Keesokan pagi nya, Erik dan Holsi pulang dari rumah Ifo.
Dan hari masih begitu dingin, suasana masih begitu sepi. Setelah sampai di luar area perumahan. Erik yang mengendarai motor metik nya, tak sengaja membelokkan arah ke Utara jalan, yang artinya menuju ke hutan Huner.
Yang dari tadi Holsi duduk dibelakang, sembari memainkan smartphone nya. Juga tak sadar, jika jiwa Erik menarik Erik itu sendiri dan Holsi dari motor yang mereka tumpangi menuju hutan Huner.
1 jam kemudian, sampailah mereka di depan hutan Huner. Pintu masuk ke hutan ini ada di arah timur, cukup jauh dari yang sekarang Erik dan Holsi berada.
Karena motor yang tiba-tiba berhenti, membuat Holsi yang dari tadi memainkan smartphone nya menjadi kebingungan. Dirinya belum sadar, jika mereka berdua sudah ada didepan hutan yang penuh dengan pohon-pohon menjulang tinggi. "Bro, bensinnya habis? Jangan bilang harus gue dorong ya..."
Tetapi Erik masih saja diam, seperti hatinya ada yang merasuki.
Dan Holsi yang tak sadar sama sekali, hanya memandang lurus ke depan nya. Lalu dalam sedetik, ia kembali memainkan Smartphone nya. Namun, hati nya benar-benar di pukul keras oleh sesuatu. Ketika ia sadar, yang tadi ia pandang adalah sebuah hutan yang kelam. Yaitu hutan Huner.
Dengan keberanian, Holsi kembali memandang tepat tak jauh didepan nya. Ia yang melihat pohon-pohon tinggi serta suasana yang dingin, kelam dan seperti tak ada kehidupan. Seketika itu, berteriak kencang. "Aah! Bro lhu gila bawa gue ke hutan penuh dengan setan ini!"
Karena teriakan Holsi yang begitu memekakkan telinga. Seketika itu juga, Erik sadar dari lamunan nya. "A, apa bro? Apa?"
Smartphone ada di telapak tangan kanan Holsi, dan tangan kanannya itu menunjuk lurus ke depan mereka berdua. "Liat!"
Pandangan Erik terarah kan lurus kedepannya. Ia memperhatikan pohon-pohon yang tinggi menjulang dengan suasana kelam yang menyelimuti jiwa setiap manusia. Ia hanya berkata pelan. "I, ini hutan huner kan?"
Dengan nada yang tidak bisa sepenuhnya tenang, Holsi membentak Erik. "Ya lho pikir ini hutan Afrika Tenggara? Ya iyalah ini hutan huner!"
Kepala Erik sedikit di miringkan ke kanan. "Kok bisa?"
Dan Holsi hanya bisa menepuk jidat nya. "Kan lhu yang bawa bro, lhu sadar nggak sih selama perjalanan? Jangan bilang ada surprise ulang tahun di balik ini semua!"
Erik sedikit menoleh ke Holsi yang duduk di belakang nya. "Gue nggak sadar..."
Ungkapan itu, membuat Holsi terkejut. "A, apa? Serius?"
Dan tatapan Erik masih terlihat penuh rasa kebingungan. "Bahkan tadi malem, di hutan ini gue liat sekawanan va..."
Setelah berkata begitu, Erik yang mulai ketakutan. Celingukan untuk memastikan keadaan sekitar. Ia khawatir, manusia-manusia yang ia lihat, ada di sekitar nya.
Melihat perilaku Erik yang mulai aneh dan terlihat ketakutan, membuat Holsi sedikit mendorong punggung nya. "Sekawanan apa? Rusa? Babi kota?"
Tanpa satu kata pun menjawab pertanyaan Holsi. Erik langsung memarkirkan motor nya itu. "Kita harus segera pergi..."
"Nah lho tahu sekarang..." Ungkap Holsi.
Namun sayang, ketika sudah di putar balik. Motor ini, tak dapat menyala. Motor ini, seperti terlihat mogok.
Dengan hati yang penuh kekesalan, Holsi berkata. "Dengar ya! Ini motor kan lhu beri dalam keadaan baru, dan beli nya ajja seminggu yang lalu. Masa ia, acara mogok harus ada!"
Erik terus berusaha menyalakan stater motor nya ini. "Nggak mungkin mogok. Pasti di balik ini semua ada sesuatu..."
Nada pelan Holsi, terdengar di kepala Erik. "Sesuatu yang ada di dalam hati?"
Erik yang juga semakin kesal, membentak Holsi. "Sesuatu yang ada di dalam motor ini!"
Tiba-tiba, datanglah Halzet dari dalam hutan itu. "Guys... ada keluhan?"
Seketika itu juga, Erik dan Holsi memandang Halzet. Mereka berdua terkejut hebat, ketika melihat keadaan Halzet yang berwajah putih pucat, rambut sedikit acak-acakan, gigi nya terlihat bertaring dan bola matanya merah membara. Dan di dalam dirinya, tercium bau amis.
