**Baca juga yuk novel karya author yang lainnya, dengan cara klik profil author dan pilih karya author ;
Terpaksa Menikahinya
My Misterius Boy**
...****************...
Lyin takut melangkah menuju papan pengumuman kelulusan masuk SMA favorit di kotanya. Setelah hari yang dia tunggu dengan tidak sabar tiba Lyin malah diam di gerbang menunggu keberanian yang tidak tahu kapan datangnya. Lyin merupakan nama pendek dari Azuma Lyindia gadis pendiam namun cerdas. Tubuh tidak tinggi jika dibanding gadis seusianya kira-kira 150 cm dengan berat badan 45 kg, tidak gemuk dan tidak kurus. Berkulit kuning langsat, rambutnya hitam seperti arang, singkatnya dia termasuk gadis yang manis tapi dengan lesung pipinya membuat dia menjadi gadis yang sangat manis.
Lyin lahir dari keluarga yang tidak kaya alias miskin semenjak ayahnya meninggal. Hari ini adalah hari yang sangat dia tunggu. Dimana masa putih abu-abunya akan segera tiba, masa dimana mimpinya sebagai gadis mungkin akan terwujud. Lyin bermimpi akan meraih prestasi dan juga cinta di SMA favorit itu. Berjumpa dengan kakak kelas yang tampan serta kutu buku seperti dirinya.
Lyin memandang wajah-wajah gembira gadis-gadis cantik di dekatnya sebab lulus masuk SMA favorit tapi di dekatnya juga ada yang beraut wajah sedih mungkin dia tidak lulus atau karena terharu juga Lyin tidak tahu. Lyin bertemu dengan wajah yang tidak asing di gerbang tempat dia berdiri. Teman sekelas dari kelas 1-3 SMP, dia adalah Lian dan Andri.
"kau mendaftar disini juga" seru Lian semangat
"iya. aku hanya mencoba" jawab Lyin pelan
"kau pasti masuk, kitakan dari SMP favorit jadi peluangnya banyak" Kata Andri cepat.
" aku tidak yakin" jawab Lyin lagi dengan wajah menunduk.
" ayo, aku sudah tidak sabar melihat hasilnya" kata lian sambil menarik tangan Lyin
" a..aku nanti saja, kalian..."
Andri menarik tangan Lyin dengan cepat dan menariknya secara paksa. Kaki Lyin sedikit terseret ke depan dengan terpaksa lalu setelahnya dia ikut dengan suka rela akhirnya.
Papan pengumuman sudah di depan mata setelah berhasil berdesak-desakan hampir tidak bernapas. Lyin terus mencari namanya di lembar terakir pengumuman, dia tidak menemukan namanya. Lembar selanjutnya juga nama tidak tertulis. Lanjut ke lembar selanjutnya nihil tidak juga ada namanya. Hatinya sudah mulai berdetak kencang membaca tiga lembar terakhir. A..a..azuma Lyindia sebutnya dalam hati, dengan hati-hati dan penuh harapan. Lembar terakhir telah usai Lyin baca namun namanya tidak tertulis.
Lyin membaca 10 lembar pengumuman sebanyak tiga kali dengan harapan namanya terselip diantara nama-nama yang beruntung itu, namun tidak ada juga. Lyin berbalik dia menyadari bahwa dia tidak diterima di SMA favorit itu tempat dimana Lyin meletakkan cita-cita dan harapannya.
"kau tidak masuk" sebut Andri terkejut
" iya" jawab Lyin pelan hampir tidak terdengar
" nilai rata-ratamu berapa Lyin kenapa gak masuk sih" gerutu andri
" aku 8,7. Sudahlah tidak rezeki" kata Lyin menghibur diri
"aku juga 8,7 tapi aku masuk Lyin. Siapa tahu ada kesalahan"
"kurasa tidak, mungkin kau punya nilai lebih"
" Lyin, bagaimana ini" kata andri risau sendiri
" tidak apa, kalau begitu aku pulang dulu" kata Lyin pamit.
Lyin melangkah meninggalkan andri yang masih menatap punggungnya. Lyin merasa tersakiti dengan semua. Dia berharap masuk SMAN yang dekat dengan rumah agar lanjut sekolah namun kenyataan menuntut lain. Hampir saja dia menangis meratapi dirinya dan ibunya yang sudah menunggu kabar gembir di rumah reyot mereka.
