" Kau tahu namaku" tanya Julian dengan mimik marah.
" Kau juga tahu namaku" jawab bunga enteng
" Aku tahu dari tag di seragam pelayanmu" seru Julian dengan senyum mengejek.
Bunga sedikit malu dan kesal atas jawaban Julian yang memang benar. Bunga masih menatap wajah Julian dengan berani.
" Jadi kau tahu namaku darimana" tanya Julian lagi.
" kau juga punya tag nama di seragam sekolahmu" jawab Bunga enteng.
" dengar, aku tidak suka berurusan dengan gadis sepertimu" seru Julian lalu pergi menjauh.
***
Pagi yang indah, dimana kicauan burung terdengar jelas. Angin dingin berhembus pelan namun menusuk tulang. Bunga-bunga masih ditutupi oleh embun-embun yang indah dipandang mata. Lyin baru saja selesai memakai seragam sekolahnya. Seragam sekolah putih abu-abu yang biasa, dengan dasi berwarna abu-abu. Lyin memasukkan bajunya ke dalam rok yang berukuran selututnya. Sentuhan akhir dari persiapannya adalah menyemprot parfum vanila kesukaannya. Lyin berjalan meninggalkan kamar sewanya. Dia sengaja pergi sendiri sebab dia ingin berangkat lebih awal untuk melihat-lihat sekolahnya.
Lyin duduk dibangku yang berada di bawah pohon besar setelah puas berkeliling sekolah. Waktu menunjukkan pukul 07:00 masih ada waktu 30 menit lagi sebelum bel berbunyi. Lyin menatap ke langit lalu menutup matanya rapat.
" Jadi kamu masuk kelas berapa " tanya Julian yang tiba-tiba muncul.
Lyin membuka matanya cepat begitu mendengar suara Julian. Lyin menoleh ternyata benar Julian ada dihadapannya sekarang.
" Kak..Julian" kata Lyin terkejut
" Kamu di kelas berapa, kamu dengar gak" tanya Julian ketus
" Iya kak, saya kelad 10 IPA 1"
" Sudah sepantasnya orang sepertimu masuk kelas seperti itu" jawab Julian sambil duduk disisi Lyin
" Mak..sud kakak bagaimana "
" Orang sepertimu yang tidak bisa bergaul kecuali dengan buku cocok di kelas yang dipenuhi orang-orang pintar, katanya sih" kata Julian mengejek
" Saya rasa tidak begitu kak"
Julian dan Lyin diam selama beberapa waktu. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Lyin selalu menyalahkan dirinya sebab dia tidak masuk SMA favorit dan sedih atas sikap ibunya. Sedang Julian sedang berpikir mengapa dia penasaran dengan gadis yang ada di sampingnya itu. Julian menatap Lyin dengan penuh tanda tanya lalu mengalihkan pandangannya begitu Lyin menatap ke arahnya. Lyin menatap Julian dengan wajah kesal, kenapa dia harus berjumpa dengan orang seperti itu.
" Aku akan buat kejutan untukmu pagi ini" kata Julian dengan senyum mengejek
" Ke..jutan...kejutan apa kak" kata Lyin ragu
" Pastinya kau akan terkejut begitu tahu" kata Julian asal.
" Kak biarkan aku...tenang belajar disini" seru Lyin
" Kau akan tenang jika ada aku disisimu, seperti yang kukatakan kemarin aku suka"
" Kakak suka aku" kata Lyin terkejut
" Aku suka kamu ketakutan di dekatku, itu saja"
Lyin menghela napas lega. Setidaknya Julian tidak menyukainya. Hal yang paling dia takuti di dunia ini adalah seorang Julian menyukainya. Lyin melihat Julian berjalan meninggalkannya. Hatinya semakin lega ditinggal sendiri.
Julian bertemu dika di depan kelas mereka. Kelas 12 IPA 5. Dika bertepuk tangan begitu melihat Julian ada dihapannya sekarang. Mengitari tubuh Julian layaknya bumi yang mengitari matahari. Dika menaruh telapak tangannya di dahi Julian sampai Julian menepis tangannya kasar.
" Bro mimpi apa aku semalam, kau datang sebelum bel bro" kata dika mengejek
" Aku ada janji dengan Pak Darman pagi ini dan aku juga beruntung hadir pagi ini" jawab Julian cepat sambil tersenyum
" Sejak kapan kamu peduli broku" kata Dika lagi.
