Halaman 16

Holsi terus berjalan menjauh dari Rimo.

Ia terus berjalan dengan tenangnya di tengah malam yang akan segera berakhir ini dalam beberapa jam mendatang.

Entah kenapa, hati Holsi menjadi lebih tenang, tak ada rasa takut lagi yang ia rasakan. Walaupun, rasa sakit di lututnya tetap terasa, tetapi ketenangan jiwa nya benar-benar membuat rasa sakit itu tak begitu mengganggu nya.

Setelah Holsi berjalan cukup lama sekali, ia berhenti mendadak. Holsi lalu memandang bunga merah yang diberikan si aneh Rimo itu.

Bunga merah yang semakin lama semakin indah untuk dipandang, membuat Holsi memegang-megang bunga itu secara perlahan-lahan.

"Hmm... bunganya bagus juga." Ungkap Holsi yang mulai terpancing.

Terkadang, ia berfikir tentang Rimo yang tadi ia sempat temui.

"Bukannya Rimo hilang ya? Aah sial! Kenapa nggak gue tanyain tadi tentang dirinya. Eh tapi, gue rasa itu bukan Rimo deh. Kaya ada sesuatu yang janggal..." Tutur Holsi kepada dirinya sendiri.

Kemudian, Holsi menoleh jauh ke belakang nya. Dan ia ingin memastikan jika yang Holsi pikir Rimo tapi seperti bukan Rimo, sudah tak ada lagi di belakang nya.

"Hu... syukur deh kalau dia udah pergi. Gila ajja, si Rimo wajahnya sampe sebule itu." Kata Holsi dengan nada pelan.

Setelah berkata begitu, Holsi kembali berjalan dengan santainya. Ia terus terfokus kepada bunga merah itu, dan rasa tertarik untuk menghirup nya mulai ada didalam dirinya.

Sambil berjalan, Holsi dekatkan itu bunga ke hidung mancung nya. Dan yang dirinya rasakan, benar-benar diluar ekspektasi.

"Wow... bunga ini wangi banget, wanginya kaya sesuatu yang nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata." Seru Holsi yang begitu terkejut.

Holsi pun terlihat senang dan kecanduan untuk terus-menerus menghirup bunga merah ini.

Sambil ia berjalan, sambil ia hirup itu bunga merah pemberian Rimo.

Hati Holsi menjadi semakin bahagia, ia dekatkan bunga itu ke dadanya sembari tersenyum.

"Bunga apa ya ini? Kok indah dan wanginya tiada Tara. hehe... baik deh Rimo mau kasih bunga yang nggak tau bunga apa ini." Ungkap Holsi dengan senyuman lebar.

Lalu tidak lama kemudian, sebuah gerbang yang tertutup rapat. Telah ia dapati di depan wajahnya.

"Akhirnya... inilah gerbang keluar dari hutan Huner ini." Kata Holsi yang terkesima.

Kemudian Holsi berlari mendekati gerbang ini. Ia berusaha memastikan jika gerbang ini tidak di gembok rapat oleh penjaga.

"Yeah, gerbang nya tidak di kunci. Ini artinya aku akan segera pulang." Seru Holsi yang begitu bahagianya.

Sebelum Holsi membuka gerbang itu selebar-lebarnya. Ia memandang jauh didepannya, hingar-bingar kota Bogor yang indah.

"Pagi akan segera tiba. Keindahan Bogor ku di dini hari ini tak kalah indah ketika di siang bolong...." Ungkap Holsi dengan tenangnya.

Ia lalu membuka gerbang itu selebar-lebarnya. Ketika gerbang itu dibuka oleh Holsi, suara dari gerbang itu terdengar lantang.

"Akhirnya aku keluar juga dari antah-berantah dunia setan ini." Serunya.

Kemudian Holsi berlari sekuat tenaga. Bahkan bunga merah yang ia pegang pun jatuh ke jalanan aspal.

Holsi lalu berlari-lari di jalanan yang menurun, ia begitu bahagia dan lega sekali rasanya ketika ia sudah berhasil melewati hutan Huner dengan aman-aman saja.

Sembari ia berlari dijalanan yang menurun itu, Holsi berteriak bebas dan matanya pun terpejam erat.

Ia sangat lega benar-benar lega akan semua ini yang sudah berakhir.

Namun sayang, 3 orang remaja yang tengah berjalan pelan tak jauh di depan Holsi yang berlari. Ditabrak keras oleh Holsi itu sendiri.

Brak! Brak! Brak!

Holsi terjatuh, begitupun dengan 3 remaja yang belum sempat Holsi lihat sepenuhnya.

"Aah... jatuh lagi deh gue." Kata Holsi yang lututnya mulai kesakitan.

3 remaja yang tak lain adalah Halzet, Tommi, dan Eli. Begitu terkejut, melihat Holsi yang tengah malam begini, berada di sebuah hutan yang kini sudah tidak aman lagi.

"Holsi?" Kata Tommi dengan penuh pertanyaan.

Eli pun menoleh ke arah Halzet. "Dia sedang apa malam-malam begini di tempat seperti ini?"

"Entahlah." Ungkap Halzet yang kemudian membantu Holsi berdiri.

Holsi pun berdiri dan menerima uluran tangan Halzet padanya.

"Wow... Tommi, Halzet, Eli. Kalian lagi ngapain malam-malam begini disini?" Kata Holsi yang ikut bertanya-tanya kepada ketiga teman bule Eropa nya itu.

