Holsi pun berusaha berdiri sekuat tenaga.
Dan di dalam jiwanya, rasa ingin berlari secepat yang ia bisa, sudah tak bisa di lakukan lagi. Bahkan, berjalan pun akan semakin sakit jika terlalu di percepat. Disinilah Holsi mulai pasrah akan keadaan ini.
Pemandangan dingin lagi menyeramkan hutan Huner ini, Holsi pandang dengan keringat dingin yang mengucur, setetes demi setetes.
"Kalau gue jalan balik ke rumah Agil, rasanya nggak mungkin. Tapi, kalau gue paksain diri buat tetep pulang ke rumah malem ini juga ya, tetep ajja nggak mungkin juga..." Ungkap Holsi pada dirinya sendiri.
Kemudian Holsi pun, dengan kaki pincang yang kesakitan nya itu, berjalan perlahan. Ia tetap melanjutkan perjalanan pulang nya, walaupun harus menaruh resiko besar.
Bahkan Holsi masih saja kepikiran tentang kejadian mimpi yang ia rasakan benar-benar sebuah kenyataan yang pasti. Ia pula jadi teringat tentang Halzet. Holsi pun mulai berspekulasi jika Halzet, si remaja bule Eropa itu, tidaklah beres. Pasti ada sesuatu didalam dirinya.
Tetapi Holsi tetap mengedepankan pemikiran positif, agar ia bisa selamat dari pemikiran nya yang selalu mengarah ke penampakan setan, setan, & Dajjal.
Holsi menghentikan langkahnya itu. "Kok gue jadi kepikiran legenda Dajjal itu sih?"
Setelah berkata begitu, Holsi melanjutkan perjalanan nya menuju keluar hutan Huner ini.
|
2 jam sudah Holsi berjalan secara perlahan dan penuh hati-hati.
Ia lalu diam sejenak ditengah keheningan hutan Huner ini. "Hmm... jujur sih selama gue jalan nggak ada apa-apa nih."
Namun tidak lama kemudian, ia mendengar seseorang yang sedang batuk.
Spontan, Holsi pun terkejut. "Astaga! Siapa itu?"
Suara batukan itu seketika hilang.
Hal ini membuat Holsi celingukan ketakutan. "Please, setan atau pun bukan. Keluarlah! Gue nggak suka sembunyi-sembunyi kaya gini."
Tidak lama dari itu, terdengarlah suara langkah kaki dari arah yang tidak diketahui.
Holsi seketika itu, semakin penuh kekhawatiran.
"Hah? Siapa sih? Kok ada suara langkah kaki? Siapa sih? Astaga..." Tutur Holsi yang begitu ketakutan.
Suara langkah kaki itu pun semakin terdengar jelas dan semakin mendekat ke arah Holsi.
"Ya ampun, siapapun itu please kasihanilah gue..." Kata Holsi yang begitu pasrah akan keadaan.
Rasa ingin lari sekencang-kencangnya ada dalam diri Holsi. Namun ia sadar, kaki pincang nya justru akan semakin fatal jika ia memaksakan untuk lari, hingga pada akhirnya ia lebih baik pasrah.
Ketika suara langkah kaki itu semakin dekat dengan Holsi, Holsi ujungnya hanya bisa memejamkan kedua matanya. "Pokoknya gue nggak mau liat lho siapa, bodo amat deh kalau lho berdiri depan gue."
Setelah Holsi memejamkan kedua matanya cukup lama, suara langkah kaki itu pun hilang & suasana pun kembali hening.
Holsi pun mulai merasa jika seseorang yang melangkahkan kakinya begitu menyeramkan, sudah tidak ada.
Namun, baru saja ia akan membuka kedua matanya itu. Sebuah tiupan dari seseorang ke wajahnya Holsi, membuat Holsi seketika membeku.
"Oh my God, pasti ini setan nya! Pasti dia udah berdiri depan gue dengan wajah nya yang sok Sokan serem ini! Aaah, aku pasrah..." Kata Holsi dengan pelan.
Tetapi, seruan dari seseorang laki-laki ini, membuat Holsi tenang.
"Hei, tenang saja..." Seru nya kepada Holsi.
Holsi lalu membuka kedua matanya. Ia seketika itu terkejut, ketika melihat seseorang lelaki muda bule Eropa tampan ada dihadapannya.
"Oh my God, lho Rimo kan? Kok... lho jadi seputih ini? Abis Operasi plastik lho di Thailand?" Kata Holsi yang terkejut.
Memang benar, lelaki yang kini sudah menjadi bule Eropa tampan adalah Rimo, Rimo yang dikatakan hilang itu.
Namun anehnya, Rimo berkelakuan baik. "Iya, tapi aku tidak Operasi plastik. Aku kini menjadi diri ku yang sebenarnya."
Holsi yang masih belum bisa percaya sepenuhnya, menunjuk wajah Rimo. "Apa jangan-jangan karena lho udah terjebak lama dihutan ini, membuat lho sebule ini? Hmm, oke juga nih hutan. Pas deh buat rubah diri jadi makin ganteng dan makin bule."
