Angin berhembus menerpa dua wajah yang saling menatap, daun-daun kering beterbangan satu per satu jatuh diantra mereka. Julian masih menggenggam tangan Lyin erat kalau tidak Lyin akan jatuh ke tanah. Julian sedikit tersenyum miring melihat Lyin dengan wajah terkejutnya.
" adegan ini sepertinya familiar bukan? kau pernah menonton adegan ini" seru Julian sambil menarik tangan Lyin sampai mereka begitu dekat.
Lyin menghela napas panjang menghadapi kelakuan julian yang tidak dia sangka-sangka. Lyin mundur selangkah dari sisi Julian tapi julian mengikuti Lyin dengan maju satu langkah. Mundur, mundur lagi sampai punggung Lyin menabrak batang pohon di belakangnya.
" adegan ini lebih familiarkan, kamu pernah menontonnya" seru Julian lagi sambil mengunci Lyin dengan kedua tangannya.
Lyin mencoba keluar dari kurungan tangan Julian tapi dia kewalahan melawan Julian yang tidak mau mengalah.
"kak Julian saya bisa terlamat nanti, bentar lagi pengumuman kelas" seru Lyin memohon dengan wajah sedikit pucat
" Kalau aku tidak peduli bagaimana" jawab julian
" aku mohon kak" jawab Lyin memohon sebab tidak ada jalan lain
Juna datang tiba-tiba meraih tangan Julian. Julian semakin tidak ingin melepas Lyin. Mata mereka beradu seolah ingin saling menghantam. Juna menatap Lyin yang sekarang hampir menangis dihadapan Julian.
" apa yang kau lalukan" seru juna keras
" kamu gak lihat" jawab julian enteng
" kamu tidak boleh berbuat seenaknya padanya, kita punya batasan dan aturan. Harusnya kau mengerti" kata Juna menggurui
" memang aku melakukan apa"
" kau menakutinya"
" kenapa kau ikut campur"
" aku ketua panitia jadi jika ada satu orang yang hilang dari barisan aku wajib mencarinya bukan" jawab juna
" tapi kau pasti tahu dia bersama siapa"
" sebab aku tahu makanya aku takut"
" kamu cari mati disini" jawab Julian sambil meraih kerah baju juna
Melihat situasi yang begitu menyeramkan. Lyin semakin takut Julian dan Juna baku hantam dihadapannya karena dia. Apa kata orang nanti tentang dirinya yang menjadi penyebab dua orang di hadapannya berantam.
" kak tidak ma...masalah saya akan disini dulu ber...sama kak Julian, jadi tinggalkan saja kami" tutur Lyin setengah hati
"lihat tuh orangnya saja bilang begitu, kamu gak dengar" kata Julian sambil melepas kerah baju juna
" kamu yakin" tanya juna sambil melihat Lyin
Lyin mengangguk tanda yakin pada Juna. Juna meninggalkan Lyin dengan berat dan ragu. Mata Julian mengikuti gerak juna sampai tidak terlihat. Julian melihat mata Lyin yang mulai berair, wajah lyin betul-betul menunduk sekarang.
" kamu takut aku melayangkan tinjuku pada juna" tanya Julian kesal
" bu...bukan kak, saya tidak mau ada masalah yang disebabkan oleh saya" jawab Lyin takut
" bukan karena khawatir aku menyakiti juna" seru Julian di dekat telingan Lyin
" bu...bukan kak, aku hanya ingin sekolah dengan tenang sampai lulus dari sini" jawab Lyin sambil mundur
Kata terakhir membuat Julian sedikit terenyuh hatinya. Hatinya yang tidak mudah tersentuh menjadi sedikit terenyuh karena gadis yang bernama Lyin dihadapannya ini, sebab itu dia semakin penasaran pada Lyin.
"kamu boleh pergi dulu, ingat begitu kelasmu diberi tahu lapor padaku" kata Julian mengatur
" ba..baik kak, terimakasih. aku pergi dulu kak" sahut Lyin patuh
" bagus kamu ingat kata-kataku, sebelum pergi pamit dulu" jawab julian tersenyum miring
" iya kak" kata Lyin sambil menahan tangisnya yang berusaha dia bendung.
