Julian menurunkan Lyin dengan hati-hati, Lyin meringis sedikit begitu kakinya menginjak lantai tempat dia tinggal. Julian mendudukkan Lyin dengan paksa dan membuka sepatu Lyin, benar saja noda darah mengotori kaos kaki putih Lyin. Kulit kaki Lyin terkoyak sedikit akibat hantaman sepatu Juna yang cukup keras.
" Aku bisa sendiri" gerutu Lyin sambil meringis.
" Apa yang kau bisa? dengan kaki begini" jawab Julian kini tidak main-main.
Novia berlari menghampiri mereka di teras rumah, napasnya sedikit terengah-engah begitu sampai dihadapan Lyin.
" Sudah kuduga kakimu pasti berdarah, aku tahu betul injakan Kak Juna cukup keras tadi" jelas Lyin sambil menyentuh kaki Lyin.
" Dimana Kak Juna" Lyin bertanya pelan.
" Dia ingin kemari tapi dihalangi sama anak buahnya Julian itu, kau tahukan yang namanya Dik-Dika" gerutu Lyin yang keceplosan.
Lyin memukul kepalanya pelan setelah menyadari kebodohannya. Apa yang dilakukannya ketika Julian masih disini. Lyin menatap Julian yang tidak menanggapi Ucapan Novia.
" Kau dan anak buahnya sama saja ya, sama-sama nyeselin dan sesukanya pada orang lain" ucap Lyin gusar sambil menatap Julian yang memandang ke arahnya.
" Seharusnya kau berterimakasih dulu sebelum mengeluh mengenai aku dan temanku" jawab Julian dingin. Tidak pernah Julian sedingin ini menanggapi Lyin.
" A-ku tidak meminta dibantu, lagi pula siapapun kalau diposisi sepertiku kau akan membantunya" ucap Lyin ragu.
" Aku tidak akan membantu kecuali itu kamu" jawab Julian tegas.
Jantung Lyin sedikit bergetar mendengar Julian barusan, namun rasa itu ditepis Lyin sejauh mungkin. Dia tidak akan pernah membiarkan orang seperti Julian menipunya lagi.
" Ayo, ku antar ke klinik dekat sini" Julian menawarkan diri.
" Tidak, aku bisa mengobati sendiri" tolak Lyin sopan.
" Baik, pastikan kakimu bisa berjalan besok, kalau tidak kau tahu aku akan berbuat apa" ancam Julian sambil tersenyum miring.
Novia dan Lyin saling pandang tidak mengerti. Novia menyadari begitu kesalnya Lyin sekarang. Wajah Lyin mungkin sudah Semerah kepiting rebus sebab menahan marahnya.
Julian pergi meninggalkan Lyin yang masih kesal bukan main. Dia hanya tersenyum setelah berhasil membuat Lyin marah.
" Ini kakiku apa urusanmu!!!" teriak Lyin yang tidak bisa membendung amarahnya lagi. Sepatu Lyin berhasil melayang dan mendarat tepat dipunggung Julian.
Julian berbalik dan meraih sepatu Lyin dengan senyum manis yang tidak dibuat-buat, mengantar kehadapan Lyin tanpa rasa ragu. Julian meletakkan sepatu Lyin disamping kaki Lyin, namun matanya tetap tertuju pada Lyin yang juga menatapnya dengan marah.
" Seharusnya begitu, jika ingin marah ya marah, nangis ya nangis jangan menahannya. Kau juga harus mengakui perasaanmu yang sebenarnya, bukan berbohong pada dirimu sendiri" ucap Julian tepat di depan wajah Lyin lalu berlalu menjauh begitu saja.
Novia menyadarkan Lyin yang terbengong sekarang, padahal Julian sudah hilang dari hadapan mereka.
" Kau pasti syok" ucap Novia.
" Apa maksud ucapannya tadi, apa dia tahu aku bohong soal pacaran" jawab Lyin tidak menghiraukan Novia. Novia menggeleng ragu pada Lyin. Lyin prustasi menghadapi Julian yang tidak berubah sedikitpun.
" Lyin, kenapa ya aku berpikir semua yang dilakukan kak Julian itu adalah ungkapan rasa sukanya padamu" ucap Novia asal.
