My Bad Boy
**Baca juga yuk novel karya author yang lainnya, dengan cara klik profil author dan pilih karya author ;
Terpaksa Menikahinya
My Misterius Boy**
...****************...
Lyin takut melangkah menuju papan pengumuman kelulusan masuk SMA favorit di kotanya. Setelah hari yang dia tunggu dengan tidak sabar tiba Lyin malah diam di gerbang menunggu keberanian yang tidak tahu kapan datangnya. Lyin merupakan nama pendek dari Azuma Lyindia gadis pendiam namun cerdas. Tubuh tidak tinggi jika dibanding gadis seusianya kira-kira 150 cm dengan berat badan 45 kg, tidak gemuk dan tidak kurus. Berkulit kuning langsat, rambutnya hitam seperti arang, singkatnya dia termasuk gadis yang manis tapi dengan lesung pipinya membuat dia menjadi gadis yang sangat manis.
Lyin lahir dari keluarga yang tidak kaya alias miskin semenjak ayahnya meninggal. Hari ini adalah hari yang sangat dia tunggu. Dimana masa putih abu-abunya akan segera tiba, masa dimana mimpinya sebagai gadis mungkin akan terwujud. Lyin bermimpi akan meraih prestasi dan juga cinta di SMA favorit itu. Berjumpa dengan kakak kelas yang tampan serta kutu buku seperti dirinya.
Lyin memandang wajah-wajah gembira gadis-gadis cantik di dekatnya sebab lulus masuk SMA favorit tapi di dekatnya juga ada yang beraut wajah sedih mungkin dia tidak lulus atau karena terharu juga Lyin tidak tahu. Lyin bertemu dengan wajah yang tidak asing di gerbang tempat dia berdiri. Teman sekelas dari kelas 1-3 SMP, dia adalah Lian dan Andri.
"kau mendaftar disini juga" seru Lian semangat
"iya. aku hanya mencoba" jawab Lyin pelan
"kau pasti masuk, kitakan dari SMP favorit jadi peluangnya banyak" Kata Andri cepat.
" aku tidak yakin" jawab Lyin lagi dengan wajah menunduk.
" ayo, aku sudah tidak sabar melihat hasilnya" kata lian sambil menarik tangan Lyin
" a..aku nanti saja, kalian..."
Andri menarik tangan Lyin dengan cepat dan menariknya secara paksa. Kaki Lyin sedikit terseret ke depan dengan terpaksa lalu setelahnya dia ikut dengan suka rela akhirnya.
Papan pengumuman sudah di depan mata setelah berhasil berdesak-desakan hampir tidak bernapas. Lyin terus mencari namanya di lembar terakir pengumuman, dia tidak menemukan namanya. Lembar selanjutnya juga nama tidak tertulis. Lanjut ke lembar selanjutnya nihil tidak juga ada namanya. Hatinya sudah mulai berdetak kencang membaca tiga lembar terakhir. A..a..azuma Lyindia sebutnya dalam hati, dengan hati-hati dan penuh harapan. Lembar terakhir telah usai Lyin baca namun namanya tidak tertulis.
Lyin membaca 10 lembar pengumuman sebanyak tiga kali dengan harapan namanya terselip diantara nama-nama yang beruntung itu, namun tidak ada juga. Lyin berbalik dia menyadari bahwa dia tidak diterima di SMA favorit itu tempat dimana Lyin meletakkan cita-cita dan harapannya.
"kau tidak masuk" sebut Andri terkejut
" iya" jawab Lyin pelan hampir tidak terdengar
" nilai rata-ratamu berapa Lyin kenapa gak masuk sih" gerutu andri
" aku 8,7. Sudahlah tidak rezeki" kata Lyin menghibur diri
"aku juga 8,7 tapi aku masuk Lyin. Siapa tahu ada kesalahan"
"kurasa tidak, mungkin kau punya nilai lebih"
" Lyin, bagaimana ini" kata andri risau sendiri
" tidak apa, kalau begitu aku pulang dulu" kata Lyin pamit.
Lyin melangkah meninggalkan andri yang masih menatap punggungnya. Lyin merasa tersakiti dengan semua. Dia berharap masuk SMAN yang dekat dengan rumah agar lanjut sekolah namun kenyataan menuntut lain. Hampir saja dia menangis meratapi dirinya dan ibunya yang sudah menunggu kabar gembir di rumah reyot mereka.
