Erik berdiri di depan pintu toilet. Ia menunggu seorang pria didalam, yang sedang berada di toilet.
Tiba-tiba, dari arah belakang. Ada seseorang yang menyenggol nya. Dan lelaki yang menyenggol Erik terus berjalan menjauh tanpa menoleh sedikit pun ke belakang nya.
Mendapat kelakuan yang kurang baik dari lelaki itu, membuat Erik sedikit kesal. "Hah! Santai dikit dong kalau jalan..."
Kemudian, Erik membuang muka dari lelaki yang semakin berjalan menjauh dari toilet.
Namun tiba-tiba, hati Erik terasa terkejut hebat. Ketika ia baru menyadari, jika lelaki yang menyenggol nya tadi dan melewati nya tadi, sangat mirip dengan Nuel. Teman beda kelas nya.
Spontan, Erik bereaksi. "Nu... tadi Nuel kan?"
Tidak lama dari itu, keluarlah seorang bapak-bapak dari dalam toilet. Ia mengucapkan permisi. "Misi dek... udah nih hehe."
Erik pun hanya membalas nya dengan datar. "Iya pak, nggak papa..."
Kemudian, Bapak-bapak ini kembali ke tempat duduk nya.
Dan Erik yang masih saja berdiri didepan pintu toilet yang terbuka lebar. Masih saja tidak bisa percaya dan menjadi penuh kebingungan.
"Tadi itu si Nuel kan?" Tanya Erik pada dirinya sendiri.
|
Holsi yang masih duduk di tempat duduknya, terus terfokuskan ke layar smartphone.
Tidak lama kemudian, datanglah Erik yang langsung duduk dengan suasana hati yang bimbang.
Bahkan, suasana hati Erik yang bimbang dapat di rasakan oleh Holsi. "Bro... ada apa lagi sih?"
Erik terlihat sedang membenarkan baju kemeja nya yang terlihat tidak rapi. "Bro... si Nuel emang mau ke Bandung juga?"
Seketika itu, tatapan Holsi menjadi aneh. "Si Nuel?"
"Iya... tadi pas gue di toilet ada cowok yang nyenggol gue. Terus pas dilihat-lihat lagi, ternyata mirip banget sama Nuel, gue kan tahu persis rambut belakang nya kaya apa." Ungkap Erik yang rasa bimbang nya semakin menjadi.
Dan Holsi, menyenderkan tubuh nya di sandaran empuk. "Hmm... masa ia harus kita kaitkan lagi dengan manusia-manusia Vampir itu."
Erik ujungnya, menjadi kesal. "Ah bro! Udah atuh, jangan bahas mereka lagi. Oke lah, mungkin hanya mirip ajja sama Nuel."
"Nah... tepat banget tuh. Lebih baik kita berfikir positif." Kata Holsi yang kemudian kembali memainkan smartphone nya.
Lalu Erik yang sebenarnya yakin jika lelaki yang menyenggol nya tadi adalah Nuel. Hanya bisa diam, "Gue yakin kalau tadi itu Nuel. Tapi, kok dia bisa ada di kereta jurusan ke Bandung?"
Setelah berkata begitu, Erik taruh smartphone nya di meja. Ia memakai mode 'diam' di smartphone nya. Dengan tujuan, tidak ada bunyi notifikasi masuk yang menganggu.
Lalu, Erik hanya bisa bersandar saat ini. Ia menjadi kepikiran tentang Nuel, teman nya dari sejak kelas 2 Smp.
Dan Erik yang sekarang melihat langit-langit gerbong, hanya bisa menggembungkan pipi nya. "Apa iya Nuel juga ikut ke Bandung?"
Holsi yang sebenarnya dari tadi mendengarkan omongan penuh kekhawatiran dari Erik. Ujungnya, hanya bisa mematikan smartphone nya lalu menaruh nya di meja. "Bro... kalau itu emang Nuel. Pasti dia juga nyapa lhu tadi, kan dia udah tahu persis, bau badan lhu kaya apa."
Dengan kesal, Erik memalingkan tubuhnya dari Holsi. "Sembarangan! Gue tiap pagi pake deodorant."
Bahu Erik, Holsi pegang dengan erat. "Tapi bro... nggak mungkin kalau Nuel ada di kereta ini."
Nada suara Erik, terdengar lesu. "Tapi... gue kan tahu persis aura tubuh dia kaya apa. Jadi, sangat tidak salah kalau tadi itu gue yakin, si Nuel."
Holsi melihat keadaan sekeliling gerbong yang di tumpangi nya. Ia celingukan memperhatikan penumpang lainnya yang terlihat sedang duduk santai. "Gimana kalau kita cek ajja satu per satu penumpang disini..."
