Halaman 4

Tommi berdiri dihadapan Ifo, Erik dan Holsi yang sedang duduk di kasur.

Sedangkan Halzet terus berdiri di depan jendela yang langsung mengarah ke hutan Huner.

Lalu Tommi pun, mulai berbicara. "Baiklah, kedatangan ku kemari hanya ingin memperkenalkan diri saja. Tentang teman baru kita."

Erik tiba-tiba memotong pembicaraan Tommi. "Tunggu... kita? Sejak kapan kita berteman?"

Dan Tommi hanya bisa cengengesan. "Hehehe, tapi kita memang sudah berteman."

Erik lalu kembali menyalip omongan Tommi. "Dan sejak kapan diri lhu itu jadi sehangat ini? Lhu kan siswa disekolah yang di kenal dingin!"

Anehnya, Tommi semakin bingung. Dan ia hanya bisa mengeluarkan keringat dingin dari kepalanya.

Tidak lama kemudian, berjalan pelan lah dari jendela, Halzet. Ia langsung menyeru, "Lebih baik kita pulang saja."

Seketika itu juga, Ifo, Erik dan Holsi terkejut.

Erik seketika itu juga bereaksi hebat. "Apa? Sejak kapan kamu bisa bahasa Indonesia?"

Tetapi Halzet hanya mengangkat kedua alisnya. "Well... Tommi yang mengajari aku berbahasa kalian. Dan Tommi juga yang mengajari kami bahasa Indonesia."

Ifo lalu menunjuk kepada Tommi. "Lhu kayanya perlu lebih dalam lagi untuk memberikan pelajaran berbahasa Indonesia nya itu, kepada Halz"

Dan Halzet kembali menyeru. "Aku sudah puluhan tahun."

Ungkapan Halzet membuat Ifo, Erik dan Holsi terkejut.

Dengan bingungnya, Erik mengeluarkan sebuah ekspresi aneh. "Apa yang lhu bicarakan?"

Tiba-tiba, dengan gayanya yang terlihat mulai mendingin kembali. Tommi langsung memegang tangan Halzet. "Kita pulang..."

Dan Halzet hanya mengangkat kedua pundak nya. "Oke..."

Ifo meloncat dari kasur nya. "Biar aku antar sampai depan."

Tommi dan Halzet pun dengan begitu saja, langsung keluar dari kamar Ifo. Dan Ifo sendiri, menyusul kepergian kedua teman nya yang mulai dekat.

Dan didalam kamar ini, hanya ada Erik dan Holsi. Mereka berdua masih saja duduk dikasur dengan suasana yang membingungkan.

Kemudian Holsi, berkata. "Lhu merasa kan apa yang gue rasakan?"

Erik seketika juga, bangun dari kasur lalu berdiri di depan Holsi. "Jelas! Aneh juga kalau liat orang yang kepribadian nya dingin, sedingin AC nya kamar ini bocah."

Tetapi Holsi, menyangkal ucapan Erik. "Bukan, bukan, bukan itu... Tapi yang *puluhan tahun*."

Kemudian Erik mulai kebingungan dengan ucapan teman nya itu. Ia lalu mengetuk-etuk dagu nya. "Ehm... yang dia ngomong puluhan tahun itu ya? Mungkin, dia kan emang masih dalam tahap belajar berbahasa Indonesia. Jadi sedikit ngaco."

Dan pada akhirnya, Holsi mulai tidak senang hatinya. Ia dalam hati butuh seseorang yang tepat untuk membicarakan hal ini.

Lalu Holsi, berjalan ke arah jendela yang masih belum tertutup gorden. Setelah Holsi berdiri di depan jendela itu, masuklah Ifo ke kamarnya dengan jiwa yang tenang.

Ifo tutup pintunya, lalu berjalan menuju kasurnya. "Akhirnya... bisa deket juga sama siswa yang paling dingin di antara yang paling dingin."

Ketika Ifo sudah duduk dikasur, Erik sedikit mendorong tubuh nya. "Lhu sih! AC di nyalain. Kan ujungnya si Tommi jadi dingin lagi, kayanya dia sensitif deh sama yang dingin-dingin juga."

Tetapi Ifo menjadi merasa tidak nyaman. Ia ambil remote Tv nya itu. "Apa sih Rik!"

Lalu, ia nyalakan Tv nya kembali.

Dan Holsi yang masih berdiri didepan jendela. Secara kebetulan melihat Tommi dan Halzet lewat di luar jendela itu. Di luar jendela itu ada sebuah jalan perumahan yang cukup lebar. Dan jalanan itu kini sepi, karena malam sudah semakin malam.

Holsi memperhatikan dengan penuh, Tommi dan Halzet yang kemudian mereka berdua berhenti berjalan.

Hal ini, membuat Holsi terkejut.