" Urus saja urusanmu, sebentar lagi upaca bendera. Kamu pemimpin upacarakan, aku gak ikut upacara aku ngantuk" Jawab Julian malas
" Hukumanmu akan bertambah bro"
" Sejak kapan aku takut hukuman"
" benar juga bro, seumur hidup juga baru hari ini kamu tidak dihukum karena terlambat" Jawab Dika sambil tersenyum mengejek
Bel berbunyi, upacara di mulai dengan Khidmat. Dika pemimpin upacara tanpa celah sedikitpun, di kelasnya Dika cukup bisa diandal. Para murid baru mulai berbincang mengenai ketampanannya. Dika memang laki-laki tampan berkulit putih. Selesai upacara para murid mulai memasuki kelasnya masing-masing.
Julian keluar dari kelasnya. Teman-teman sekelasnya tidak heran lagi dengan tingkah Julian yang sering bolos upacara. Julian menemui Pak Darman di ruang Konseling lalu memulai hukuman yang diberi padanya. Mata Pak Darman tidak pernah lepas dari Julian. Menghitung berapa kali Julian mengitari lapangan, sampai Pak Darman masuk ke ruangannya entah sebab apa.
Julian tetap menjalankan hukumannya dengan baik. Keringatnya mulai membanjiri wajah dan badannya. Rambutnya sudah basah oleh keringat. Murid-murid baru dari kelasnya masing-masing mulai berteriak-teriak kecil sebab pesona sang Julian. Julian memang laki-laki yang sangat manis dan gagah. Tubuhnya yang ideal membuat para gadis suka padanya, cuma tidak berani mendekatinya sebab sifatnya yang menyeramkan.
Banyak pasang mata memperhatikan Julian yang masih saja bertahan di delapan puluh putaran. Banyak juga diantaranya kalah taruhan bahwa Julian akan tumbang di putaran ke lima puluh nyatanya tidak. Beberapa pasang mata berapi-api yakin bahwa Julian akan sanggup sampai ke putaran yang ke seratus. Dika memandangi temannya itu dengan senyum bangga. Bahwa urusan fisik memang Julianlah jagonya.
" Julian, semangat-semangat" kata Dika menyemangati dari jauh.
" Semangat-semangat" kata murid lain mengikuti
Julian melambai-lambaikan tangannya seperti seorang atlit yang diberi dukungan. Suasana mulai sepi satu per satu guru memasuki kelasnya masing-masing, tidak lupa guru memberi peringatan pada Julian agar segera bertaubat sebelum mereka masuk mengajar. Julian hanya menganguk mengiyakan tanpa menjawab. Bagaimana tidak napasnya sekarang sudah hampir berhenti berhembus.
Putaran ke seratus dijalani Julian dengan sangat berat, terkadang dia sudah berjalan lalu berlari-lari kecil. Selesai menjalankan hukumannya Julian tidur di lapangan tanpa peduli apapun, memejamkan matanya dengan senyum tipis yang terukir di wajahnya. Julian merasa ini saat yang tepat meluncurkan aksinya, dengan wajah sumringah Julian bangkit dari tidurnya. Julian masum ke kelas dimana Lyin berada dengan tampilan yang sangat mengerikan menurut Lyin. Rambut basah, pakaian olahraganya juga hampir basah semua, dan mukanya sedikit memerah. Julian berdiri di depan meja guru, meletakkan ke dua tangannya di atas meja.
" Kalian harus mendengarkan apa yang akan kukatakan, sebab aku tidak mengulangi setiap kalimatnya. Begitu aku bicara kalian harus simpan di otak jangan sampai hilang" kata Julian tegas
Semua orang mulai gelisah dengan kelakuan Julian tidak terkecuali Lyin. Kali apa yang akan dilakukan oleh Julian, itu yang membanjiri pikiran mereka.
" Azuma Lyindia, tidak satupun dari kalian bisa menyentuhnya, dia milikku daru sekarang dan setiap yang mendengar harus menyampaikan ini pada siapapun yang di temuinya di sekolah ini" kata Julian tegas tanpa rasa malu sambil melihat Lyin.
Mata Lyin hampir keluar, Jantungnya seakan hampir melompat dari tempatnya. Apa yang harus dia lakukan itu yang memenuhi pikirannya.
Bersambung.....
Dukung penulis dengan like, komen dan vote ya. Penulis sangat berharap dukungan kalian. Salam hangat dari penulis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Wwoooowww gentle seorang Julian,cinta pandang pertama kayaknya nih...😅😅😅
2022-09-01
0
istrinya THV 🐻💜
astaga ian aq baper loh walaupun kmu itu kasar tpi oowww so sweet baby 😘😘
2022-04-21
1
Noorhikmah
terkejot aku sm pengumuman Julian😄😄😄
2022-04-11
1