Deg jantung Lyin kaget menyadari ada tangan yang menahannya. Lyin berbalik dan Andri sudah dihadapannya.
" Lyin kurasa kita tidak akan bertemu lagi, mungkin ini pertemuan terakhir kita. Ku pikir kau akan.."
" kamu ingin bilang apa langsung saja aku sedikit buru-buru" jawab Lyin memotong
" aku berencana mengatakannya padamu setelah masuk SMA, kupikir kita akan satu sekolah jadi.."
" aku buru-buru andri" sebut Lyin menahan tangisnya yang tadi hampir pecah
"aku menyukaimu Lyin, sangat menyukaimu dari kelas 1 SMP, aku berniat mengatakannya dari dulu tapi aku tidak berani. Aku tidak berharap dapat jawaban darimu, apalagi diwaktu yang seperti ini. Aku hanya ingin kau tahu"
" terimakasih sudah menyukaiku, selamat tinggal"
Lyin menjauh dari Andri, hatinya meringis mendengar pengakuan andri. Katanya pengakuan seseorang padamu akan sangat membahagiakan, tapi nyatanya begitu pahit untuk Lyin.
***
Jauh di kota lainnya seorang laki-laki remaja yang tingginya hampir 180 cm sedang bergulat di meja biliar dengan laki-laki lainya. Matanya tajam menatap lawannya yang sudah setengah sekarat. Tubuh kekarnya memang membuat seseorang takut padanya. Alisnya yang tebal membuat matanya terlihat sangar dan menakutkan. Dia adalah Ian alias Julian laki-laki yang bertindak dengan tinjunya. Kulitnya berwarna sao matang berhidung mancung.
" bos, dia hampir mati" kata seorang temannya dari belakang
" apa aku menyuruhkan mencari mati" kata ian dengan senyum mengejek
"tapi bos kita bisa masuk penjara"
" aku tidak peduli, dasar bajingan" jawab ian sambil melayangkan tinjunya pada lawannya yang sudah terkapar.
Untung saja kakak laki-laki Ian datang tepat waktu. Kakak laki-lakinya selalu ikut campur di setiap tingkah ian yang sangat keterlaluan. Setelah menangkis serangan ian yang seperti harimau kelaparan. Kakak laki-laki ian meninju wajah ian agar dia sadar.
" apa yang kau lakukan!!" katanya berang
"aku membela diri, dia tidak mau bayar uang taruhan"
" taruhan katamu?" katanya tambah berang
" iya. memang masalah" katanya tidak menunjukkan rasa takut
Ian berjalan menuju lawannya yang terkapar. Menarik kerah bajunya tanpa kasihan.
" kau harus bayar uang taruhannya, kalau kau tidak ingin.." kata ian tidaj menyelesaikan kalimatnya
Ian menaiki sepeda motornya. Wajahnya yang babak belur tidak dirasa sama sekali. Angin kencang yang menampar-nampar lukanya tidak berhasil membuat wajah ian meringis kesakitan. Ian semakin mempercepat laju motornya. Tampak kakak laki-lakinya semakin mendekati motornya. Namun ian semakin mempercepat laju motornya dua kali lipat.
Motor Ian berhenti diperempatan jalan menuju simpang rumahnya. Motor ian kehabisan minyak, membuat dia terpaksa menuruni motornya. Kakak ian berhenti tanpa turun dari motornya. Memandang Ian dengan wajah marah.
"kau pulang, aku tunggu 30 menit dari sekarang" katanya tanpa menunggu jawaban dari ian
Ian menepikan motornya dan berdiri disampingnya. Ian meraih hp dari saku celananya dan menelpon seseorang meminta bantuan. Tentu saja banyak anak buahnya yang akan membantunya.
Setelah menelpon Ian menendang motornya sampai tersungkur di tanah dan menendangnya lagi sebanyak-banyak yang dia sanggup. Hal yang membuat kesalnya hilang hanya tinjuan, hantaman yang membabi buta. Begitulah dia hidup selama ini, semau dan sesuka dirinya, orang yang berlawanan dengan sifatnya akan menderita di tangannya tanpa belas kasihan.
bersambung...
Tiga hari lagi sekolah akan dimulai. Lyin tetap saja belum di daftarkan di sekolah manapun. Sejak dia tidak lulus masuk SMA favorit, ibunya terlihat sedih bahkan jarang bicara. Lyin mengambil tempat di dekat ibunya yang sedang duduk di tikar.
