Sesampainya di kamar, Holsi terduduk lesu di pintu. Dan wajahnya menengadah ke langit-langit kamar.
Nafas nya ia hembuskan dengan berat.
"Apa benar lelaki yang tadi kulihat... adalah Rimo?" Tanya Holsi pada dirinya sendiri.
Kemudian, jendela yang berada jauh didepan nya. Ia lihat dengan penuh, bahkan hutan Huner yang terlihat jauh di luar jendela kamar Holsi. Terlihat semakin lama semakin menyeramkan.
Lalu sedikit demi sedikit, Holsi menjelikan pandangannya ke hutan Huner. Ia merasa ada yang aneh dengan hutan itu.
Holsi lalu berkata. "Ada apa dengan hutan itu? Kenapa makin lama hutan Huner semakin aneh di lihat..."
Spontan, Holsi teringat dengan kejadian di perumahan tadi, yang ia anggap mimpi. "Astaga... dan manusia-manusia vampir itu?"
Holsi berdiri dari duduk nya, kemudian ia berjalan mendekati jendela yang tertutup. Lalu, ia lihat kembali hutan Huner dari balik jendela kamar nya.
"Tadi itu... pasti mimpi. Tapi, jika itu mimpi. Bagaimana awalnya aku dan Erik bisa tertidur pulas di pinggir jalan?" Ungkap Holsi, yang terus-menerus mengetuk dagunya.
Tiba-tiba, smartphone Holsi berbunyi keras. Tanda ada seseorang yang menelfon nya.
Seketika itu, Smartphone yang Holsi taruh di saku celana. Di rogoh kemudian di angkat.
*Ia Rik... ?* Ungkap Holsi, yang sudah tahu siapa penelepon itu.
Dari telfon itu, nafas Erik terlihat tak beraturan. *Bro... lhu sadar nggak sih kalau tadi itu cuman mimpi?*
Holsi membalas nya dengan ternganga. *E... sadar.*
Tiba-tiba, Erik meneriaki Holsi dari telefon. *ITU KENYATAAN!*
seketika itu juga, karena saking terkejutnya. Smartphone yang Holsi pegang, jatuh ke lantai. Wajah Holsi menjadi pucat, dan hatinya menjadi penuh kebimbangan.
Bahkan, Erik masih saja meneriaki Holsi dari telfon. Walaupun, Smartphone Holsi sudah tergeletak di lantai.
*DADA GUE PENUH CAKARAN ANEH! SEKALI LAGI HOLSI... ITU KENYATAAN!* Kata Erik yang seperti berkeringat dingin ketika berbicara dengan kerasnya.
Setelah telfon di tutup oleh Erik. Holsi, melihat kembali hutan Huner dari arah jendela kamar. Ia mulai berfikir sesuatu. "Apa benar... Vampir di hutan Huner benar adanya?"
Hati Holsi, berusaha ditenangkan oleh dirinya sendiri. Ia lalu berjalan ke arah kasurnya.
"Tapi manusia-manusia itu tak sama sekali ada hubungan dengan Halzet, Tommy dan Eli..." Pikir Holsi yang kemudian duduk di kasur nya.
Holsi lalu membaringkan dirinya di kasur. "Dan mungkin... ini ada hubungannya dengan Rimo yang hilang itu."
Kemudian, pandangan Holsi di tenggakan ke atap kamar nya. "Jika kejadian tadi adalah kenyataan, bukan mimpi. Maka artinya, si Rimo yang hilang itu telah berubah menjadi vampir..."
Tiba-tiba, hati Holsi terasa menggebu-gebuk. Ia kemudian berteriak keras layaknya manusia yang akan berubah menjadi binatang menyeramkan.
"Aah!" Teriak Holsi yang begitu kencangnya.
|
Teriakan Holsi terdengar sampai ruang keluarga. Kakak perempuan nya disaat yang bersamaan sedang duduk di ruang keluarga. Ia sedang memakai headphone, bahkan suara musiknya pun begitu keras di telinga.
Namun tiba-tiba, hatinya dikejutkan oleh sesuatu yang mengeram. Tetapi, terdengar jauh sekali.
Kakak nya Holsi ini, langsung melepaskan headphone nya. Kemudian ia celingukan kebingungan, dan dirinya berusaha memastikan jika geraman aneh itu hanyalah perasaan nya.
Lalu, setelah semuanya terasa lebih tenang. Kakak nya Holsi ini, kembali memakai headphone nya.
|
Satu Minggu kemudian, semuanya seperti tidak ada hal-hal aneh lagi yang di alami oleh Holsi dan Erik.
