*Jika matahari tetap diam saat semua memuji indahnya sinar rembulan, walau sebenarnya itu adalah pantulan sinarnya sendiri.
Aku juga akan mencoba diam tentang perasaan ini, bahkan aku berniat menyemedemikannya kalau kau tidak ingin mengetahuinya.
Selamat malam pendengar setia radio Pagi Sore di acara terkeren No Music No Life. Ungkapan di atas terasa begitu menyayat, bagaimana pendapat kalian. Ungkapan di atas membuat saya mengingat kisah sedih dimana cinta tidak terbalaskan, alias bertepuk sebelah tangan.
Lagu sapaan malam ini C.I.N.T.A, selamat mendengarkan stay terus di 78,5 FM*.
Lyin membesarkan volume suara handphonenya dan memejamkan matanya begitu sampai di kamarnya. Acara penutupan perkemahan begitu lama sebab kata sambutan yang begitu panjang. Setiap orang hampir mengatakan hal yang sama namun harus di dengar juga. Kadang Lyin merasa itu membuang waktu.
Lyin mengingat-ingat kejadian di sore hari saat Juna dengan tiba-tiba ingin menjadi pacar bohongannya.
flashback
" Pacar seperti apa yang kau inginkan" tanya Juna begitu Novia lari entah kemana.
" Aku tidak pernah memikirkannya" Lyin menjawab jujur.
" Sekarang kau bisa berpikir, ingin yang romantis, cuek tapi perhatian, perhatian bangat, atau pacar yang dingin" tutur Juna memaparkan dengan jelas disertai dengan senyuman di wajah putihnya.
" Aku tidak tahu kak, lagi pula kenapa orang sepertiku pacaran"
" Atau kau ingin pacar yang berjiwa pemimpin dan cerdas sepertiku" Juna menatap Lyin dengan percaya diri dan sedikit serius.
" A-ku hanya butuh seseorang yang dapat membantuku menjauh dari Ju-lian" jawab Lyin sedikit takut.
" Aku bisa, jadi kita resmi pacaran" tanya Juna meyakinkan.
" Iya kak, pacaran bohongan. Terima kasih sudah mau membantuku" ucap Lyin berterima kasih.
" Ya" Juna menjawab getir mendengar penjelasan Lyin yang sangat jujur.
...****************...
Lyin membuka matanya lalu menghempas-hempaskan kakinya ke kasurnya sebab malu dengan Juna. Hal bodoh apa yang telah diperbuat sekarang. Bagaimana dia menghadapi Juna besok sebagai pacar bohongannya. Lyin prustasi sendiri.
Sebuah pesan masuk membuat Lyin mengambil handphonenya. Lyin terkejut membaca isi pesannya yang tidak disangkanya.
Juna : Aku tidak sabar menjadi pacarmu besok, sampai jumpa besok. Tidur yang nyenyak.
Glek, Glek
Lyin menelan Salivanya dua kali sebab takut dengan hari esok, yang dia pikirkan bukannya bagaimana Juna akan bersikap sebagai pacarnya, tapi bagaimana Julian akan bertindak padanya. Lyin menutup tubuhnya dengan selimut dan mematikan lampu kamarnya.
...****************...
Julian masuk ke dalam kelas Lyin begitu bel jam istirahat berbunyi. Meraih tangan Lyin dan menekan tubuhnya ke dinding. Semua orang terkejut dengan kejadian di depan mereka, terutama Novia yang begitu khawatir tentang Lyin.
Lyin meringis kesakitan sebab pegangan tangan Julian yang sangat kuat. Dadanya sedikit sesak sebab takut dengan tingkah Julian yang lagi-lagi bertindak sesukanya. Mata Julian mengisyaratkan kematian yang amat sangat pada Lyin.
" Kau pacaran dengan Juna" Julian langsung bertanya ingin mendengar kejelasan dari pengakuan Juna pagi tadi.
" Juna bilang kau itu pacarnya, aku tanya benar atau tidak" bentak Julian tanpa menunggu jawaban Lyin itu pertanyaannya yang pertama.
" Be-nar, ja--di apa masalahmu, kar--na aku sudah punya pa-car tolong jauhi aku" ucap Lyin memberanikan diri tanpa menatap Julian.
" Jadi itu alasanmu pacaran dengan Julian, kau tahu kesepakatan kita. Cium aku lalu aku pergi"
Plak
Lyin menampar Julian sebab merasa dipermalukan di depan teman-temannya. Julian tersenyum penuh arti pada Lyin lalu meraih tangan Lyin yang satunya lagi.
" Kalau kau berani menyentuh pipiku sekali lagi aku yang akan menciummu, hanya aku yang bisa memutuskan kita akan saling bertemu lagi atau tidak" ancam Julian sambil tersenyum licik menatap mata Lyin.