"ibu tidak bisakah aku mendaftar ke sekolah swasta yang murah" kata Lyin memberanikan diri
" tidak bisa. Adikmu sudah sekolah swasta dan Kakakmu juga"
"ibu aku janji akan giat membantu ibu berkebun"
"tidak Lyin kamu harus masuk SMA negeri. Biaya sekolah adik dan kakakmu sudah sangat mahal" katanya ibunya tegas
"bu jadi aku harus bagaimana"
"ibu akan pikirkan"
Seminggu kemudian
Semua orang seusia Lyin sudah masuk sekolah dengan wajah ceria. Mereka tidak harus masuk sekolah negeri seperti Lyin, sekolah swasta yang baik juga banyak disana asal ada uangnya. Lyin takut dia akan berhenti sekolah atau dia akan menganggur tahun ini. Lyin melihat ibunya berlari-lari kecil ke arahnya. Lyin takut akan mendengar berita buruk dari ibunya.
" Lyn, Lyin kamu akan sekolah, sekolah negeri walaupun tidak sebagus sekolah disini, tapi ibu yakin disana kau bisa mewujudkan cita-citamu" kata ibunya buru-buru
" dimana ibu, apa ada sekolah negeri yang menerimaku yang seperti ini"
" di kota sebelah, jauh memang tapi ibu yakin kau bisa"
"ibu aku tidak ingin jauh dari rumah, tidak bisakah aku disini bu, aku janji bakal giat membantu ibu berkebun"
"tidak bisa, kamu harus nurut"
Lyin merasa sedikit sakit hati pada ibunya. Kenapa saat dia yang tidak masuk sekolah negeri ibunya tidak mengizinkan dia masuk sekolah swasta sedangkan adik dan kakaknya dengan cepat ibunya langsung mendaftarkan mereka ke sekolah swasta yang bagus. Lyin hanya ingin bersama ibunya, disisi keluarganya. Lyin hanya bisa pasrah mengikuti kemauan ibunya.
Hari ini adalah hari ke tiga masuk sekolah. Lyin dan ibunya sampai di kota tempat dia sekolah dengan selamat. Setelah mencari tempat tinggal Lyin dan ibunya bergegas ke sekolah yang akan dimasuki Lyin. Mereka hanya perlu mendaftar ulang sebab ibunya sudah menelpon kepala sekolah yang kebetulan adalah keluarga jauh mereka.
Di lapangan para murid baru lagi menjalani ospek. Para kakak kelas mulai menjalankan aksinya. Hukum menghukum adik kelas dengan ketegasan yang menurut Lyin dibuat-buat. Lyin mengantarkan ibunya ke depan gerbang sekolah dan disana mereka berpisah. Lyin memeluk ibunya erat.
" bu tidak bisakah..aku.." kata lyin sesenggukan
"Lyin..ibu akan pergi sekarang, sewa kamar sudah ibu bayar sebulan cukup murah, ini terbaik Lyin"
Lyin menangis menggenggam tangan ibunya, Lyin enggan melepasnya namun ibunya memaksa.
Setelah ibunya pergi Lyin bertemu mata dengan laki-laki bermata sangar yang sedang menatapnya dari samping jarak mereka sekitar lima meter. Laki-laki itu ada di parkiran sedang Lyin masih di pintu gerbang. Lyin berjalan dengan takut, laki-laki itu juga. Baju tidak dimasukkan, dasi tidak diikat, rambut acak-acakan dan sepatunya warnanya wow.
Kini mereka berjalan bersisian berjarak satu meter saja. Lyin tidak berani menatap bahu laki-laki itu. Lyin berusaha mempercepat langkahnya tapi tentu saja kaki jenjang laki-laki itu berhasil mengalahkannya.
" kau menangis saat masuk sekolah, ku pikir kau tadi anak sd yang merengek di ketek ibunya" kata laki-laki itu asal
Lyin tidak menghiraukan, tentu saja dia kesal tapi rasa takutnya lebih besar.
Tap, tangan laki-laki itu menangkap jemari Lyin. Lyin terkejut hendak melompat. Laki-laki itu menatap lekat wajah kesal Lyin.
"kau murid baru, sejak tiga hari ini aku tidak pernah melihatmu" katanya sambil melihat Lyin.
" kau tidak dengar" katanya lagi
" iya, aku dengar" kata lyin takut
" bagus kalau begitu, kau tahu siapa aku"
"tidak"
"angkat kepalamu, ayo angkat. Lihat ini" serunya sambil menunjuk papan namanya di dekat saku baju putihnya.
