Bunga hendak keluar ruangan setelah dokter memeriksa keadaan Julian yang masih tidak sadarkan diri, tapi suara berderit dari balik tirai membuat Bunga ingin melihat apa yang ada di balik sana.
Kaki Bunga semakin dekat selangkah demi selangkah, tangannya sudah menyentuh tirai penghalang tersebut. Jantung Lyin semakin berdetak cepat.
Srap..
Bunga membuka tirai dengan cepat, wajah Lyin terpampang jelas dihadapan Bunga. Bunga memandang Lyin dengan pandangan tidak suka. Mimik terkejut tergambar sedikit diwajah cantiknya.
" Kau menjenguk Dika" ucap Bunga menyudutkan Lyin.
" Bu-bukan kak, a-aku kakiku luka sedikit aku mau ambil plester" kebohongan Lyin terlihat jelas oleh Bunga. Bunga tidak berhenti memandang Lyin.
" Kalau begitu ambil dan pergi" jawab Bunga memerintah.
Lyin terpaksa berpura-pura mengambil plester dan berjalan menuju pintu. Lyin terhenti sebentar sebab Bunga meraih tangannya cepat.
" Jangan membuat Julian bingung, kalau kau tidak suka jangan bersikap peduli" ucap Bunga merasa kesal dengan Lyin yang berbohong padanya.
" Maksud kakak apa"
" Kau lebih tahu maksudku"
Lyin meninggalkan Bunga dengan Julian yang masih tidur. Lyin menimbang perkataan Bunga, apa benar dia peduli dengan Julian dan kalau memang iya kenapa dia peduli. Lyin terduduk di mejanya.
Guru matematika mulai masuk ke dalam kelas Lyin dengan panjang di tangannya. Lyin memperbaiki duduknya begitu Novia duduk disampingnya. Pelajaran dimulai, Lyin mencoba fokus dan melupakan semuanya. Walau tidak bisa tapi setidaknya dia berusaha.
...****************...
Bunga mengompres dahi Julian yang belum turun panasnya. Rasa khawatirnya terlihat dengan jelas. Betapa dia sangat menderita melihat Julian terbaring seperti ini. Julian membuka matanya dan terkejut melihat Bungan sedang merawatnya sekarang.
" Kau baik-baik saja sekarang, kau merasa baikan" ucap Bunga semangat.
" Kurasa begitu, kau sedang apa disini" tanya Julian bodoh.
" A-aku menungguimu bangun, kau sakit jadi a-aku khawatir. Aku akan pergi sekarang"
" Makasih" ucap Julian canggung. Dia sangat jarang mengucapkan kata manis seperti itu.
" Apa" Bunga terkejut tidak percaya.
" Kubilang makasih, aku tidak mau berutang Budi bagaimana istirahat nanti kutraktir di makan di kantin" ucap Julian menawarkan.
Tentu saja Bungan menerima dengan senang hati. Bunga mengangguk-anggukkan kepalanya berkali-kali sebab senangnya.
Bel berbunyi, Julian sudah bangkit dan menunggu Bunga di depan kelasnya. Bunga menghampiri Julian dengan gaya semanis mungkin dengan senyumnya yang mekar bagai bunga.
Mereka berjalan bersisian, Julian menyahuti semua perkataan Bunga yang tidak habis-habis. Semua orang merasa Julian sudah berpaling sekarang. Lyin bukanlah orang yang menjadi perhatian Julian sekarang.
Di koridor sekolah Lyin dengan Novia berjumpa, layaknya drama satu berjalan ke kanan satu lagi ke kiri. Mata Lyin jelas memperhatikan Julian tapi Julian seperti tidak melihatnya. Bunga semakin merasa menang.
" Kau lihat itu" gerutu Novia begitu mereka menjauh beberapa meter dari dua orang itu.
" Iya, aku lihat Nov. Akukan tidak buta" jawab Lyin sedikit tidak bersemangat.
" Maksudku kau tahu apa yang terjadi barusan" ucap Novia lagi merasa kesal dengan respon Lyin.
" Sang Julian sudah berpaling, kau sadar gak sih Lyin" tambah Novia tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan.
" Justru bagus Nov, aku bisa fokus belajar dan sekolah" kata Lyin pelan dengan sedikit keraguan.
" Matamu tidak berkata begitu" jawab Novia curiga.
" Laki-laki seperti Julian tidak bisa dipegang kata-katanya, sebentar a, lalu sebentar lagi b. Kau tidak perlu terkejut" jelas Lyin merasa kecewa dengan Julian. Baru saja dia mendengar kata-kata manis dari Julian yang tertidur begitu bangun dia langsung berubah total.
" Apa ada yang dikatakan Julian padamu" selidik Novia.
" Gak, hanya saja aku berpikir begitu, ini juga bagian dari rencana kita Julian harus menjauh dan sekarang aku bebas"
Novia magut-magut mendengar ucapan Lyin.
