam kisahnya. Keceriaan menyelimuti mereka berdua. Tanpa sadar mereka mengabaikan lingkungan sekitar. Di ujung pandangan, sebuah mobil berkecepatan tinggi muncul dari arah yang berlawanan. Laura yang asyik bercerita, tidak melihat bahaya yang mendekat.

"Nayla, kamu ingat nggak …?" Laura menghentikan ucapannya dan baru menyadari ketika suara klakson mobil itu menggema di telinganya. Tapi sudah terlambat. Arah motor telah mendekati mobil yang telah berbelok dengan sangat cepat.

Suara dentuman yang keras terasa mengguncang jiwa, perasaan berat seakan menyelimuti. Dalam sekejap, semuanya terasa kacau. Laura merasakan sebuah benturan yang sangat keras, tubuhnya terpelanting ke sisi jalan. Semua terasa lambat. Di hadapannya, Nayla terpental jauh dari boncengan, jatuh tak berdaya di tanah.

"Nayla!" teriak Laura penuh panik, berusaha bangkit meskipun rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya. Ia berlari ke arah adiknya pelan-pelan. Namun betapa terkejutnya saat melihat Nayla terbaring dengan kepala berdarah dan matanya terpejam rapat.

"Nayla, bangun, Nay! Tolong …," teriak Laura dengan bibir bergetar, bibirnya terasa kering. Laura ingin sekali memeluk Nayla, tetapi bagian tubuhnya terasa lemas. Tubuhnya juga terasa banyak yang luka dan terasa perih.

Seorang pengendara sepeda motor dari arah lain berhenti, melompat dari motornya dan berlari menghampiri mereka. "Kalian baik-baik saja? Saya panggil ambulan dulu!" ucap orang itu dengan wajah yang khawatir.

Laura tidak menjawab, semua pikirannya tertuju pada Nayla. "Nayla, aku di sini, Nay. Bangun Nay, bangunlah, jangan tinggalkan aku!" seru Laura, air mata mengalir tanpa bisa ditahan. Rasa takut dan panik menyatu dalam hatinya saat melihat kondisi adiknya.

Laura membayangkan kemarahan kedua orang tuanya. Dia tak tahu apa yang akan mereka lakukan padanya.

"Ya, Allah. Selamatkan Nayla. Aku takut," gumam Laura dalam hatinya.

Tak lama setelah itu, sirene ambulans terdengar mendekat. Laura melihat beberapa orang berdatangan, cepat-cepat memperhatikan Nayla. "Mohon mundur, kami butuh ruang!" kata salah satu petugas medis yang tiba.

Laura mundur dengan berat hati. "Tolong … tolong dia. Dia adikku," suaranya terdengar parau karena terisak.

"Nayla!" Laura berteriak memanggil, sementara petugas medis mencoba memberikan pertolongan. Dada Laura berdebar tak karuan. Dia merasa seolah dunia ini berhenti berputar. Tangan Nayla dingin di sentuh, seolah tidak ada kehidupan yang tersisa di sana.

Dalam keheningan yang mencekam, Laura merasakan semangat dalam dirinya berusaha berdoa. Namun perasaannya dipenuhi dengan ketakutan. Dia ingin Nayla selamat, ingin mendengar tawa adiknya kembali, ingin menjalani semua momen indah bersama lagi.

Hanya Nayla yang mengerti dirinya. Lagi pula, Laura tak bisa membayangkan apa yang ayahnya lakukan saat mengetahui kecelakaan ini nantinya.

Waktu berlalu, dan akhirnya ambulance tiba, membawakan harapan sekaligus kesedihan. Laura merasakan harapan semakin sirna. Mereka melesat pergi, membawa Nayla ke rumah sakit, sementara Laura hanya bisa terpaku di tepi jalan, harapan terombang-ambing dalam hatinya.

Beberapa saat kemudian, petugas medis yang menangani Nayla berusaha memberikan penjelasan. "Kami sudah membawa dia ke dalam, keadaan kritis, tapi kami akan berusaha sekuat mungkin," ucapnya sebelum pergi.

"Terima kasih," gumam Laura, emosinya campur aduk.

