Holsi pulang lebih awal di malam yang sudah larut ini dari rumah Agil.
Dirinya sebenarnya terpaksa untuk memutuskan pulang, bukannya menginap di rumah Agil. Hanya karena, ia sakit hati pada Erik. Yang tak berpikir panjang dan sukanya mengambil keputusan yang tiada pasti.
Pakaian Holsi malam ini, mampu menghangatkan tubuhnya. Ia memakai jaket Hoodie hitam polos, celana jeans yang sedikit robek dan sepatu Vans favorit nya. Kemudian Holsi berjalan di keheningan malam desa di Utara hutan Huner.
Benar kata Agil ketika di kamar, bahwa desa ini ketika sudah larut malam. Akan sepi sekali bahkan seakan-akan desa ini adalah desa mati, karena saking sepi dan mengerikannya.
Namun, rasa kekesalan yang luar biasa dari dalam diri Holsi, mampu mengalahkan rasa ketakutan yang luar bisa untuk berjalan pulang sendirian dari rumah Agil.
Ditengah perjalanan, Holsi menghentikan langkah kaki nya. Ia tersadar, jika dirinya harus memesan ojek online.
Dari suasana yang begitu dingin dan angin berhembus ke leher nya, Holsi buka smartphone nya itu. Namun, kekesalan nya semakin bertambah, ketika dirinya baru sadar. Jika baterai smartphone nya tersisa 1%.
Dan dalam hitungan detik, smartphone nya mati total.
"Aah sialan! omong kosong! Nggak ada guna! Gue baru ngeh kalau hp gue harus di cas!" Kata Holsi yang kini penuh dengan amarah.
Ia lalu terdiam, kemudian celingukan memperhatikan suasana malam hari, disekelilingnya.
Holsi menoleh ke kiri, rumah Agil sudah tidak terlihat lagi. Dan akhirnya ia sadar, jika dirinya sudah berjalan belasan menit lamanya. Hingga pada akhirnya, Holsi memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan pulangnya, dengan jalan kaki. Sendirian, di keheningan malam suasana pedesaan.
Lama-kelamaan Holsi berjalan, rasa takutnya kini semakin membesar. Dan rasa amarah yang sempat menguasai tubuhnya, kini ciut dan mulai menghilang.
Lama-kelamaan pula, hati Holsi mulai merasa takut. Ia berjalan semakin pelan dan pandangan nya semakin menunduk ke bawah, ia lalu memakai hoodie nya itu untuk menutupi sebagian kepalanya.
Karena lama-kelamaan, suasana hati nya semakin penuh ketakutan. Holsi seakan-akan, ingin sekali berteriak.
"Aduh... gue takut banget. Please seseorang, semoga ada yang lewat." Ungkap Holsi pada dirinya, yang semakin menciut.
Ucapan Agil yang pernah dilayangkan ke Holsi ketika masih berada dikamar Agil yang hangat dan tentram, terus terngiang di kepalanya. Semakin lama, ia mulai membenarkan ucapan Agil, yang menyuruhnya harus menginap, dibanding harus memaksakan diri untuk pulang ditengah suasana yang sedang ngeri-ngeri nya.
Lalu, langkah kakinya, Holsi hentikan. Ia menoleh jauh ke kirinya.
"Sial! Perumahan warga udah nggak terlihat lagi..." Seru Holsi yang hatinya semakin khawatir. Apalagi ia mulai ingat, dengan wajah-wajah pucat nan mengerikan, manusia-manusia bule yang pernah beberapa kali meneror dirinya dan Erik.
Kemudian, Holsi kembali melanjutkan perjalanan pulangnya. "Hmm... berapa jam ya gue sampe kota Bogor?"
Langkah kakinya, Holsi percepat. Ia bahkan tak dapat menerka, berapa lama ia harus berjalan seperti ini sampai keluar dari tempat yang baginya kini adalah, antah berantah dunia setan. Dan sepanjang jalan pula, Holsi terus berharap jika dirinya menemukan orang yang lewat.
Makin kesini, Holsi semakin dipercepat langkah kakinya. Hingga ia akhirnya berlari penuh ketakutan sembari berteriak kencang. Dan ketika ia berlari-lari penuh ketakutan, bulu kuduk nya semakin berdiri.
