Warga desa datang beramai-ramai ke kediaman Mudi.
Mereka saling ricuh tentang masalah hilangnya orang yang kembali terjadi di hutan Huner.
Mendengar suara-suara warga yang begitu bising, membuat Mudi, Mina, Agil, & Erik keluar rumah untuk menemui warga-warga yang sudah berkumpul.
"Assalamualaikum Pak RT..." Seru Ahmad, ketua pengurus desa ini kepada Mudi.
"Wa'alaikum salam, Pak Ahmad..." Jawab Mudi, yang kemudian menyalami Ahmad dengan lapang dada.
Kemudian Ena, seorang wanita yang sudah menikah, berkata. "Ada apa ini pak RT dengan desa kita? Saya sangat khawatir makin lama makin lama mah..."
Lalu Mudi, menyeru. "Telah terjadi orang hilang di hutan Huner untuk kedua kalinya."
Mendengar seruan ketua RT yang begitu lantang, membuat warga-warga yang ada saling menatap satu sama lain dengan wajah yang sangat khawatir.
Kemudian Meli, wanita muda berusia 25 tahun, menyeru. "Atuh ini mah harus dilaporkan langsung ke polisi..."
Lalu Ahmad, membantah. "Buat apa dilaporkan ke polisi? Hilang nya anak muda bernama Rimo ajja sampai hari ini tidak pernah ditemukan titik terang!"
Mendengar jawaban yang seperti itu, membuat warga-warga dan mudi itu sendiri merasa bahwa apa yang dikatakan Ahmad, benar adanya.
Mina pun hanya bisa berdiri pasrah di samping suaminya. "Gimana keputusan bapa? Ibu mah semakin dibuat bingung."
Lalu Mudi mendapatkan sebuah ide, untuk memecahkan masalah ini. "Coba saya pengen dengar diantara kalian, siapa saja yang punya solusi untuk menemukan titik terang ini?"
Kemudian, warga-warga yang ada disini pun hanya bisa saling menatap satu sama lain. Mereka seperti tak punya ide, tak punya pemahaman pula dalam memecahkan masalah.
Melihat kejadian ini, membuat Mina berkata kepada Mudi. "Itu percuma saja, pak."
Mudi seketika itu hanya bisa menunduk, ia juga sama tak memiliki solusi yang tepat untuk hal ini.
Namun tidak lama kemudian, berserulah seorang kakek-kakek dari balik kerumunan warga.
"Bisakah aku memberikan solusi?" Seru sang kakek tua itu.
Spontan, Mudi, Mina, Ahmad, dan warga lainnya menoleh ke seorang pria tua yang berdiri paling belakang diantara kerumunan warga.
Kemudian Ahmad, seperti mengenali lelaki tua itu. "Pak Fa'ir?"
Lalu Lelaki tua yang tak lain bernama Fa'ir. Berjalan penuh hati-hati ke hadapan Mudi.
Fa'ir berkata. "Aku bisa memberikan solusi untuk permasalahan terhadap dua pemuda yang hilang itu, aku bisa."
Kemudian Mudi pun memberikan rasa hormat nya kepada Fa'ir yang terlihat sudah berusia 90 tahun. "Assalamualaikum Kakek, maaf atas ketidak nyamanan nya..."
Melihat kesopanan Mudi padanya, membuat Fa'ir tersenyum bahagia. "Terma kasih atas kesopanan mu, nak. Dan tolong kamu beserta istri mu itu dengarkan solusi ku dengan baik."
Lalu, Mudi pun mengangguk. "Tentunya pak, pasti itu."
Setelah itu, Fa'ir memandang dua pemuda yang tak lain adalah Agil, dan Erik.
Mendapatkan kejadian seperti itu, membuat Agil dan Erik merasa terkecoh terhadap pandangan Fa'ir yang begitu tajam.
"Tolong dengarkan aku, anak muda." Seru Fa'ir.
Erik dan Agil hanya bisa saling menatap satu sama lain.
Kemudian, Fa'ir kembali melanjutkan pembicaraan nya itu. "Aku adalah seorang remaja dahulu kala sama seperti kalian, aku adalah seorang remaja penyemangat dan penuh amarah setan dahulu kala, sama seperti kalian. Tetapi, kini usia ku telah melewati usia 17 tahun itu, dan aku tidak akan pernah muda lagi."
Agil pun hanya bisa berkata pada Mudi. "Pak, maksud kakek ini apa?"
Baru saja akan berkata, ucapan Mudi langsung dipotong oleh Fa'ir. "Saran ku pada kalian adalah, pergi dari desa ini!"
Mendengarkan ucapan Fa'ir yang begitu mengejutkan hati, membuat Mina celingukan kebingungan. "Apa? Pergi? Agil suruh pergi gitu?"