Lalu, dengan cukup jelas. Holsi mulai mendengarkan pembicaraan Tommi dan Halzet.

Di luar jendela itu, di jalanan perumahan yang sepi itu. Tommi berkata pada Halzet. "Sudah kubilang, biar aku yang bicara pada ketiga lelaki itu..."

Dan Halzet berusaha membela dirinya. "Tapi mereka sangat lah menyenangkan, mereka pasti orang-orang yang baik hati."

Tommi pun pada akhirnya berusaha memaklumi Halzet. "Hmm, aku tahu tentang itu. Tapi tetap saja tak boleh terlalu terbuka."

Dan ujungnya, Halzet menjadi murung. "Hmm... kamu benar. Baiklah..."

Setelah berbincang-bincang cukup lama, Tommi dan Halzet kembali berjalan meninggalkan kawasan rumah Ifo.

Dan Holsi yang mendengar pembicaraan mereka berdua, baru saja. Mulai tidak merasa curiga, karena mereka berdua, Biasa-biasa saja.

Lalu, Holsi memalingkan dirinya dari jendela itu. Ia kemudian bersandar di jendela itu, pandangannya di arahkan ke Tv yang menyala. "Apakah ucapan Halzet yang mengatakan °Puluhan tahun° adalah sebuah petunjuk jika ia telah hidup selama itu dan mempelajari bahasa Indonesia dengan waktu selama itu. Atau... dia memang tipe anak yang masih ngaco jika berbicara bahasa Indonesia. Dan pertanyaan untuk diri ku adalah, dari mana Halz berasal?"

Tiba-tiba, bantal besar melayang ke arah Holsi yang sedang berbicara sendiri. Dan bantal itu langsung menimpa wajah nya.

Terlihat dari arah kasur, Erik dan Ifo saling bertosan. Lalu tertawa puas.

Dengan penuh kekesalan, Holsi kembali membalas lemparan bantal itu ke arah dua temannya. "Woyy! Nggak ada akhlak lho berdua sama temen sendiri!"

Namun sayang, bantal yang ia lempar meleset dari Ifo dan Erik.

Hal ini pun, semakin memicu Erik dan Ifo tertawa penuh kepuasan.

Lalu, Holsi berlari kepada kedua teman nya itu. Kemudian langsung menghadang nya.

|

Pukul 1 pagi.

Di kasur ini, Erik tidur di antara kedua teman-teman nya. Lalu, ia tiba-tiba terbangun. Kemudian dirinya duduk di kasur sembari mengucek matanya. Ketika ia menoleh ke arah jendela, dirinya terkejut gorden nya itu belum menutupi jendela yang masih terbuka lebar.

Karena pandangan mata Erik yang masih belum jelas. Ia tak bisa melihat sepenuh nya dengan baik, tetapi ia tetap bersikeras bangun dari kasur. Kemudian berjalan ke jendela itu lalu ia yang baru saja akan menutupi jendela itu dengan gorden. Tanpa sengaja, jauh di luar jendela ini. Yang langsung mengarah ke hutan Huner, Erik terkejut hebat. Ketika ia melihat sekawanan manusia-manusia aneh di atas salah satu pohon yang ada di hutan Huner. Seketika itu juga, Erik tidak jadi menutup jendela ini dengan Gorden. Ia justru dengan tergesa-gesa berlari kembali ke kasur.

Kemudian, ia sembunyi dari dalam selimut. Nafasnya mulai tidak beraturan dan keringat dingin keluar.

Tiba-tiba, sebuah tangan memegang erat wajah Erik.

Seketika itu juga, Erik berteriak. "Aah... jangan culik aku. Culik aja mantan aku. Aah...."

Lalu, Holsi menarik selimut Erik. "Woyy... ini tangan gue."

Dan akhirnya, Erik menjadi tenang. "Huh, kirain..."

Ifo sedikit kesal, ia pukul tubuh Erik. "Lhu kenapa sih?"

Ekspresi Erik terlihat tegang. Lalu, dirinya kembali menarik selimut nya lalu menutup kedua matanya.

Holsi yang merasa di permainkan, hanya bisa mendengus kesal. "Heeh! Makanya baca do'a sebelum tidur. Pasti ketemu penampakan mantan..."

Setelah berkata begitu, Holsi kembali tidur.

Dan Erik yang hanya memejamkan matanya. Hanya bisa berkata di dalam hati. °Orang-orang tadi, seperti Vampir..."

Terpopuler

Comments

Jazz ♋

Jazz ♋

Come back

2022-12-28

0

Zelyn ⭕

Zelyn ⭕

Astaga..... makhluk apa yang berdiam diri dalam hutan, dan di atas pohon 👻👻

2022-12-05

1

Zelyn ⭕

Zelyn ⭕

Dan itu memang sangat janggal dan mencurigakan

2022-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!