Kediaman rumah Halzet berhasil didatangi dengan selamat, oleh teman-teman nya Holsi dan Holsi itu sendiri.
Sesampainya di halaman depan rumah Halzet, Holsi begitu terlihat takjub dengan kekunoan kediaman ini. "Wow... aku nggak pernah tau kalau di daerah ini ada rumah yang kuno banget kaya ini."
Eli lalu berjalan ke arah pintu. "Disini aku tidak lagi merasakan hal-hal tidak enak di hati. Kita aman sekarang..."
"Ayo kita masuk..." Seru Halzet pada Holsi yang masih begitu takjub pada rumah milik Halzet.
Sambil berjalan mendekati pintu yang sudah terbuka, Holsi berkata. "Jadi kalian bertiga sudah lama tinggal disini?"
Eli yang masih memegang gagang pintu, tersenyum. "Begitulah anak muda."
"Anal muda?" Tanya Holsi yang keheranan.
Lalu Tommi mendorong pelan Holsi masuk kedalam rumah yang tentram dan damai ini. "Masuklah dulu kedalam, maka kau akan tahu semuanya."
Kemudian Holsi masuk ke dalam rumah itu. "Hmm, kalian memang seumuran ku. Tapi, gaya berbicara kalian seperti orang dewasa..."
Setelah itu, Eli menutup pintu rumah dengan sangat rapat.
Kediaman Halzet berada di timur hutan Huner, kediaman Halzet berada di pinggiran hutan Huner. Daerah tempat rumah Halzet berdiri, adalah daerah yang tidak pernah di datangi oleh manusia manapun. Daerah di timur ini sangatlah terpencil karena di halangi oleh sebuah bukit kecil.
Jelas Holsi takjub, karena rumah yang sederhana ini memiliki arsitektur yang sangat kuno. Tidak ada rumah didunia di masa sekarang ini, yang seperti kediaman Halzet. Jelas Holsi terkejut, karena ia baru pertama kali menemukan sebuah rumah yang tak pernah terbayangkan dibenak nya selama ia hidup di permukaan dunia.
Rumah Halzet dikelilingi oleh perkebunan apel yang indah jika disiang hari. Rumah Halzet pula terbuat dari kayu semuanya, tetapi sangatlah antik dilihat oleh kedua mata.
Didalam rumah ini, hanya ada 3 kasur yang lebar-lebar, tempat duduk terbuat dari kayu yang nyaman jika di duduki, dapur berkayu semua, dan rumah ini tidak memiliki petak atau tembok penghalang antara satu tempat ke tempat lainnya. Rumah ini semuanya dibuat terlihat dari sisi ke sisi, dari dapur ke ruang duduk, dan dari kasur ke dapur.
Eli yang tengah didapur sedang membuat teh hangat untuk Holsi.
Sedangkan Holsi, Tommi, dan Halzet tengah duduk diruang berkumpul.
"Aneh, aku merasa tidak ngantuk." Ucap Holsi yang sembari melihat-lihat dalaman rumah Halzet ini.
Dengan nada candaan, Halzet lemparkan ke Holsi. "Kau kan sudah tidur tadi dijalanan aspal hutan Huner..."
Spontan, Holsi tertawa. "Hahaha, dan kau sudah masuk ke dalam mimpi ku..."
Kemudian, datanglah Eli dengan secangkir teh hangatnya. Ia taruh teh itu dimeja berkayu pula. "Ini dia teh hangatnya, Holsi..."
"Terima kasih..." Kata Holsi yang kemudian meminum teh hangat itu sampai habis.
Melihat hal itu, membuat Tommi tersenyum. "Hmm, seperti nya dia kelelahan. Sampai-sampai teh hangat yang diberikan, habis satu cangkir penuh."
Setelah selesai meminum teh hangat itu, Holsi berkata. "Enak dan menenangkan jiwa..."
Kemudian Eli bertanya kepada Holsi. "Jelaskan apa yang kau maksud bunga merah itu?"
Spontan, Holsi terlihat bersemangat untuk menjelaskan. "Oh ya, bunga itu ya. Bunga itu tuh sangat wangi, indah, dan selalu ada di genggaman ku."
Halzet kemudian mengangguk-angguk. "Oke, mungkin itu bunga mawar saja."
Dengan sigap, Holsi membantah. "Tidak! Aku tidak suka bunga mawar. Tapi entah kenapa, bunga merah itu membuat ku nyaman. Aku tahu persis bunga mawar seperti apa, dan jelas itu bukan bunga mawar."
Eli langsung menatap Halzet dengan penuh khawatir. "Bunga Blad?"
Dan Halzet hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Lalu Tommi, bertanya ke Holsi. "Kau menemukan bunga itu dimananya?"
"Iya... apakah disebuah bunga yang kau petik dijalanan hutan?" Seru Halzet untuk memperjelas pertanyaan Tommi pada Holsi.
Holsi dengan lantang menjawab. "Tidak pernah ku petik sebuah bunga dijalanan atau langsung dari tanaman. Justru, bunga merah itu diberikan oleh Rimo."
Seketika itu, Tommi, Eli, dan Halzet terkejut hebat.
"Ri, Rimo?" Tanya Tommi yang begitu syok.