Bahkan warga-warga yang ada disini pun, ikut bertanya-tanya dengan pernyataan tajamnya Fa'ir.
Fa'ir pun kembali melanjutkan pembicaraan nya dengan tenang. "Jika kau masih ingin melihat anak mu hidup setelah zaman yang akan segera datang ini telah berakhir, maka biarkan dia pergi dari desa ini. Tetapi jika kau masih ingin menahannya disini, ku ucapkan wassalam. Dia akan menjadi bagian dari lelaki-lelaki muda bule ganteng yang menghuni pedalaman hutan Huner!"
Spontan, Mina pun memegang erat tangan Agil. "Agil... sini nak."
"Ibu, bagaimana ini? Apa ada bahaya besar ya di desa kita?" Tutur Agil yang begitu gemetaran.
Kemudian Mudi pun semakin dibuat bingung. "Lalu kita harus bagaimana, Kakek Fa'ir?"
Fa'ir terlihat sedikit mengangkat dagunya. "Dengarkan aku, jika kau ingin selamat. Pertama, jangan coba-coba masuk hutan Huner setelah jam 5 sore."
Mendengar pernyataan Fa'ir, membuat warga-warga yang ada disini, semakin ketakutan akan sesuatu yang tersembunyi namun mencekam didalam hutan Huner.
Kemudian Fa'ir kembali berkata. "Kedua, biarkanlah pergi anak-anak remaja menawan dari desa ini."
Warga-warga disini pun semakin ketakutan dan bertanya-tanya maksud dari solusi Fa'ir yang begitu membuat hati gemetaran.
Lalu Fa'ir, kembali melanjutkan. "Ketiga, untuk kalian orang-orang tua, anak-anak, dan yang merasa tidak menawan. Diam saja didesa ini, jangan kemana-mana! Sampai zaman yang akan datang itu berakhir!"
Setelah berkata demikian, Fa'ir secara misterius pamit begitu saja. Kemudian dirinya tak terlihat lagi setelah memasuki sebuah semak-semak.
Melihat keanehan yang semakin menjadi, membuat Ahmad berkata kepada Mudi. "Pak, apa masukkan dari orang tua aneh itu, membantu? Atau hanya memperkeruh?"
Mudi terlihat memikirkan ucapan Fa'ir, tadi. "Mungkin, ada benarnya juga."
Kemudian dengan tiba-tiba, Erik menyeru ke warga-warga yang ada disini. "Kakek-kakek tua itu memang benar apa yang telah diucapkan nya kepada kita semua."
Seketika itu, warga-warga yang ada disini memperhatikan penuh ke arah Erik.
Erik lalu melanjutkan pembicaraan nya. "Apakah kita sadar bahwa, dua orang yang telah hilang didalam hutan Huner itu adalah dua orang yang menawan?"
Lalu salah satu gadis desa, mengungkapkan. "Iya sih, aku juga liat Rimo waktu itu pas sebelum hilang, manisnya nggak nahan..."
Kemudian Mina pun ikut mengungkapkan. "Bahkan Holsi ajja cakep lho."
Warga-warga disini pun mulai menyadari akan kejanggalan itu.
Lalu Erik kembali menyeru. "Oleh sebab itu, kita ikuti saja ucapan Fa'ir tadi. Maka itu artinya, aku, Agil, dan anak-anak remaja menawan disini akan pergi untuk sementara waktu dari desa ini."
Agil seketika itu memeluk Mina dengan erat. "Ibu, aku izin pergi dulu. Sampai semuanya kembali kondusif. Ibu jaga diri baik-baik didesa ini, hiks..."
"Iya nak..." Kata Mina yang berusaha melepaskan kepergian Agil.
Setelah Erik menyeru begitu lantang, ia seketika terdiam terpikirkan Holsi. Namun, demi kebaikan semua. Erik berusaha mengikhlaskan Holsi.
Bahkan, diantara semua desa yang mengelilingi hutan Huner. Hanya desa When, desa inilah yang hanya tahu kejanggalan di hutan Huner. Sedangkan desa lainnya, tidak sama sekali menyadari hal itu.
Karena ketidaktahuannya desa lainnya terhadap kejanggalan hutan Huner, itu akan semakin membuat bahaya bagi mereka yang tak tahu hal ini, dan itu akan semakin memperkuat makhluk good looking namun jahat yang ada di pedalaman hutan Huner, dalam mengincar mangsa keinginan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Jazz ♋
Keadaan makin genting
2022-10-09
0
Nikodemus Yudho Sulistyo
ANGKARAMURKA datang mendukung.
2021-10-31
0
Nagi Sanzenin
Hadir
2021-09-11
0