Mereka akhirnya bisa beraktivitas seperti beberapa bulan yang lalu. Dan kejadian yang pernah mereka alami ketika hari Senin di satu Minggu yang lalu, dirahasiakan oleh mereka berdua.
Bahkan, Eli pun yang waktu itu terlihat mencurigakan. Mulai terlihat sifat nya yang dulu seperti ketika Halzet belum datang ke sekolah ini.
Dan, didalam kelas ini. Erik kini duduk berbarengan bersama Holsi untuk pertama kalinya. Dan Ifo, duduk bersama teman sebangku nya Erik.
Holsi terlihat memainkan smartphone nya. Lalu, Erik mencolek tangan Holsi. "Bro... sampai kapan kita bakal ngerahasiain kejadian waktu itu?"
Dengan kesal, Holsi berucap. "Huss! Jangan bahas itu lagi! Gue nggak mau sampai orang-orang denger tentang manusia-manusia vampir itu!"
Tetapi Erik, terlihat mendesak Holsi. "Tapi bro! Bagaimana jadinya jika si Rimo itu telah menjadi seorang Vampir?"
Holsi taruh smartphone nya di meja, ia berusaha menahan amarah besar nya. "Selama Rimo yang telah menjadi vampir itu tidak membahayakan warga sekitar. Kita tetap diam dan tetap menjaga rahasia ini!"
Erik seketika itu, membuang muka dari Holsi. Hatinya cukup kesal, namun ia juga meresapi ucapan sahabat nya itu. Yang jika di pikir-pikir, ada benar nya juga.
|
Bahkan sampai berhari-hari kemudian. Tak ada lagi kejadian-kejadian aneh di hutan Huner maupun di dalam diri Holsi dan Erik. Hal ini, membuat Holsi dan Erik menjadi semakin tenang serta aman.
Hari kamis adalah tanggal merah, libur nasional berlaku di hari ini. Bahkan, hari ini pun Holsi dan Erik, sudah berencana dari jauh-jauh hari akan pergi bermain ke Bandung.
Pada pukul 6 pagi ini, Holsi dan Erik dengan santainya berjalan di area stasiun kereta Batu Tulis Bogor.
Satu koper besar di tarik oleh Erik. Dan wajah mereka berdua terlihat penuh kebahagiaan.
"Bro... hari Sabtu kan masuk sekolah, lhu mau sekolah?" Tanya Holsi.
Erik menarik nafas kelegaan. "Ehm... gue kayanya bakal izin ajja."
Seketika itu, Holsi tertawa lepas. "Hahaha... izin? Oke, gue juga ikutan izin nya haha."
Kemudian, Erik senggol tangan Holsi. "Bilang ajja kita itu masih di Bandung, jadi kita nggak akan kena pertanyaan pas hari $senin nya dari ketua kelas..."
Holsi menyambut seruan Erik yang begitu tepat. "Bagus itu bagus..."
Kereta yang akan di tumpangi oleh mereka berdua, sudah semakin dekat. Kemudian, langkah kaki mereka berdua semakin di percepat.
|
Di dalam kereta, Erik dan Holsi duduk berdampingan. Ketenangan dalam mereka berdua rasakan, apalagi setelah kereta melaju di rel begitu cepatnya.
"Hahaha... enak juga ya kalau main ke bandung." Kata Erik sembari merenggangkan kedua tangannya.
Holsi memandang langit-langit gerbong kereta ini. "Ehm... nanti kita mau ngapain ajja kalau udah nyampe di Bandung?"
Ujungnya, Erik hanya bisa menghembuskan nafas kekesalan nya. "Haah... kan gue udah bilang. Atur jadwal main nya, Holsi!"
"Tapi perasaan elu nggak bilang kaya gitu deh ke gue?" Tanya Holsi dengan bingungnya.
Sambil berdiri, Erik menyeru. "Gue pas awal September kan bilang, Bambang Yudhoyono! Ya walaupun, cuman sekali sih. Udah itu, nggak terlalu menyahuti lagi ke lhu nya..."
Seketika itu, Holsi menatap Erik dengan tajam. "Tuh kan!"
Tetapi Erik langsung pergi dari tempat duduk ini. Ia pergi ke arah toilet.
Dan ujungnya, Holsi yang belum puas memarahi. Hanya bisa diam kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Nina ♋
Semua berubah tanpa sadar
2022-10-17
0
RINDU ⭕
Makin seruuuuu
2022-10-17
2
RINDU ⭕
Ada apa dengan Rimo, mengapa dia mencurigakan 🤔🤔
2022-10-17
2