" kau tidak bisa baca" katanya lagi
"Ju..julian" kata Lyin takut
"apa?"
" kak..Julian"
"kamu harus ingat nama itu"
Seorang laki-laki lain mendatangi mereka. Mereka melakukan aksi salaman gaya khas preman menurut Lyin. Lyin tidak berani bergerak dan juga tidak berani memandang.
" Hai bro cewek siapa ini? dia salah apa bro sampe ketakutan gitu" katanya sambil tersenyum licik
" biasa bro"
"maksudmu dia cewek yang naksir kamu juga" kata temannya ngaur
Mereka berdua tertawa lagi seperti orang gila menurut Lyin. Lyin menjauh sedikit demi sedikit namun laki-laki itu menyuruh Lyin balik lagi ke tempatnya. Lyin menurut sebab takutnya sudah mencapai level dewa sekarang.
"kamu jika ingin pergi sebut nama dulu dan jangan lupa pamit"
" oh iya kak, kenalkan nama saya Liyn"
"Lyin? yang lengkap dong sekalian kelasnya juga"
"maaf kak, saya Azuma Lyindia. Saya tidak tahu akan dimasukkan ke kelas berapa nanti, saya baru masuk kak"
" jadi saya boleh panggil azu, zuma, Lyin, ndia, azuma, atau Lyindia dong" seru laki-laki itu sambil tersenyum
" iya kak, terserah kaksk saja" jawab Lyin pasrah
" Lyindia, begitu kamu tahu kelas kamu, kamu harus segera lapor padaku, jika tidak..ya kamu tahu sendiri"
" ba..baik kak, kak saya pamit pergi dulu mungkin guru sudah menunggu saya" kata Lyin ketakutan
" oke, gitu dong kalau ingin pergi pamit yang sopan, sudah pergi sana"
"terimakasih kak" sahut Lyin cepat sambil terburu-buru berjalan.
Teman Julian heran dengan sikapnya yang tidak biasa. Seorang julian yang tidak suka berurusan dengan yang namanya perempuan malah membuat seorang gadis kecil berlama-lama di hadapannya. Bahkan dia juga tersenyum-senyum setelah Lyin pergi.
" bro kamu kenapa? "
" aku kenapa" jawab ian ketus
" kau tersenyum bro pada gadis itu dan kau mencari masalah dengannya"
" Dika lebih baik kamu diam sekarang " jawab ian lebih ketus
" ya..aku heran bro"
" kamu mau gigimu hilang sekarang, kamu diam sekarang "
Julian berjalan menjauh dari Dika. Dika mengikutinya dari belakang. Julian duduk di bangku taman tepat dibawah pohon di depan kelas mereka. Dia melihat Lyin mulai masuk ke lapangan untuk mengikuti ospek. Para kakak kelas mulai berbisik-bisik tentang murid baru yang tidak lain adalah Lyin. Julian berjalan menuju lapangan. Para penjuru kelas mulai resah dengan apa yang akan dilakukan Julian sekarang. Kenapa dia berjalan ke lapangan tempat ospek dilaksanakan.
Apa yang akan dia lakukan? Bukankah dia enggan menjadi panitia ospek atau hanya sekedar kakak kelas yang iseng pada siswa barupun dia enggan. Julian menatap ketua osis dengan tatapan menantang di hadapan seluruh murid baru serta panitia ospek tanpa takut.
" aku akan ikut menjadi panatis ospek tahun ini" kata tegas
bersambung....
**Baca juga karya author lainnya ya.
Terpaksa Menikahinya
2.My Misterius Boy**
Semua mata tertuju pada julian. Murid baru ketakutan akan pendapatan panitia ospek seperti dia. Desas-desus berkembang cepat di kalangan murid baru mengenai betapa berandalnya julian. Laki-laki yang tidak akan memberi ampun pada mangsanya. Julian masih saling menatap dengan ketua osis sekarang, mata mereka beradu seolah sedang perang.