Tetapi Rimo menggelengkan kepalanya. "Bukan, bukan karena hutan ini."
"Terus karena apa?" Kata Holsi dengan nada tegas.
Rimo lalu mendekatkan wajahnya ke telinga kanan Holsi. "Karena penghuni hutan ini..."
Seketika itu, Holsi berusaha menjauh dari Rimo. Kedua mata Holsi begitu melotot kaget. "Lho bau darah!"
Kemudian, Rimo pun mengeluarkan gaya khas nya. "Iya... hahaha. Darah, darah, darah, aku suka itu."
Holsi lalu memperhatikan Rimo dari kaki sampai kepala. Ia benar-benar merasa yakin jika Rimo bukan lah Rimo yang asli.
*Gimana ini? Gue yakin dia bukan manusia pada umumnya, ini pasti manusia jadi-jadian. Gue harus gimana?* Kata Holsi didalam hatinya.
Tiba-tiba, Rimo pun terdiam dengan anehnya.
Melihat Rimo yang terdiam begitu saja, membuat Holsi tak bisa berkata-kata lagi. Ia disini pula, memutuskan untuk pergi dan melanjutkan perjalanan nya. "Oke Rimo, makasih buat waktunya. Gue harus segera cabut..."
Setelah berkata demikian, Holsi dengan penuh tergesa-gesa meninggalkan sekitaran tempat ini yang mulai tidak beres, sejak kedatangan si aneh Rimo.
Sembari berjalan-jalan dengan penuh tergesa-gesa, Holsi terus mengucur kan keringat dinginnya.
Namun tidak lama kemudian, Rimo menangis sedih. Rimo pun berjalan menghampiri Holsi yang semakin jauh darinya, sembari menangis.
"Holsi, Holsi, Holsi, hiks. Tolong aku..." Tutur Rimo yang begitu sedihnya.
Holsi tetap melangkahkan kakinya sekuat tenaga. "Aku nggak ada waktu, aku harus segera keluar dari hutan ini."
Namun Rimo seperti membuat makar dan drama yang aneh. Ia terus mengeluarkan air mata kesedihan nya. "Tolong Holsi, tolong... hiks."
Holsi adalah tipe lelaki remaja yang penolong lagi mudah kebawa perasaan. Namun, ia disini sedang berusaha mengeraskan hatinya untuk tidak seperti itu dulu. Karena ia merasa, jika Rimo bukan lah Rimo yang asli.
Dan untuk ketiga kalinya, Rimo terus menyusul langkah kaki Holsi, sembari mengeluarkan wajah penuh memelas. "Aaah Holsi, kau lah satu-satunya orang yang bisa menolong ku..."
Pada akhirnya, Holsi menghentikan langkah kakinya. "Iya, tolong apa?"
Dengan wajah yang penuh kebahagiaan, Rimo memegang kedua tangan Holsi. "Makasih banyak Holsi, kamu remaja yang baik hati."
Ketika kedua tangannya di pegang erat oleh Rimo, Holsi seketika terkejut.
*Kok dingin banget sih tangan dia.* Kata Holsi didalam hatinya.
Tanpa perkataan lagi, Rimo langsung menunjukkan sebuah bunga merah yang mirip sekali dengan bunga mawar.
"Ini dia..." Jelas Rimo yang sembari menyodorkan bunga merah nya itu.
Holsi lalu mengambil bunga merah itu dari genggaman Rimo. "Bunga mawar?"
Dengan wajah yang begitu penuh lemah lembut, Rimo mengangguk. "Iya, bunga merah indah. Bawalah..."
Sepucuk bunga merah yang mirip sekali dengan bunga mawar, Holsi perhatikan dengan penuh keseriusan. "Hmm... jadi, apa yang harus aku lakukan?"
Senyuman manis nya, Rimo keluarkan. "Aku minta tolong pada mu, untuk membawa bunga ini sampai rumah. Tapi, jika kau di perjalanan merasa lapar. Makanlah bunga ini, itu saja sih."
Holsi masih saja kebingungan. "Oh gitu ya? Tapi aku nggak suka bunga mawar..."
Dengan sigap, Rimo berkata. "Kalau begitu, bawa saja..."
Ujungnya, Holsi hanya bisa mengangguk. Walaupun ia belum sepenuhnya mengerti kenapa ia harus membawa bunga yang Holsi kira bunga mawar.
Setelah diam sejenak memperhatikan bunga merah ini, Holsi lalu berpamitan pergi dari Rimo.
Rimo pun tersenyum manis & terus memperhatikan Holsi yang semakin jauh di mata.
Tetapi, ketika Holsi sudah benar-benar jauh dari nya. Rimo pada akhirnya, mengeluarkan senyuman jahat yang sangat jahat.
"Matilah kau, manis!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Jazz ♋
15
bahaya
itu bunga iblis kan
2022-12-05
0
Jazz ♋
HaHHHH ternyata Rimo 🤔🤔 mengapa justru tiba-tiba dia yang nongol coba
kan aneh
2022-12-05
0
Qirana
Thor, tuntaskan
2022-10-31
3