Pandangan Holsi pun terlihat terarah kan ke jendela yang tak bergodren. "Iya, Rimo lah yang memberikan bunga itu. Awalnya aku ngerasa ngeri, tapi entah kenapa bunga itu semacam memiliki sihir. Sampai-sampai aku hampir saja ada niatan ingin mencicipi nya satu saja."
"Itulah bunga Blad!" Teriak Eli yang mulai syok.
Dan Halzet bertanya pada Holsi. "Dan kau tak sengaja menjatuhkan bunga itu dijalanan, bukan?"
"Begitulah Halz, begitulah..." Tutur Holsi yang terlihat prihatin dengan teman-teman nya yang begitu syok.
Dengan penuh keseriusan, Tommi melihat wajah Holsi. "Bunga Blad adalah bunga paling berbahaya sepanjang zaman. Karena bunga itu, siapa-siapa yang memakannya maka akan berubah menjadi sesosok makhluk yang memberikan bunga Blad itu pada orang yang telah memakannya."
Spontan, Holsi merasa terkejut dengan semua ini. "Jadi, jika aku memakan bunga itu. Maka aku akan berubah seperti Rimo?"
"Iya, itulah kepastian yang nyata." Seru Halzet pada Holsi.
Dan perasaan tak menyangka pun, tak bisa ia bendung lagi.
"Sebenarnya, siapa sih mereka itu? Siapa Rimo? Dan siapa orang-orang yang tadi kita lihat di depan hutan?" Tanya Holsi yang begitu penasaran.
Kemudian Tommi berkata. "Mereka adalah sekelompok makhluk jahat yang menyerupai manusia-manusia tampan yang berasal dari Rusia. & Mereka yang akan..."
Lalu Tommi, Halzet, & Eli berkata dengan serentak.
*Mengubah zaman ini menjadi ERA BERDARAH!*
Hati Holsi seperti terpukul kan sesuatu yang amat berat, ia menjadi syok. "Astaga... aku pikir hal seperti itu hanya akan terjadi didalam film saja. Tetapi nyatanya, di kenyataan bahkan sekarang ini sedang terjadi. Aku harus bagaimana ini? Aku punya keluarga, kerabat, teman, semuanya. Apa yang harus aku lakukan?"
Jawaban Tommi, benar-benar menyesakkan dada Holsi. "Tak ada. Kita hanya akan melewati masa ini kembali, sampai semuanya selesai dan kembali normal."
Dan Holsi hanya bisa menunduk sedih. "Aku hanya bisa pasrah akan semua ini."
Lalu Eli yang matanya begitu berkaca-kaca, berkata. "Dan ingatlah Rimo, dia adalah korban pertama didunia ini yang telah menjadi pengikut setia mereka. Dan jangan sampai kau, atau teman-teman mu yang ikut-ikutan menjadi pengikut mereka."
"Sulit dipercaya." Kata Holsi dengan singkat nya.
Lalu Eli menoleh ke Tommi. "Dan bunga Blad itu telah nyata ada! Maka, zaman ERA BERDARAH MANUSIA akan kembali terjadi untuk yang kedua dan yang terakhir kalinya."
Air mata semakin memenuhi kedua mata Holsi. Dirinya benar-benar tak menyangka, jika zaman yang aneh itu segera tiba di masa remaja nya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan ia tidak tahu dengan cara apa ia menghentikan langkah jahat mereka itu.
Hingga pada akhirnya, masuk lah dari luar rumah. Seorang remaja lainnya yang sudah lebih dulu ada dirumah ini, dibanding Holsi.
Remaja yang tak lain adalah Nuel, disambut baik oleh Tommi, Eli, dan Halzet.
"Hei... selamat datang kembali." Seru Halzet pada Nuel.
"Hai..." Kata Nuel singkat.
Seketika itu, Holsi langsung menoleh, ketika sebuah suara yang ia kenal ada didekatnya.
Holsi seketika itu bahagia, melihat Nuel yang ternyata masih baik-baik saja. "Nuel?"
Lalu Nuel pun tersenyum. "Hai Holsi? Apa kabar?"
"Nuel..." Seru Holsi yang begitu penuh haru.
Holsi berjalan ke arah Nuel dan langsung memeluknya erat.
"Nuel, aku pikir kau hilang, aku pikir kau diculik, aku pikir kau dalam bahaya. Ternyata kau baik-baik saja..." Ungkap Holsi yang penuh haru.
Dengan hati yang tentram, Nuel usap punggung Holsi. "Aku tidak apa-apa kok. Justru yang lebih aku khawatir kan adalah kau dan teman-teman kita saat ini."
Pada akhirnya, Holsi menangis sejadi-jadinya. "Nuel, hiks. Dunia dalam bahaya... bagaimana ini? Hiks."
"Tenanglah dan duduklah." Kata Nuel yang berusaha menenangkan sahabat nya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Dania
Oh No.... kalau sampai itu terjadi, kita gimana?? kita jadi apa??
2022-11-15
0
Dania
Nah ya....Rimo, dia yang aneh itu, gawat bukan
2022-11-15
0
Dania
kirain kalau Holsi kehausan, dia akan minta minum darah segar
2022-11-15
0