" apa yang kamu lakukan, ini bukan arena tempatmu bermain" kata ketua osis tegas
" aku tidak bermain, aku hanya ingin ikut mengospek adik-adik kita" kata julian tersenyum mengejek
" kau tidak bisa"
" aku bisa, kalau kau tidak mengizinkan ya kau tahu akibatnya" kata julian mengancam
" kita punya guru disini, kami tidak takut padamu"
" apa aku pernah takut pada guru, tapi kau jelas sekali takut padaku. Kita bisa bertemu di luar dimana tidak ada seorang gurupun" ejek julian
" aku tidak takut padamu, hanya saja aku takut kamu akan mengganggu acara ospek tahun ini, jadi kamu bisa bergabung" kata ketua osis tegas
" nah gitu dong bro" seru Julian sambil menepuk bahu ketua osis
" aku bukan temanmu" balasnya
" santai dong Juna, kita masih teman sekelas"
" jangan berbuat onar"
" iya,iya. Aku hanya ingin mengospek adik kelas kita yang disana" seru julian sambil menunjuk Lyin yang berdiri di barisan belakang.
Lyin bertemu mata lagi dengan Julian yang menurutnya sudah gila. Lyin takut menghadapi julian yang bertindak semaunya. Lyin menunduk lagi begitu mata mereka bertemudisana
melihat wajah Lyin yang sedang ketakutan. Juna menahan rasa geramnya pada julian yang seenaknya.
" kamu tidak bisa seenaknya berbuat semaumu" kata Juna tegas
" aku tidak berbuat begitu, aku minta izinmu" jawab julian mengejek
" kamu tidak bisa hanya mengospek dia, dia akan masuk ke kelompoknya"
" kalau begitu beri aku kelompoknya" jawab julian memaksa
" baik, terserah padamu" kat juna menyerah.
Seorang julian tidak akan pernah menyerah dengan apa yang diinginkannya, Juna tahu betul. Bisa saja julian akan berubah jadi monster jika juna tidak mengikuti apa maunya. Juna membagi murid baru dengan beberapa kelompok. Lyin masuk ke kelompok yang akan dibimbing oleh julian, tidak bisa tidak. Lyin pasrah dengan nasib buruknya. Setelah semua orang masuk ke barisan kelompok masing-masing Lyin masih saja enggan masuk ke barisan kelompoknya. Juna menyadari ketakutan Lyin, Juna sedikit cemas dengan Lyin sebab dia sudah tertarik pada Lyin sejak melihatnya barusan. Julian berjalan ke depan Lyin.
" kau tenang saja, kakak akan terus memperhatikanmu. Jika dia macam-macam kakak akan bertindak" kata julian sambil menatap Lyin yang tertunduk
" terimakasih kak, saya pergi sekarang" kata Lyin sambil menatap wajah Juna dengan sedikit senyum yang dipaksakan
" namamu siapa" kata juna menghentikan langkah Lyin.
" saya Azuma Lyindia kak, saya permisi"
Julian melihat sikap juna yang sok akrab dengan Lyin. Hal itu membuat julian cukup kesal dengan dua orang itu tanpa sebab. Lyin masuk barisan kelompoknya dengan takut. Julian tersenyum penuh arti melihat Lyin. Julian mengambil tempat berdiri di depan.
" hai semua, tentu kalian sudah kenal saya bukan" kata julian sok akrab
" kenal kak, kak julian" kata mereka serempak
"tentu saja kalian kenal karena biasanya berita mengenaiku cukup cepat menyebar, dan apa yang kalian dengar itulah aku, tapi sayang ada satu orang yang tidak tahu aku sebab itu dia harus dihukum" seru Julian sombong
Semua murid baru saling menatap mencari siapa orang itu. Semua ketakutan pada apa yang akan terjadi. Mereka takut disalahkan oleh sepihak oleh julian.
" Azuma Lyindia kamu harus dihukum" seru Julian
Lyin merasa nasibnya begitu sial beberapa waktu terakhir ini. Gagal masuk SMA favorit, masuk ke SMA yang jauh dari rumah, dan ditambah lagi berjumpa dengan monster ajaib yaitu Julian. Setengah mati dia menyumpahi dirinya akan membenci orang bernama julian selama dia hidup. Lyin siap-siap mendengar hukuman apa yang akan diberikan padanya. Walau takut Lyin haru siap. Bersihkan toilet, memungut sampah, atau bernyanyi Lyin merasa bisa menghadapinya. Tapi seorang julia. apakah akan memberi hukuman mudah seperti yang Lyin pikirkan. Dia rasa tidak. Apakah dia akan dihukum dengan cambuk atau mempermalukan dirinya di depan umum. Lyin semakin takut.
" hari ini kalian akan saya kenalkan dengan lingkungan sekolah kita, Lyin akan bersama saya dan yang lain ikut dengan kakak senior yang ada disampingku"
"siap bro" seru Dika yang tidak tahu sejak kapan sudah berdiri disana.