Holsi terus berlari dengan teriakan yang sangat kencang, karena saking takutnya dengan suasana di tempat yang baginya antah berantah dunia setan.
Sampai pada akhirnya, Holsi tersandung bebatuan yang cukup besar.
BRAAK...!
Wajah nya menyentuh jalanan aspal kecil, batu besar yang ia sandung telah berhasil membuat celana jeans nya sedikit robek, dan lutut nya pun terluka parah dengan darah yang mengucur sedikit.
Holsi menjadi kesakitan, ia pegang-pegang lututnya itu yang seakan-akan membengkak dan memar. Ia pun menangis sedih, karena kejadian ini. Apalagi dibarengi rasa takut yang teramat sangat terhadap malam yang menyebalkan ini.
"Aww... sakit, sakit, sakit, hiks. Dasar batu sialan! Minggir dikit kek, gue itu mau lewat." Kata Holsi yang terus mengusap-usap lututnya yang memar.
Air mata nya terus menetes ke jalanan aspal. Ia sedih, frustasi, dan merasa putus harapan.
Holsi yang masih terduduk kesakitan, membuka kembali smartphone nya. Ia terus memaksa smartphone nya itu untuk nyala kembali. Namun sayang sekali, smartphone nya itu benar-benar mati.
Ujungnya, Holsi banting itu smartphone ke jalanan.
"Sialan! Nggak usah jadi hp kalau lho bisanya cuman abis batere!" Kata Holsi yang semakin frustasi dan tidak karuan.
Tangan nya kembali mengusap-usap lutut nya yang terus mengeluarkan darah. Air mata nya semakin deras menetes. "Please, seseorang... datanglah. Tuhan, tolonglah."
Ditempat yang kini Holsi berada, begitu sepi, sangat sepi sekali. Tidak ada suara jangkrik, tidak ada suara katak, atau suara angin sepoi-sepoi, tak ada suara apapun, benar-benar tempat yang antah berantah dunia setan.
Dan ujungnya, emosional Holsi mulai tidak terkendali. "Kenapa sih... kenapa! Kenapa! Kenapa si Erik harus berlagak kaya gitu? Akibatnya, gue jadi bernasib sial kaya gini!"
Amarah Holsi ditimbulkan karena rasa depresi tiba-tiba, yang melandanya. Apalagi dengan suasana larut malam yang begitu mengerikan, seakan-akan semuanya tak ada yang hidup.
Holsi yang duduk menghadap arah Utara itu, mencoba memperhatikan sekeliling nya. Harap-harap, tak ada sesuatu yang aneh sedang memperhatikan nya.
Perasaan nya saat ini pula, antara ingin kembali ke rumah Agil, atau berlari secepat yang ia bisa, dari tempat yang bagi Holsi antah berantah dunia setan. Namun itu semua untuk sekarang, seperti mustahil. Karena kakinya, pincang.
Dan di keheningan tempat ini, Holsi menangis sejadi-jadinya. Ia bingung, dan ia tidak tahu harus apa lagi. Apalagi ketika Holsi berfikir, jika pagi itu masih sekitar 10 jam lagi.
"Sialan! Semuanya sialan! Tinggal gue kaya gini, nggak ada satupun teman yang peduli..." Kata Holsi yang semakin tidak karuan.
Namun ia mulai menyadari, jika tangisan nya itu tak ada guna. Justru, jika dirinya berlarut-larut disini, itu bisa akan membahayakan dirinya. Karena hari pasti akan semakin malam, dan suasana pun akan lebih mencekam lagi, dibanding detik ini.
Kemudian, dengan tertatih. Holsi berdiri, ia terus merasakan memar yang teramat sakit di lutut sebelah kirinya. Namun, ia terus berusaha untuk berdiri dan berjalan.
Hingga pada akhirnya, Holsi memandang arah selatan. Dan ia seketika itu terkejut, ketika melihat banyak sekali pepohonan tak jauh didepan nya, dan pepohonan itu begitu tak asing di matanya.
Spontan, Holsi yang mengeluarkan keringat dingin, berkata. "Ini adalah hutan Huner... celaka ini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
RINDU ⭕
Sekarang mau apa coba, hutan sudah ada di depan mata
2022-12-03
0
RINDU ⭕
tuh kan, jadi celaka
2022-12-03
0
RINDU ⭕
Itu teramat jsuh Holsiiiiii
2022-12-03
0