Julian datang sendirian menemui Pak Darman di ruang konseling. Wajahnya tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun, bahkan rasa khawatirpun tidak tergambar di wajahnya. Dia tidak habis pikir kenapa dia harus patuh pada perintah Pak Darman, biasanya juga dia enggan datang menyerahkan diri. Dia bertekad untuk berusaha menjadi baik untuk Lyin.
Tok,tok,tok.
Julian disambut tatapan tajam Pak Darman begitu Julian terlihat diambang pintu.
" Duduk" ucap Pak Darman singkat.
" Katakan alasan yang masuk akal kenapa kamu memmukul Juna sampai babak belur" ucap Pak Darman lagi.
" Maaf pak sebelum itu saya ingin meminta penjelasan dari bapak dimana Juna? Dia juga terlibat pada kejadian itu" jawab Julian merasa tidak adil dengan sikap Pak Darman.
" Dia korban, dia tidak harus disini" Pak Darman merasa tidak bersalah dengan ucapannya barusan.
" Memihak pada satu pihak tertentu bukan hal yang baik, apalagi seorang guru seperti bapak" balas Julian tidak takut.
" Juna sudah cerita dan bapak punya kesimpulan ini salahmu"
" Harusnya bapak juga mendengar versiku" ucap Julian sinis.
" Cerita Juna sudah cukup akurat"
" Apa karena dia ketua OSIS semua yang dia katakan benar dan karena saya murid pembuat onar oleh sebab itu semua yang saya katakan tidak benar" Julian menahan emosinya dengan sangat baik. Namun tampak jelas tergambar di wajahnya dia sedang dalam keadaan tidak baik.
" Saya memanggil untuk memberi hukuman sewajarnya bukan untuk berdebat denganmu, hormat bendera selama satu jam" ucap Pak Darman.
" Saya akan mematuhi hukuman yang lain, tidak menghormati bendera" Julian menolak.
" Kenapa? Kamu pasti malu dilihat orang. Jika kamu malu berubah dari sekarang" Pak Darman tidak mengiyakan permintaan Julian. Dia berlalu meninggalkan Julian yang masih terdiam.
Dika mendengar semua percakapan mereka sebab dia sengaja datang untuk mendampingi Julian sebagai sahabatnya. Julian datang menawarkan diri saja suatu hal yang besar untuk Dika dan menurutnya Julian sudah ingin berubah.
Julian saling tatap dengan Dika begitu keluar dari ruangan yang membuat dadanya sesak itu. Tampak jelas oleh Dika tangan Julian terkepal kuat sekarang seolah ingin menghantam siapa saja yang ada dihadapannya.
" Sudahlah Ian, ikuti saja dulu" bujuk Dika.
" Tapi menghormat bendera bro, kita bukan anak kecil lagi. Aku mau cabut saja"
" Demi Lyin" ucap Dika menghentikan niat Julian.
Julian memasuki lapangan untuk menjalankan hukumannya. Tentu saja banyak pasang mata sedang memperhatikannya sekarang. Juna tersenyum penuh kemenangan melihat Julian seperti bocah kecil sekarang di tengah lapangan pula.
Lyin melihat dari kejauhan, Lyin mengintip-ngintip dari balik pintu kelasnya. Ada rasa khawatir pada Julian sebab bagaimanapun Julian telah menolongnya.
Sudah setengah jam waktu berlalu, matahari juga begitu terik pagi ini. Lyin resah sendiri melihat Julian di bawah sinar matahari. Dia berasa semua yang terjadi berawal dari kebohongannya mengenai pacaran dengan Juna. Lyin meraih tasnya di meja mengambil botol minum, sesaat dia terdiam lalu memasukkan kembali.
" Kalau kau khawatir sudah kasih saja sana, pasti dia kehausan. Udah matahari terik lagi" Ucap Novia yang sedari tadi memperhatikan tingkah lucu Lyin.
" A-aku tidak khawatir sama sekali, aku cuma merasa bersalah" ucap Lyin gugup tak jelas.
" Apa kau juga merasa bersalah pada Juna yang babak belur" ucap Lyin sambil tersenyum penuh arti.
" Ten-tu, a-aku baru saja ingin melihat keadaannya" ucap Lyin lagi tambah gugup.
...****************...
Lyin berlari-lari kecil menuju kelas Juna, entah apa yang harus dia lakukan disana, yang terpenting adalah membuktikan bahwa prasangka Novia tidaklah benar. Lyin memperlambat langkahnya begitu melewati Julian yang sama sekali tidak melihatnya. Lyin melihat jelas bibir Julian sudah kering sekarang. Lyin merasa iba namun perasaan itu cepat dia tepis dan berlalu begitu saja.
Lyin menemui Juna yang duduk di bawah pohon sambil melihat ke arah Julian. Lyin melihat luka Juna disana-sini, tapi entah kenapa rasa khawatirnya tidak sebesar kepada Julian.