Erik dan Holsi menjadi gemetaran. Apalagi, ketika Halzet yang mulai berjalan ke arah mereka berdua.
Dan Erik pun terus berusaha untuk menyalakan motor ini lewat stater motor nya. Namun sayang, usahanya selalu sia-sia. Tetapi ia, terus berusaha.
Ketika Halzet sudah ada di samping mereka berdua. Erik seketika itu juga langsung menghentikan usaha nya untuk menyalakan motor ini. Lalu bahu Erik, Halzet pegang. "Hey..."
Didalam hatinya, Erik berkata. °Sumpah... bau darah.°
Dengan nada yang tertatih, Holsi berusaha tenang di hadapan Halzet yang aneh ini. "Bro... kok lhu ada disini?"
Dan Halzet menjawab nya dengan santai, seakan-akan suasana ini adalah suasana biasa-biasa saja. "Oh well, ini adalah tempat kawana..."
Pembicaraan Halzet terpotong. Ketika seorang gadis menyeru dirinya dari dalam hutan. "Halz... kamu mulai lagi ya?"
Spontan, Erik dan Holsi menoleh ke sumber suara gadis yang sepertinya mereka pernah dengar suara gadis itu. Dan benar, ketika mereka menoleh. Mereka berdua mendapati Eli sedang berdiri di atas sebuah batu.
Dengan serentak, Erik dan Holsi menyeru. "El..."
Belum selesai mengungkapkan apa yang ingin mereka berdua ungkapkan. Erik dan Holsi dengan tiba-tiba, pingsan dan jatuh dari motornya.
|
Pada akhirnya, Holsi siuman. Ia mulai membuka kedua matanya, dan ia akhirnya sadar. Jika dirinya sudah ada di kamar nya. Ia langsung bangun dari kasur nya, lalu celingukan memperhatikan kamar nya ini. Hati nya seperti di permainkan, pikiran nya seakan-akan telah mengalami hal nyata.
Ia lalu, mengambil Smartphone nya. Lalu menghubungi Erik, harap ini hanya lah mimpi. Harap, kejadian aneh tadi. Hanyalah mimpi belaka. Bukan kenyataan yang pasti!
Nomor telepon Erik, akhirinya tersambung. Dari telefon itu, Erik menyahut terlebih dahulu °I, iya bro?°
Dengan penuh kekhawatiran, Holsi berkata. °Lho dirumah lho sendiri?°
Erik pun sedikit bingung dengan pertanyaan teman nya itu. °I, iya. Emang sejak kapan gue pindah rumah...°
Hembusan nafas kelegaan, ia hembuskan dari dalam tubuh nya. "Huh... ternyata hanya mimpi."
Setelah berkata begitu, tanpa ucapan lagi pada Erik. Holsi dengan begitu saja, menutup telfon nya. Ia lalu bersandar di dinding. Dan dirinya masih duduk di kasur pada pagi hari ini.
Tetapi didalam hati Holsi, merasa bahwa itu adalah kenyataan dan seperti sebuah petunjuk. Namun diri Holsi, menyangkal pendapat hati kecil nya itu. Ia akhirnya berbicara dengan dirinya sendiri. "Hmm mungkin gara-gara rasa curiga itu, membuat diri gue ini berfikir kalau Halzet dan Eli adalah manusia serigala... emang sih, biasanya apa yang dipikirkan sebelum tidur, pasti akan ke bawa mimpi. Sampai-sampai hal yang mengejutkan, benar-benar mengejutkan diri. Padahal nyatanya itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Sama seperti apa, yang telah ku alami ini."
Kemudian, Holsi menoleh ke jendela yang godrennya itu sudah terbuka. Ia melihat hutan Huner jauh di luar jendela sana. "Dan... semoga Erik tidak mengalami mimpi buruk ini."
Setelah ia berkata begitu, ia kembali melanjutkan tidur pagi nya yang belum usai. Holsi tarik selimutnya lalu menutup kedua matanya.
Belum ia pulas dari tidurnya, tak jauh dari dirinya. Ada seseorang yang ia kenal suara nya, menyeru. "Dia sudah tidak peduli lagi dengan kita, berita baik artinya..."
Tanpa terbangun dari kasurnya, Holsi hanya membuka matanya. "To, Tommy?"
Namun dalam hatinya, ia merasa itu hanya sebuah imajinasi belaka. Padahal dari dalam lubuk hati terdalam nya, berkata jika itu bukan sebuah imajinasi. Justru, yang menurut Holsi itu imajinasi. Adalah sebuah perlawanan nyata untuk memerangi kenyataan yang ia telah alami tadi, dan pertanyaan yang semakin membingungkan adalah, apakah tadi dan semua itu, adalah hal yang nyata?
Namun Holsi yang mengalami kejadian itu sendiri. Berspekulasi, jika itu tidak nyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Zelyn ⭕
kalian para pemuda aneh, mengapa selalu menuju hutan Hunner
2022-12-20
0
ALONE ⭕
apa dia jalan sambil tidur
2022-12-09
0
ALONE ⭕
kox di kamar 🤔🤔
2022-12-09
0