Laura memutuskan untuk mengikuti ambulans dengan bantuan seseorang, meski hatinya bergetar ketakutan. Dia tahu bahwa yang terpenting sekarang adalah berada di dekat Nayla. Dia harus kuat. Saat itu, Laura tak lagi berpikir tentang kebahagiaan mengantar undangan. Semua rencana tampak musnah, digantikan oleh ketidakpastian.

Laura tak pedulikan rasa sakit di tubuhnya. Yang dia inginkan hanya keselamatan sang adik. Jika bisa berganti posisi biar dirinya yang terluka parah dan Nayla tak apa-apa.

Di rumah sakit, di ruang IGD dipenuhi lampu yang berkedip-kedip. Laura menunggu dalam hening, mengingat semua kenangan indah bersama Nayla. Tawa mereka, percakapan tanpa akhir, dan impian yang belum terwujud.

Dia lalu teringat akan ayah dan ibunya. Dia minta tolong pada salah seorang petugas rumah sakit untuk menghubungi mereka. Dia tak berani dan takut mendengar amarah dari kedua orang tuanya.

"Kakak di sini menunggu kamu, Nayla," bisik Laura penuh harap. Dia berharap adiknya bisa mendengar, berharap Nayla bisa merasakan kehadirannya, seolah tangannya menempel di punggung Nayla yang tak berdaya.

Detak jarum jam di dinding terasa berjalan lambat. Setiap detik terasa tak berujung. Dalam kesunyian yang menggigit, Laura berdoa, berharap Tuhan memberinya sedikit keajaiban, untuk bisa melihat adiknya kembali tersenyum. Dan saat itulah, semua mimpi dan harapan mereka bertumpu pada satu ketidakpastian, tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dari kejauhan Laura melihat kedatangan ayah dan ibunya. Saat keduanya semakin dekat, mata tajam sang ayah terasa menghujam jantungnya. Dia pikir hanya sang ibu yang akan datang, ternyata ayahnya juga. Berarti pria itu telah kembali.

"Apa yang kau lakukan pada anakku, Nayla?" tanya Ayah dengan suara yang penuh penekanan.

Terpopuler

Comments

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

ya ALLAH kecelakaan dan mungkin nayla ga tertolong lg
makanya orangtua dulu selalu melarang klu mau menikah di larang kemana" ya takutnya ada aj kejadian ky gini

2025-03-02

5

ken darsihk

ken darsihk

komplit sudah derita nya Laura , duh sedih ya mam kalau Nayla tidak tertolong
Pasti Laura akan menerima semua kemarahan orang tua nya

2025-03-02

2

Patrick Khan

Patrick Khan

agak lain bapak nya ini.. udah tau nikah istrinya hamil tp udah lairan eh punya sendiri.. eh berlagak galak sm laura..