Julian melepas tangan Lyin pelan, sebelum pergi dia mengisyaratkan agar semua orang diam mengenai kejadian ini dan yang ikut campur akan berurusan dengannya.
Novia meraih tangan dingin Lyin begitu Julian hilang dari balik pintu. Tangis Lyin sudah pecah sekarang. Tatapan mata orang juga menggambarkan rasa kasihan padanya. Novia membawa Lyin keluar menuju bangku panjang di bawah pohon di depan kelas mereka.
" Aku yakin kau sangat takut, dasar Julian monster busuk. Aku tarik kata-kataku yang mengatakan dia baik" gerutu Novia sambil menepuk bahu Lyin.
Sesekali Novia meniup tangan Lyin yang memerah. Lalu menepuk bahunya lagi sampai Lyin menghentikan tangisnya. Novia adalah teman yang penuh perhatian serta manis.
Diam-diam sepasang mata yang menawan sedang menatapnya kagum. Seorang laki-laki tampan berkulit putih yang sedang disisi Julian yang juga sedang menatap Lyin yang menangis.
" Kau terlalu jahat bro" ucap Dika
" Aku juga tidak tahu bisa berbuat sejauh ini, seperti bukan aku" tutur Julian menjelaskan.
Dika menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak habis pikir dengan Julian. Sudah jelas perbuatan Julian menggambarkan rasa suka berlebihan pada Lyin tapi Julian tetap menyangkal perasaannya. Dika menyadari Julian hanya lebih berhati-hati mengenai perasaannya sekarang, Dika tidak bisa membayangkan betapa terpuruknya Julian saat cinta pertamanya meninggalkannya. Dika cukup mengerti sahabat itu.
...****************...
Juna menunggu Lyin diparkiran dengan senyumnya yang mengembang. Juna menghampiri Lyin dan Novia begitu melihat mereka di dekat pagar.
" Ayo aku antar" Juna menawarkan diri
" Jangan kak, rumah kami dekat"
" Kita harus meyakinkan Julian bahwa kita pacaran Lyin, kau lihat dia sedang memperhatikan kita" bisik Juna
Lyin hampir menoleh ke arah Julian namun tangan Juna berhasil menghalangi kepala Lyin. Lyin menatap Juna terkejut. Juna menggeleng memberi tanda agar Lyin tidak melakukannya.
Juna berjalan disisi Lyin sambil membawakan buku yang ada di pelukan Lyin. Julian hampir saja berlari menghampiri mereka. Namun Dika menghalangi dengan sekuat tenaga.
" Jangan buat Lyin semakin membencimu" ucap Dika serius
Julian menyadari kebenaran dari ucapan Dika. Julian menaiki motornya dan Dika duduk diboncengan. Julian lewat dengan sengaja disamping Juna dan Lyin. Julian memutar gas sepeda motornya sampai menimbulkan suara yang kuat.
Juna melompat kecil sebab terkejut dengan suara motor Julian. Kaki Lyin terinjak sepatu Juna. Lyin meringis setengah menjerit membuat Julian menghentikan sepeda motornya.
" Kau baik-baik saja" ucap Juna khawatir.
" Iya kak"
" Kakimu sakit" tambah Novia khawatir, Novia tahu betul injakan kaki Juna cukup keras tadi.
Julian turun dari motornya dengan cepat, Dika tidak bisa menghentikannya lagi. Julian meraih tangan Lyin dan membopongnya. Lyin terkejut dan kesal melihat Julian yang ikut campur.
" Berhenti, aku bisa membawa pacarku" ucap Juna gusar.
Lyin mencoba melepaskan diri dari Julian, tapi Julian tidak akan bisa dikalahkan oleh Lyin. Julian hanya melukis senyum liciknya ke arah Juna, lalu menggendong Lyin di punggungnya tanpa peduli ucapan Juna.
Juna menarik tangan Lyin dari punggung Julian. Namun tidak sedikitpun Lyin bergerak sebab pegangan kuat Julian.
" Turunkan aku" ucap Lyin marah.
" Turunkan pacarku, berani sekali kau menyentuh pacar orang" ucap Juna marah.
Julian membawa Lyin berserta dirinya ke hadapan Juna. Satu tangan Julian meraih kerah baju Juna.
" Dia pacarmu, tapi sebelum itu kau perlu tahu dia milikku" ucap Julian tidak mau kalah, lalu berlalu dengan Lyin di punggungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Elly Watty
awal2 julian bucin tp biasanya klw cnt pertamanya datang pasti bimbang deh, ketebak tuh.....makanya mndig lyin g mnaruh rasa ma siapapun fokus belajar ja
2021-06-13
0
Ita Widya's
baru nyimak sampe sini ,,, ini konfliknya bakal berat gak sih ,,, suka ikut pusing kalo berat
2021-04-09
1
MrZong
lanjut thor semangat
2021-02-17
0