Tommi dan Eli pun saling melihat satu sama lain.

Lalu Tommi kembali menarik ucapannya itu. "Justru aku yang harus nya bilang begitu..."

Kemudian Holsi pun menunjuk ke arah Halzet. "Hey tunggu sebentar, tadi gue liat lho di mimpi gue. Sebenarnya, siapa kalian bertiga ini?"

Eli pun seketika terkejut ketika mendengar pernyataan Holsi. Ia lalu memasang wajah serius kepada Halzet. "Halz, kau melakukan nya lagi?"

"Aku hanya berusaha menyelamatkan anak ini!" Kata Halzet yang cukup kesal.

"Tapi mereka tidak penting untuk di selamatkan, yang terpenting itu adalah dari ramalan itu." Bentak Eli kepada Halzet.

Kemudian Halzet pun mengungkapkan perasaan nya itu. "Tetapi kita tidak pernah menemukan si "Emil" yang dikatakan didalam ramalan itu. Kita sudah lama mencarinya bukan?"

Eli pun hanya bisa membuang muka dari Halzet. "Sudah kubilang jangan pernah menyerah."

Melihat perdebatan antara Eli dan Halzet, membuat Holsi celingak-celinguk kebingungan. "Apa yang sedang kalian berdua bicarakan?"

Dengan kasarnya, Eli menunjuk wajah Holsi. "Bukan urusan mu!"

"Mungkin dia bisa membantu, mungkin dia adalah jalan dari rencana kita ini..." Seru Halzet dengan nada halus.

Ungkapan Halzet, membuat Eli kembali berfikir untuk mempertimbangkan. Tetapi lama-kelamaan, ia mulai membenarkan ucapan Halzet padanya. "Baiklah, firasatku berkata bahwa pasti dia jalannya."

Kemudian Tommi, menyeru kepada Holsi. "Ikutlah dengan kami..."

Karena Holsi begitu aneh dan penuh pertanyaan terhadap tingkah laku, perdebatan, dan sifat dari ketiga teman satu sekolah nya itu, ia lalu mengeluarkan sebuah pertanyaan. "Jujur gue nggak ngerti akan semua ini. Jujur gue nggak faham tentang kalian bahkan asal usul kalian. Kalian lebih aneh, malem-malem begini keluar rumah, udah itu kalian jalan-jalan di sekitar hutan yang dikatakan angker. Ya kalau gue masih masuk akal, karena gue abis berantem sama Erik. Terus gue out deh dari rumah Agil, dan berniat pulang! Nggak ada yang namanya gue main-main disini, nggak ada."

Tetapi ungkapan Holsi, seperti tak di gubris oleh ketiga anak remaja bule itu.

Tidak lama kemudian, hati Eli mulai merasa tidak enak. "Oh tidak, kita harus segera pergi dari sini..."

Halzet kemudian langsung memegang tangan Holsi. "Ayo ikut dengan kami, maka kau akan tahu semuanya."

"Eh tapi-tapi, bentar kok dadakan banget sih, bentar ih." Kata Holsi yang begitu kebingungan.

Eli terus-menerus memperhatikan sekitaran daerah ini dengan wajah penuh kekhawatiran. "Ayo semuanya, kita harus segera pergi dari daerah ini."

Lalu Halzet semakin mendesak Holsi. "Jangan sampai kau pulang seorang diri, ini tetap tidak akan aman. Lebih baik kau ikut dengan kami..."

"Iya ih, tapi bentar. Gue ketinggalan sesuatu, gue kan tadi bawa bunga merah itu, tapi kok nggak ada ya, kayanya jatuh deh..." Kata Holsi yang begitu repot kelihatan nya.

Seketika itu, Halzet, Tommi, dan Eli menatap tajam ke arah Holsi.

"Bunga merah?" Tanya Tommi yang terkejut.

"Iya, tapi kayanya jatuh dijalan tadi..." Tutur Holsi yang terlihat kerepotan.

Eli lalu berkata kepada Halzet. "Apakah itu bunga Blad?"

Bahkan Halzet pun terlihat kebingungan dengan semua ini. "Mu, mungkin itu bunga nya."

Lalu Tommi berkata kepada Holsi. "Siapa yang memberikan bunga merah itu?"

Tiba-tiba, dari jalanan menuju gerbang hutan Huner, berdirilah sekelompok manusia remaja yang putih-putih, namun sangat menyeramkan.

"Mereka datang..." Ungkap Eli yang tubuhnya terasa lemas.

"Apa dan siapa yang datang?" Kata Holsi yang celingak-celinguk kebingungan.

Seketika itu, Tommi langsung memegang Eli kemudian menghilang.

Lalu Holsi menoleh ke arah sekelompok manusia remaja itu, kemudian tubuhnya pun terasa lemas, dan hatinya sangat ketakutan. "Astaga, itu kan Rimo... dan mereka semua, siapanya Rimo?"

Langsung dengan sangat sigap, Halzet membawa Holsi pergi dari tempat ini.

Terpopuler

Comments

Nagi Sanzenin

Nagi Sanzenin

seru nih kak

2021-09-11

0

🏁Nyno_Ever🏁

🏁Nyno_Ever🏁

untunglah Halzet dan yang lain segera datang, dan menolong Holsi
lega rasanya

2021-09-10

0

Qirana

Qirana

Holsi
Apa yang kamu lihat, tidaklah seindah itu

2021-09-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!