2025-03-02

1

lihat semua
Episodes
1 Pembukaan
2 Bab Satu
3 Bab Dua
4 Bab Tiga
5 Bab Empat
6 Bab Lima
7 Bab Enam
8 Bab Tujuh
9 Bab Delapan
10 Bab Sembilan
11 Bab Sepuluh
12 Bab Sebelas
13 Bab Dua Belas
14 Bab Tiga Belas
15 Bab Empat Belas
16 Bab Lima Belas
17 Bab Enam Belas
18 Bab Tujuh Belas
19 Bab Delapan Belas
20 Bab Sembilan Belas
21 Bab Dua Puluh
22 Bab Dua Puluh Satu
23 Bab Dua Puluh Dua
24 Bab Dua Puluh Tiga
25 Bab Dua Puluh Empat
26 Bab Dua Puluh Lima
27 Bab Dua Puluh Enam
28 Bab Dua Puluh Tujuh
29 Bab Dua Puluh Delapan
30 Bab Dua Puluh Sembilan
31 Bab Tiga Puluh
32 Bab Tiga Puluh Satu
33 Bab Tiga Puluh Dua
34 Bab Tiga Puluh Tiga
35 Bab Tiga Puluh Empat
36 Bab Tiga Puluh Lima
37 Bab Tiga Puluh Enam
38 Bab Tiga Puluh Tujuh
39 Bab Tiga Puluh Delapan
40 Bab Tiga Puluh Sembilan
41 Bab Empat Puluh
42 Bab Empat Puluh Satu
43 Bab Empat Puluh Dua
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Empat
46 Bab Empat Puluh Lima
47 Bab Empat Puluh Enam
48 Bab Empat Puluh Tujuh
49 Bab Empat Puluh Delapan
50 Bab Empat Puluh Sembilan
51 Bab Lima Puluh
52 Bab Lima Puluh Satu
53 Bab Lima Puluh Dua
54 Bab Lima Puluh Tiga
55 Bab Lima Puluh Empat
56 Bab Lima Puluh Lima
57 Bab Lima Puluh Enam
58 Bab Lima Puluh Tujuh
59 Bab Lima Puluh Delapan
60 Bab Lima Puluh Sembilan
61 Bab Enam Puluh
62 Bab Enam Puluh Satu
63 Bab Enam Puluh Dua
64 Bab Enam Puluh Tiga
65 Bab Enam Puluh Empat
66 Bab Enam Puluh Lima
67 Bab Enam Puluh Enam
68 Bab Enam Puluh Tujuh
69 Bab Enam Puluh Delapan
70 Promo Novel Terbaru
71 Bab Enam Puluh Sembilan
72 Bab Tujuh Puluh
73 Bab Tujuh Puluh Satu
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Pembukaan
2
Bab Satu
3
Bab Dua
4
Bab Tiga
5
Bab Empat
6
Bab Lima
7
Bab Enam
8
Bab Tujuh
9
Bab Delapan
10
Bab Sembilan
11
Bab Sepuluh
12
Bab Sebelas
13
Bab Dua Belas
14
Bab Tiga Belas
15
Bab Empat Belas
16
Bab Lima Belas
17
Bab Enam Belas
18
Bab Tujuh Belas
19
Bab Delapan Belas
20
Bab Sembilan Belas
21
Bab Dua Puluh
22
Bab Dua Puluh Satu
23
Bab Dua Puluh Dua
24
Bab Dua Puluh Tiga
25
Bab Dua Puluh Empat
26
Bab Dua Puluh Lima
27
Bab Dua Puluh Enam
28
Bab Dua Puluh Tujuh
29
Bab Dua Puluh Delapan
30
Bab Dua Puluh Sembilan
31
Bab Tiga Puluh
32
Bab Tiga Puluh Satu
33
Bab Tiga Puluh Dua
34
Bab Tiga Puluh Tiga
35
Bab Tiga Puluh Empat
36
Bab Tiga Puluh Lima
37
Bab Tiga Puluh Enam
38
Bab Tiga Puluh Tujuh
39
Bab Tiga Puluh Delapan
40
Bab Tiga Puluh Sembilan
41
Bab Empat Puluh
42
Bab Empat Puluh Satu
43
Bab Empat Puluh Dua
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Empat
46
Bab Empat Puluh Lima
47
Bab Empat Puluh Enam
48
Bab Empat Puluh Tujuh
49
Bab Empat Puluh Delapan
50
Bab Empat Puluh Sembilan
51
Bab Lima Puluh
52
Bab Lima Puluh Satu
53
Bab Lima Puluh Dua
54
Bab Lima Puluh Tiga
55
Bab Lima Puluh Empat
56
Bab Lima Puluh Lima
57
Bab Lima Puluh Enam
58
Bab Lima Puluh Tujuh
59
Bab Lima Puluh Delapan
60
Bab Lima Puluh Sembilan
61
Bab Enam Puluh
62
Bab Enam Puluh Satu
63
Bab Enam Puluh Dua
64
Bab Enam Puluh Tiga
65
Bab Enam Puluh Empat
66
Bab Enam Puluh Lima
67
Bab Enam Puluh Enam
68
Bab Enam Puluh Tujuh
69
Bab Enam Puluh Delapan
70
Promo Novel Terbaru
71
Bab Enam Puluh Sembilan
72
Bab Tujuh Puluh
73
Bab Tujuh Puluh Satu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!