Halaman 14

Hutan huner benar-benar telah dimasuki Holsi.

Jantungnya semakin berdetak kencang, keringat dinginnya semakin timbul begitu banyak, & tubuh yang di selimuti jaket Hoodie hangat, mulai merasa kepanasan. Kemudian bulu kuduk Holsi semakin tegak berdiri.

Tiba-tiba, Holsi pun berteriak kencang penuh ketakutan. Ia kemudian lari sekencang-kencangnya, ia khawatir ada setan atau hal jahat apapun itu yang sedang mengincar nya.

Ketika ia berlari-lari, darah dari lututnya itu mengucur deras satu tetes demi satu tetes ke jalanan aspal tua.

Sebenarnya kaki Holsi yang terluka itu sedang pincang. Namun entah kenapa karena rasa takut yang teramat sangat itu, rasa sakit dan pincang itu seketika tak dapat ia rasakan. Yang ia rasakan saat ini adalah, ketakutan yang tak pernah ia alami seumur hidupnya.

Holsi berlari dan terus berlari memasuki hutan Huner ini. Ia tidak kepikiran untuk kembali saja ke rumah Agil. Yang ia pikirkan saat ini adalah, lari sekencang-kencangnya sampai ia keluar dari hutan ini dan sampai ia benar-benar sampai ke rumah nya.

Namun tiba-tiba, ditengah larinya yang begitu kencang. Ia tersandung oleh tali sepatunya sendiri, sehingga membuat Holsi terjatuh begitu kerasnya ke aspal.

Brak! Brak! Brak!

Holsi pun tidak sadarkan diri.

Kemudian, tidak lama dari itu. Sebuah sinar matahari pagi, menyinari wajah lelah nya yang sudah berlari kencang.

Suara kicauan burung-burung indah, memenuhi telinganya di hari yang telah pagi ini.

Holsi pada akhirnya sadarkan diri, ia membuka kedua matanya lalu celingukan.

"Haah? Hari udah pagi nih?" Katanya dengan penuh kebingungan.

Untuk memastikan jika hari memang sudah benar-benar pagi, Holsi duduk secara perlahan-lahan. Ia juga membenarkan jaket, celana, dan sepatunya yang cukup berdebu.

Setelah hal itu, Holsi kembali melihat ke sekelilingnya yang masih berada di hutan Huner.

"Benarlah... hari sudah pagi. Hahaha," Ungkap Holsi yang penuh kebahagiaan.

Kemudian Holsi berdiri dari duduknya, ia melihat ke sekelilingnya kembali.

"Hmm, indahnya hutan Huner di pagi hari. Kalau begini sih, gue jadi tenang sepenuhnya." Kata Holsi dengan hati yang lapang.

Lalu, Holsi berjalan dengan santai nya. Ia kini tak perlu lagi berlelah-lelah berlari karena gelapnya malam di hutan Huner, ia pun mulai kembali merasa bahwa Erik dan Agil benar-benar tak harus di butukan lagi. Toh, ini kan sudah pagi, ini kan sudah benar-benar pagi. Kenapa harus memikirkan dua sahabat nya yang menyebalkan itu. Itulah yang dipikirkan Holsi saat ini.

Holsi berjalan dengan santai nya. Ia sepanjang perjalanan pun, mendengarkan kicauan burung-burung indah. Wajahnya bahagia, dan ia terus berjalan dengan rasa tenang luar biasa.

Keanehan pun mulai terjadi disini, Holsi mulai merasa aneh dengan kicauan burung-burung indah ini. Kicaun nya begitu kencang ke setiap sudut hutan ini. Namun, tak terlihat satupun burung di hutan Huner ini, bahkan yang terbang seliweran saja tidak ada sama sekali. Tetapi kicaun itu tetap lah terdengar jelas.

Kemudian Holsi pun menghentikan langkahnya. "Dimana burung-burung itu bersembunyi? Pasti burung nya banyak banget. Hmm... aneh sih kalau di lihat-lihat. Suara burungnya ada, tapi burung nya nggak ada."

Namun Holsi berusaha berfikir positif. Ia kembali berjalan dengan tenangnya.

Holsi terus berjalan, sembari ia melihat ke sekelilingnya.

Keanehan kedua pun mulai terlihat disini. Bagaimana jadinya, pagi ini, di kedua mata Holsi. Hutan Huner ini begitu indah dipandang.

Holsi pun kembali menghentikan langkahnya itu. "Kok gue baru sadar ya. Kemarin kan gue sama mantan sahabat gue itu! Lewat sini siang-siang, tapi gue nggak liat tuh. Betapa indahnya hutan Huner, malah keliatan nya serem banget, walaupun udah siang. Tapi kok pagi ini, lain ya..."

Ia berfikir sejenak, Holsi berusaha mencerna pemikiran nya yang mulai sedikit demi sedikit merasakan keanehan, bahkan dua keanehan sekaligus.