Deg jantung Lyin kaget menyadari ada tangan yang menahannya. Lyin berbalik dan Andri sudah dihadapannya.
" Lyin kurasa kita tidak akan bertemu lagi, mungkin ini pertemuan terakhir kita. Ku pikir kau akan.."
" kamu ingin bilang apa langsung saja aku sedikit buru-buru" jawab Lyin memotong
" aku berencana mengatakannya padamu setelah masuk SMA, kupikir kita akan satu sekolah jadi.."
" aku buru-buru andri" sebut Lyin menahan tangisnya yang tadi hampir pecah
"aku menyukaimu Lyin, sangat menyukaimu dari kelas 1 SMP, aku berniat mengatakannya dari dulu tapi aku tidak berani. Aku tidak berharap dapat jawaban darimu, apalagi diwaktu yang seperti ini. Aku hanya ingin kau tahu"
" terimakasih sudah menyukaiku, selamat tinggal"
Lyin menjauh dari Andri, hatinya meringis mendengar pengakuan andri. Katanya pengakuan seseorang padamu akan sangat membahagiakan, tapi nyatanya begitu pahit untuk Lyin.
***
Jauh di kota lainnya seorang laki-laki remaja yang tingginya hampir 180 cm sedang bergulat di meja biliar dengan laki-laki lainya. Matanya tajam menatap lawannya yang sudah setengah sekarat. Tubuh kekarnya memang membuat seseorang takut padanya. Alisnya yang tebal membuat matanya terlihat sangar dan menakutkan. Dia adalah Ian alias Julian laki-laki yang bertindak dengan tinjunya. Kulitnya berwarna sao matang berhidung mancung.
" bos, dia hampir mati" kata seorang temannya dari belakang
" apa aku menyuruhkan mencari mati" kata ian dengan senyum mengejek
"tapi bos kita bisa masuk penjara"
" aku tidak peduli, dasar bajingan" jawab ian sambil melayangkan tinjunya pada lawannya yang sudah terkapar.
Untung saja kakak laki-laki Ian datang tepat waktu. Kakak laki-lakinya selalu ikut campur di setiap tingkah ian yang sangat keterlaluan. Setelah menangkis serangan ian yang seperti harimau kelaparan. Kakak laki-laki ian meninju wajah ian agar dia sadar.
" apa yang kau lakukan!!" katanya berang
"aku membela diri, dia tidak mau bayar uang taruhan"
" taruhan katamu?" katanya tambah berang
" iya. memang masalah" katanya tidak menunjukkan rasa takut
Ian berjalan menuju lawannya yang terkapar. Menarik kerah bajunya tanpa kasihan.
" kau harus bayar uang taruhannya, kalau kau tidak ingin.." kata ian tidaj menyelesaikan kalimatnya
Ian menaiki sepeda motornya. Wajahnya yang babak belur tidak dirasa sama sekali. Angin kencang yang menampar-nampar lukanya tidak berhasil membuat wajah ian meringis kesakitan. Ian semakin mempercepat laju motornya. Tampak kakak laki-lakinya semakin mendekati motornya. Namun ian semakin mempercepat laju motornya dua kali lipat.
Motor Ian berhenti diperempatan jalan menuju simpang rumahnya. Motor ian kehabisan minyak, membuat dia terpaksa menuruni motornya. Kakak ian berhenti tanpa turun dari motornya. Memandang Ian dengan wajah marah.
"kau pulang, aku tunggu 30 menit dari sekarang" katanya tanpa menunggu jawaban dari ian
Ian menepikan motornya dan berdiri disampingnya. Ian meraih hp dari saku celananya dan menelpon seseorang meminta bantuan. Tentu saja banyak anak buahnya yang akan membantunya.
Setelah menelpon Ian menendang motornya sampai tersungkur di tanah dan menendangnya lagi sebanyak-banyak yang dia sanggup. Hal yang membuat kesalnya hilang hanya tinjuan, hantaman yang membabi buta. Begitulah dia hidup selama ini, semau dan sesuka dirinya, orang yang berlawanan dengan sifatnya akan menderita di tangannya tanpa belas kasihan.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Elea asyafiq
takut amat sama Ian main tinju aja
2021-08-23
1
Salwa Khifdz
sadis kalii
2021-06-24
0
dian pertiwi
up
2021-06-18
0