Lyin berjalan mendekat sesuai perintah setelah yang lain pergi. Lyin menundukkan kepalanya dalam. Julian semakin kesal dengan ketakutan Lyin. Julian mengingat baru saja Lyin menatap Juna dengan senyumnya dan dijadapannya Lyin seperti menatap hantu. Julian berjalan mengitari Lyin, Lyin semakin risau.
" kak..tolong jangan beri saya hukuman berat atau jangan permalukan saya di depan banyak orang" seru Lyin memberanikan diri
" kau membuatku semakin kesal" jawab julian
" maafkan saya kak"
Julian adalah manusia kejam, tapi dia tidak pernah membuat seorang gadis menangis karena kekejamannya. Jika gadis menangis karena penolakannya itu bukan salahnya. Sebab hati tidak bisa dipaksakan menurutnya. Julian merasa semakin kesal mengenai pandangan Lyin terhadapnya.
"ikut saya" seru Julian sambil berjalan
Lyin mengikuti julian dari belakang, dengan pelan. Julian sudah memperlambat langkahnya namun Lyin masih saja jauh dibelakang. Julian menunggu Lyin dan bruk..Lyin berhasil menabrak dada bidang Julian.
"maaf kak, saya.."
" berjalan disampingku" jawab julian memotong
Mereka berjalan bersisian, Julian membawa Lyin menjelajahi sekolah karena memang itu tujuan Julian. Julian berjalan menuju perpustakaan sebab menurutnya orang seperti Lyin pasti mencari perpustakaan dahulu. Julian merasa tebakannya benar, dia melihat wajah tersenyum Lyin begitu melihat perpustakaan. Selanjutnya Julian membawa Lyin ke ruang laboratorium biologi, fisika, dan komputer. Ada kelegaan tersendiri di wajah Lyin bahwa sekolahnya tidak begitu buruk walau jauh dari pusat kota. Julian merasa senang Lyin sudah mulai menghilangksn rasa takutnya pada julian.
Selanjutnya Julian membawa Lyin ke taman belakang sekolah. Tempat yang paling menyenangkan dan jarang didatangi murid di sekolah itu. Selain tempatnya di ujung, tempat itu juga seperti tersembunyi.
"kemana kita akan pergi" kata Lyin mulai takut
" aku tidak akan macam-macam padamu, kau akan menyukainya" kata julian yakin
Tampak bangku mengelilingi pohon besar di taman itu. Tempat yang sejuk dan indah cocok untuk digunakan sebagai tempat membaca. Ada tiga bangku taman disana diantara tiga pohon yang tumbuh.
" kau harus tahu tempat ini, tempat ternyaman di sekolah" seru Julian asal
"terimakasih sudah memberi tahuku" jawab Lyin
" aku memberi tahumu karena kau terlihat tidak bisa bergaul alias suka menyendiri, ini tempat yang cocok untukmu. Dimana hanya ada kau dan angin" ejek julian
Baru saja Lyin merasa julian tidak begitu buruk, langsung ditepiskan dengan kelakuan Julian sekarang. Julian duduk di salah satu bangku dengan menaikkan kakinya. Sikap preman memang terlihat jelas pada tingkah lakunya. Lyin hanya diam dan menatap dari jauh. Julian menyuruh Lyin mendatanginya, dengan sedikit ragu Lyin mendatanginya.
" ada apa kak, ku..kurasa kita harus kembali ke lapangan " seru Lyin berusaha
"kenapa kamu takut padaku, kamu takut aku akan menerkammu" jawab julian kesal
" bukan kak, tapi waktu kita hampir habis" jawab Lyin sambil melihat jam tangan pinknya.
" apa aku pernah peduli waktu" cetus Julian
"ta..tapi saya peduli kak" jawab Lyin takut
" kamu mulai berani"
"maaf kak"
"aku suka" jawab julian
Lyin membuka matanya sebab terkejut dengan kalimat yang baru saja dia dengar. Julian menatap mata Lyin lekat. Lyin semakin takut. Julian mendekatkan wajahnya pada wajah Lyin. Lyin mencoba menjau. Mundur-mundur seperti adegan sinetron yang pernah dia tonton. Lyin hampir terjatuh begitu kakinya tersandung akar pohon, dengan sigap tangan kekar Julian meraih tangannya.
bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!