Tidak lama kemudian, Holsi kembali melanjutkan perjalanan nya dengan sesuatu hal yang akhirnya membuat ia kepikiran di sepanjang jalan nya.

Holsi berjalan dengan ekspresi datar, ia tak lagi ceria. Karena dua keanehan yang telah ia alami sebelumnya.

Tidak lama setelah itu, Holsi sadar tentang luka di lutut yang ia alami tadi malam.

Dengan sigap, Holsi memegang-megang lutut nya itu. Namun anehnya, tak ada sedikitpun lecet di lututnya itu. Bahkan, memar dan rasa sakit itu seketika hilang.

Holsi yang melihat keanehan terhadap lututnya itu, menjadi semakin bingung. "Kok bisa sih? Padahal tadi malem gue itu jatuh terus luka nya parah. Tapi kok, tiba-tiba pagi ini gue sehat-sehat ajja ya?"

Tetapi disini, Holsi tetap berusaha menyangkal nya. "Mungkin, emang lukanya udah sembuh. Tapi, kok bisa nggak ada bekas gitu ya?"

Tidak lama setelah ia berfikir sejenak. Holsi kembali melanjutkan perjalanannya itu menuju rumah nya yang sebenarnya masihlah jauh sekali.

Tapi tetap saja, kejanggalan aneh yang ia rasakan ini. Tetap kepikiran didalam kepalanya itu.

Dan pada akhirnya, Holsi kembali menghentikan langkahnya itu. Karena ia baru saja menyadari, jikalau suara kicauan burung-burung itu telah hilang secara misterius.

Holsi pun celingukan kebingungan. "Lah, baru ajja tadi rame kaya pasar tuh suara burung-burung. Kenapa tiba-tiba pada ilang?"

Kemudian batu kecil yang ada didepannya, di tendang dengan begitu saja. "Pasti ada yang aneh ini..."

Tidak lama dari itu pula, suara dering dari smartphone nya berbunyi keras.

Holsi kemudian langsung merogoh kocek nya itu. "Hmm, paling si Erik nih yang mau telfon gue!"

Belum saja ia lihat siapa penelepon itu, suara seruan tak jauh dibelakang Holsi. Membuat ia menoleh.

"Holsi..." Seru seseorang pria yang ia kenal suaranya, tak jauh dibelakang Holsi.

Holsi yang sudah memegang smartphone nya itu, menoleh ke belakang. "What? Halzet kan itu?"

Memang benar, yang memanggil namanya itu. Benar-benar Halzet, siswa baru bule Eropa di sekolah tempat Holsi bersekolah.

"Kok lho bisa ada disini?" Teriak Holsi dari jauh kepada Halzet.

"Bangun..." Teriak balik Halzet dari jauh pula.

"Apa?" Seru Holsi yang kurang jelas mendengar teriakan Halzet.

"Bangun!" Halzet kembali berteriak dengan penuh keanehan.

Namun Holsi anehnya, tak dapat mendengar suara Halzet yang begitu kerasnya.

Karena kesal, Holsi memalingkan wajahnya dari Halzet. Ia kemudian mengangkat telfon dari seseorang yang belum ia ketahui.

Namun keanehan selanjutnya kembali terjadi disini.

Baru saja Holsi menempelkan smartphone nya ke telinga nya itu, ia seketika itu tersadarkan sesuatu yang mengejutkan jantungnya.

"Tunggu, bukannya hp gue mati ya? Bukannya hp gue udah gue banting ke jalanan aspal sampe rusak total? Kok bisa bagus lagi? Kok bisa ada di saku celana gue?" Ungkap Holsi yang benar-benar merasa kebingungan dengan semua kejadian ini.

Lalu, Holsi kembali menoleh ke arah Halzet yang berdiri jauh darinya.

Namun, baru saja menoleh. Sebuah terkaman serigala menerkam Holsi sembari berteriak kencang.

"BANGUN!"

Seketika itu, Holsi akhirnya terbangun dari pingsannya selama ini.

Nafas Holsi terengah-engah, ia kemudian celingukan ke sekelilingnya.

Dan iya benar, hari masih lah larut, pagi masihlah jauh.

Keringat dingin kembali mengucur dari kepala Holsi. Holsi yang sedang tergeletak lemah, berkata.

"Benar, hari masih larut, pagi memang masih jauh. Ada apa ini?"

Terpopuler

Comments

Jazz ♋

Jazz ♋

Astaga Holsi....apa yang terjadi🤔🤔🤔 kamu masih selamat??
Apa semua baik-baik saja???

2022-11-14

0

Nina ♋

Nina ♋

What 😱😱😱 Serigala, Holsi, lalu gimana keadaan Holsi

2022-11-11

0

Dania

Dania

Holsi jadi mangsa makhluk penghuni hutan Hunner

2022-10-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!