Sedikit demi sedikit, Erik menoleh ke Holsi. "Emang nya penumpang disini nggak keberatan ya... kalau kita cek satu per satu wajah nya?"
Ekspresi Holsi, terlihat mengerucut. "Terus? Kalau nggak kaya gitu, kita kan nggak akan pernah tahu tentang si Nuel yang lhu pikir ada di gerbong kereta ini..."
Erik dengan sigap, membalikkan tubuhnya ke hadapan Holsi. "Atau jangan-jangan, Nuel ada di gerbong kereta yang satu nya lagi?"
Spontan, Holsi hanya bisa menepuk jidat. "Bro... kita duduk di gerbong paling terakhir. Jadi, nggak ada lagi gerbong, ngerti?"
"Tapi tadi gue liat, cowok yang mirip si Nuel itu, jalan dari toilet ke ujung gerbong ini..." Kata Erik yang terlihat sedang mengingat-ingat kejadian yang belum lama terjadi.
Lalu, Holsi berdiri dari duduk nya. Dan melihat pintu gerbong. "Masa sih? Kan di belakang pintu itu, nggak ada apa-apa lagi..."
Erik terlihat semakin memastikan, jika apa yang ia lihat. Bukan lah kebetulan semata. "Iya Holsi... tadi lelaki yang mirip temen kita itu, berjalan ke pintu gerbong."
Kedua alis nya, Holsi angkat. "Tapi udah itu lhu nggak liat lelaki yang mirip Nuel itu?"
Kemudian, Erik pukul pahanya. "Ya itu dia... gue nggak tahu dia itu pergi kemana."
Holsi kembali duduk. "Ya nggak mungkin juga pergi. Kan gue tadi bilang, kalau kita itu berada di gerbong kereta paling akhir..."
Ujungnya, Erik hanya bisa menundukkan kepalanya.
Lalu Holsi, kembali berkata. "Dan diluar gerbong ini... Kiri dan kanan adalah hutan yang serem banget. Jauh dari kota, jauh dari pemukiman warga dan jauh dari kerumunan manusia. Apa kah kita harus berpikir kalau lelaki yang mirip Nuel itu keluar dari gerbong ini kemudian bunuh diri? Atau, dia emang ada disini, tapi mungkin hanya mirip."
Rasa emosional Erik, semakin menjadi. "Aah! Tahu ah gue pusing!"
Tetapi Holsi, tetap terjaga ketenangannya. "Ya makanya... nggak mungkin banget kan kalau Nuel ada disini. Ya masa ia dia ada di sini."
"Tapi bro... gue liat sendiri! Kalau dia itu jalan melewati gue!" Seru Erik dengan kesal nya.
Spontan, Holsi membentak Erik dengan kerasnya. "TAPI NYATANYA DIA EMANG NGGAK ADA DISINI!"
hal ini pun, memicu perhatian penuh dari penumpang-penumpang lainnya.
"Santai dikit, bisa kan?" Kata Erik yang sinis pada Holsi.
Lalu, kerah baju Erik. Holsi pegang dengan penuh amarah. "Lhu harus inget ya! Kalau kemarin lusa, si Nuel bilang ke elu di depan gerbang sekolah. Dan gue menyaksikan sendiri, kalau Nuel bilang ke elu. Dia mau pindah kota dari Bogor ketempat yang lebih jauh dari Bogor. Karena ada seorang lelaki yang mengincar nya!"
Spontan, Erik terkejut dengan ucapan Holsi.
Bahkan, Holsi sendiri pun terkejut hebat. Ia lalu lepaskan kerah baju Erik dari genggaman nya. Kemudian, ia terduduk dengan rasa tidak percaya.
Erik hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Thanks bro, gue sekarang inget. Kalau Nuel udah pindah. Tapi, siapa lelaki yang mengincar nya?"
Mulut Holsi masih menganga. Rasa tidak menyangka, tak dapat ia ungkapkan. "Mungkin, orang jahat?"
"Orang jahat dari mana. Nuel kan miskin, nggak kaya raya seperti si Ifo. Kalau si Ifo di incar orang jahat wajar. Tapi kalau Nuel, nggak wajar banget..." Ungkap Erik yang terlihat mendesak.
Tetapi, Holsi hanya bisa diam tak berkutik. Ia lebih memilih menidurkan diri nya di tempat duduk yang empuk ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Jazz ♋
Nah, itu Nuel yang mana, coba?? Apa makhluk jadi-jadian
2022-11-04
2
Nina ♋
Itu makhluk penghuni hutan Hunner
2022-10-17
2
Nina ♋
What, Nuel dalam bahaya
2022-10-17
3