Dia berjalan meninggalkan Julian. Matanya mulai mengeluarkan air yang semakin mengalir deras sebab tidak terbendung lagi. Sambil berlari-lari kecil Lyin menghapus air Matanya. Aula cukup jauh dari sana membuat Lyin sedikit sesak karena berlari. Lyin mengatur napasnya begitu sampai ke aula. Lyin bertemu muka dengan Juna di ambang pintu. Juna melihat sisa-sisa air mata di wajah manis Lyin. Juna semakin geram dengan kelakuan Julian entah karena apa. Dulu saja dia tidak peduli dengan kelakuan Julian, tapi setelah melihat perlakuannya pada Lyin membuat hatinya panas dan geram pada laki-laki itu.
" kamu masuk kelas 10 IPA 1 Lyindia, kamu tidak perlu masuk lagi, sebentar lagi semua akan bubar, kamu istirahat saja di ruang UKS. Kamu tahu tempatnya" kata juna prihatin
" ti..tidak" kata Lyin sambil menangis
" tentu saja dia tidak memberitahumu, ayo kakak antar"
Juna berjalan mengikuti langkah kecil Lyin. Melihat Lyin menangis semakin membuay Juna geram pada Julian. Setelah menulis nama di daftar kunjungan UKS Lyin duduk di kursi yang disediakan oleh juna. Juna menghidangkan air hangat untuk Lyin minum. Wajah Lyin sedikit cerah ketika minum teh memberian Juna. Lalu tiba-tiba saja Lyin menangis cukup keras dan sesenggukan. Juna mengerti mungkin Lyin memang ingin menangis sedari tadi. Juna ingin menepuk-nepuk bahu Lyin agar dia tenang tapi dia urungkan sebab dia tidak punya hak untuk itu.
" Lyindia, kamu tenang saja. Kamu akan baik-baik saja" seru juna menghibur
Lyin tidak menjawab tangisnya semakin pecah. Rasanya Lyin ingin pergi jauh dari tempat mengerikan seperti ini. Orang-orang disini sungguh mengerikan buat Lyin belum satu hari dia disini tapi harinya begitu buruk. Bertemu dengan Julian adalah hal terburuk yang pernah dia rasakan.
" kamu sebaiknya istirahat sebentar, lalu pulang. Apa kamu punya kendaraan untuk pulang" tanya juna perhatian
" tidak, tapi aku tinggal di dekat sini" jawab Lyin sambil menghapus sisa air matanya.
" baik kalau begitu, saya pergi dulu" kata juna sambil berlalu
Lyin membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang tersedia. Lyin mengatur napasnya sebentar lalu menutup matanya sebentar. Lyin membuka matanya tiba-tiba saja dia merasa malu karena menangis di hadapan juba orang yang baru saja dia kenal. Lyin memukul-mukul keningnya sampai berbunyi. Cukup kuat sampai keningnya memerah. Lyin menggeleng-gelengkan kepalanya kekiri dan kekananan dengan cepat agar dia lupa dengan kejadian itu, lalu dia menutup wajahnya dengan selimut.
Sementara Lyin berbaring, berita bahwa Lyin diantar ke UKS oleh Juna sampai di telingan Julian. Julian tidak suka tanpa sebab apalagi juna yang mulai berani berurusan dengannya. Julian meraih tas Lyin yang ada ditumpukkan tas di atas meja. Tentu saja Julian tahu tas Lyin yang mana sebab dia sudah bertemu Lyin di gerbang pagi ini, matanya jeli memperhatikan setiap detail yang ada pafa Lyin. Tap...dua tangan meraih tas Lyin secara bersamaan.
" Lepas" kata Julian keras
" kamu yang lepas" jawab juna tidak mau kalah
Brak...Juna tersungkur ke lantai sebab dorongan kuat dari Julian. Julian menyeringai tanpa rasa bersalah. semua mata tertuju pada Julian dan juna. Julian hendak melangkah meninggalkan aula.
" berhenti julian, ikut bapak keruang konseling" seru pak darman yang ada di ambang pintu
" saya akan menyusul bapak setelah mengantar tas ini" seru julian enteng sambil menusuk juna dengan tatapannya yang tajam.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
💚
ada bau" saingan ni 😌
2021-05-16
0
Dika Putra
gimana cara menandai
2021-04-15
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
saingan ketat nih
2021-01-08
0