" Kakak baik-baik saja" ucap Lyin mengejutkan Juna.
" Lyin, kapan kau datang" Juna terkejut melihat Lyin disampingnya.
" Baru saja, luka kakak sudah membaik"
" Seperti yang kau lihat, ini bukan apa-apa" ucap Juna berbohong.
Dari jauh mereka layaknya pasangan yang serasi dan harmonis. Saling bertukar sapa, tersenyum, dan kadang juga bicara serius. Tentu saja pemandangan itu tidak luput dari tatapan mata Julian.
Julian bertemu mata dengan Lyin, Lyin merasa semakin merasa bersalah pada Julian. Julian mengalihkan tatapannya dengan cepat, lalu berlalu dari lapangan walau hukumannya masih bersisa sepuluh menit lagi.
Julian berjalan sempoyongan menuju kelasnya. Dika sudah meninggalkan Julian untuk membeli minuman ke kantin. Tepat sebelum Julian terjatuh Bunga sudah menaruh tangan Julian dibahu kanannya. Lyin juga menyadari keadaan Julian cuma dia terlambat bertindak beberapa menit saja.
Julian menerima pertolongan Bunga dengan suka rela. Bunga begitu senang Julian tidak menolak untuk dia tolong. Bunga membawa Julian ke ruang UKS dan membantu Julian meletakkan diri di tempat tidur pasien.
Lyin mengintip dari balik pintu berusaha mencari tahu tentang keadaan Julian sekarang. Tatapan Bunga begitu tulus pada Julian itu yang dirasakan Lyin saat melihat Bunga menatap Julian yang tertidur. Perasaan Lyin sedikit sesak melihat pemandangan itu.
Lyin bersembunyi di balik pintu saat Bunga keluar dari ruangan itu. Lyin masuk dengan cepat setelah melihat sekelilingnya takut ada yang melihat. Lyin meletakkan botol air mineral di meja kecil disamping tempat tidur. Lyin hendak berlari, tapi tangan kekar Julian berhasil menghentikan.
Lyin terkejut dan memberanikan diri menatap Julian. Julian masih menutup matanya namun dia mengoceh dalam tidurnya.
" Aku menyukaimu" ucap Julian tidak sadar
Lyin mencoba melepaskan pegangan tangan Julian. Semakin dia berusaha untuk melepas semakin kuat juga pegangan Julian. Lyin terkejut begitu menyentuh kening Julian dengan segala keberaniannya. Keningnya cukup panas sekarang.
"Pantas saja Bunga tampak buru-buru keluar, mungkin saja memanggil dokter, tapi tunggu dulu apa Julian berpikir aku adalah Bunga karena itu dia bilang suka" Lyin menerka-nerka dalam hati.
Lyin berhasil melepas tangannya dari genggaman Julian. Lyin bernapas lega lalu berjalan jinjit menuju pintu takut membangunkan Julian.
" Aku menyukaimu Azuma Lyindia, kau tidak tahu?" ucap Julian lagi dengan mata yang masih tertutup.
Deg
Jantung Lyin terasa berdetak kuat mendengar ucapan Julian. Walau Julian tidak sadar tapi kalimat itu berhasil membuat Lyin terkejut. Suara langkah kaki mendekat ke arah pintu disaat bersamaan. Lyin bingung hendak melangkah kemana sekarang.
Drek...
Suara pintu menderit, Bunga masuk keruangan bersama seorang dokter disampingnya. Untung saja Lyin berhasil bersembunyi di balik tirai yang menutup tempat tidur pasien lainnya. Lyin menarik tirai membatas tepat waktu sebelum Bungan masuk ke dalam.
Jantung Lyin berdetak kencang entah karena takut atau karena pernyataan Julian yang begitu tiba-tiba.
bersambung.....
Halo pembaca setia novel My Bad Boy. Semoga kalian suka dengan episode baru ini ya.
Author ingin berbagi cerita tentang Alur cerita novel My Bad Boy. Sebagian dari isi cerita merupakan kisah nyata dari author sendiri, tokoh Julian memang benar ada di dunia author.
Jangan lupa dukung author dengan cara like, komen, tambah jadi favorit, serta vote jika kalian bersedia.
Salam sayang dari author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
untung aja lyin denger pas julian menyebut namanya jadi gak salah paham
2021-01-08
0
Rozz Ramandhany Rozz
kok aq jd nysek ya Thor bacanya.. walaupun ini cuma crita. tpi bikin aq baper..karna aq paling gk kuat kalau yg biasanya kuat atau apalah namanya yg kek Julian tuh sampe sakit gtu..sumpah aq gk tega karena gk biasa..kcuali yg udh biasa lemah..kalau dia sampe nangis, sakit..q gabakal baper deh...lahh ini Julia sampe gtu..baper aq...gk kbayang deh..gatega akutuh..
2020-12-12
0
suci aulia sari
visual nya thorrr 🤗
2020-12-11
0