" Jadi kau akan putus dengan kak Juna"
" Kami tidak pacaran, tapi setidaknya aku harus ucapkan kata terimakasih" ucap Lyin murung.
...****************...
Lyin kembali mengendap-endap masuk ke ruang UKS, berniat mengambil botol air minum yang dia berikan pada Julian. Lyin teringat dua menulis sesuatu dengan stiknote di botol itu.
Lyin berharap Julian atau yang lainnya belum menyentuh botol itu. Betapa bodohnya Lyin dia juga memampangkan namanya di kertas kecil itu walau tulisan namanya hanya berupa inisial.
Lyin mengintip lalu masuk dengan cepat. Botol itu masih berdiri di tempat dia meletakkannya. Lyin tersenyum lega melihat yang dia harapkan masih disana. Tangan Lyin menyentuh botol itu dengan cepat, secara bersamaan seseorang juga membuka tirai menutup tempat tidur di waktu yang sama.
Lyin terkejut, sampai dia melompat sedikit ke belakang dan hampir terjatuh. Lyin menatap orang itu takut.
" Bu-bukannya kau lagi bersama Kak Bunga" ucap Lyin tiba-tiba dan tidak terkendali.
Julian menatapnya dengan mimik curiga.
" Aku kembali ke UKS merasa tidak enak badan, jadi aku buat rencana lainnya dengan Bunga"
" Kau tidak perlu menjelaskan sedetail itu" ucap Lyin kesal tanpa sebab.
" Apa yang kau pegang"
" Bu-bukan apa-apa, aku pergi dulu" ucap Lyin buru-buru
" Itu punyaku jadi letakkan kembali" ucap Julian mengetahui kebohongan Lyin.
Lyin memperlihatkan botol itu pada Julian, tapi kertas kecil itu sudah berhasil dia amankan dahulu. Julian meraihnya dengan tatapan yang tidak beralih dari wajah Lyin.
" Aku sudah membacanya"
" Apa-apa yang kau baca, buku? tumben sekali kau baca buku" jawab Lyin menutupi kebohongannya.
Julian tersenyum penuh arti pada Lyin, Lyin semakin takut pada Julian yang menatapnya dengan senyumannya itu.
" Aku membaca tulisanku di botol itu, cepat sembuh itu yang kau tulis"
" Hahaha" Lyin membuat-buat ketawanya untuk menutupi kegugupannya sekarang.
" Kenapa kau ingin mengambil lagi apa yang telah kau beri, apa karena kau melihatku berdua dengan Bunga, jadi kau cemburu dan benci padaku"
" Hahaha, tidak mungkin, aku cuma ingin membuang bekas minummu" jawab Lyin berbohong.
" Botolnya masih tersegel dan kau juga tahu"
" Sudah jelas kau cemburu"
" Tidak"
" Kau cemburu sekarang"
" Aku tidak cemburu, terserah juga kau ingin sama siapa. Aku juga sudah yakin kau memang begitu. Aku justru bersyukur kau bersama bunga jadi aku fokus belajar" gerutu Lyin.
" Maksudmu, kau cemburu dan kau marah aku bersama Bunga dan itu membuatmu gak fokus pada pelajaranmu. Aku merasa apa yang kau ucapkan tidak sesuai dengan apa yang kau rasakan"
" Aku tidak cemburu"
" Apa itu artinya aku cemburu" Julian semakin mendekatkan tubuhnya pada Lyin. Julian menarik tangan Lyin sampai mereka begitu dekat. Lyin mundur-mundur sedikit demi sedikit.
" Adegan seperti ini sering kau lihatkan, dimana hanya ada seorang laki-laki dan perempuan disatukan ruangan, kau pasti tahu apa yang akan terjadi" Julian menakuti Lyin, Lyin tersudut dibibir tempat tidur dan membuatnya setengah tertidur sekarang.
Wajahnya semakin memerah, Julian masih saja menggodanya dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Lyin. Jantung Lyin semakin berdetak kencang. Lyin mendorong Julian keras, namun tubuh Julian tidak bergerak sedikitpun.
" Kau siap" ucap Julian semakin menakuti Lyin.
Bersambung.....
Halo lagi, selamat membaca. Semoga pembaca setia My Bad Boy Menyukai Episode kali ini.
Jangan lupa komen, like, jadikan favorit serta. vote jika kalian bersedia.
Salam hangat dari author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
🌺 CICI 💖
bnk typo yah n sll ketukar nama jd hrs ngulang lg baca biar g salah. buat nikmat bacay berkurang 🤔😢
2021-04-21
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
kau siap...... tetoooottttt.....
2021-01-08
0
Catur Priyati
aku siap thor...1...2...3...ya....gk jadi...
2020-11-18
8