" Mulai lagi nih dramanya"
" Iya, kak Julian mengancam kakimu harus sembuh besok artinya dia itu gak sanggup melihat kakimu masih sakit besok, so sweet banget" Novia menjelaskan asal.
" Kau tahu Lyin, benci itu singkatan dari Benar-benar Cinta, jadi jangan terlalu membenci Kak Julian" tambah Novia.
Lyin terdiam mendengar sedikit penjelasan Novia yang kadang masuk akal juga. Tapi Lyin cepat menepis hal itu. Kalau memang begitu seharusnya Julian bisa berkata lembut atau memberi ucapan yang membuat dia senang bukan sebaliknya.
...****************...
Julian kembali menghampiri Dika yang susah payah menghalangi Juna yang masih bersikeras ingin melihat Lyin. Juna meraih kerah baju Julian begitu mereka saling menatap. Julian tersenyum miring ke arah Juna, membuat Juna semakin ingin meninju wajah Julian yang begitu sombong.
" Kau tidak punya malu, seenaknya membawa pacar orang dihadapannya" Juna berang.
" Aku berhak menyentuh milikku" Julian menarik kerah baju Juna tidak mau kalah.
" Lyin bukan barang dan dia bukan milikmu, siapa juga yang ingin dimiliki oleh monster sepertimu" Juna melayangkan tinjunya tepat disudut bibir Julian. Julian menyentuh bibirnya yang berdarah dan tersenyum penuh arti pada Juna.
Perkelahian sengit terjadi pada dua orang itu. Saling baku hantam tanpa ampun. Saling menyakiti satu sama lain sampai mereka benar-benar puas mengeluarkan amarahnya. Dika tidak bisa menghalangi dua orang itu, terutama Julian.
Semua terhenti begitu Pak Darman lewat dan menghentikan mereka. Tidak tahu apa yang akan terjadi pada Juna kalau saja Pak Darman tidak lewat tepat waktu.
" Kalian berdua temui saya di ruang konseling besok pagi" ucap Pak Darman sebelum perrgi bersama dengan Juna yang babak belur. Meninggalkan Julian yang hanya mengalami sedikit luka di kulitnya.
Dika menghampiri Julian yang sedang menendang-nendang tanaman di dekatnya untuk menghilangkan rasa kesalnya sebab dihentikan oleh Pak Darman.
" Berhenti Ian, kau pikir Lyin tidak takut melihatmu yang seperti ini" ucap Dika marah dengan kelakuan Julian.
" Memang aku seperti apa, monster? Iya aku memang monster, jadi kenapa!" jawab Julian sambil meraih kerah baju Dika yang tidak bersalah.
Dika diam tidak menjawab apa yang dituturkan oleh Julian. Dia hanya sedikit khawatir dengan Julian yang tidak bisa mengontrol emosinya ketika marah. Julian melepaskan kerah baju Dika, lalu meminta maaf menyadari kesalahannya.
Dika membawa Julian ke suatu tempat yang pernah dia kunjungi bersama dengan Lyin. Membawa Julian pulang dengan keadaan seperti ini bukanlah ide yang baik.
" Kau harus bisa mengontrol emosimu kalau kau ingin Lyin menyukaimu"
" Aku tahu, tapi Juna yang mencari masalah denganku. Kau tahu sendiri"
" Kau yang membawa pacarnya dahulu, siapa yang tidak marah"
Julian menatap Dika, merasa kesal Dika menyebut Lyin pacaran dengan Juna.
" Mereka tidak pacaran, aku yakin"
" Kau tahu darimana, Juna baik, pintar, ketua OSIS siapapun gadisnya pasti suka padanya ditambah lagi dia tampan" ucap Dika menjelaskan.
" Sedangkan kau pintar tidak, bandel, suka bolos, berbuat onar disana-sini walaupun bukan tanpa alasan kau melakukannya, cuma satu yang kau punya ketampanan" tambah Dika lagi tidak mau diam.
" Lyin tidak menyukai orang seperti dia" jawab Julian sedikit prustasi menyadari kebenaran dari ucapan Dika.
" Apa kau yakin, apa kau pernah bilang suka pada Lyin"
" Kenapa harus"
" Kau harus menyatakan itu pada Lyin, kalau kau tidak mau Juna akan merebutnya. Bisa jadi sekarang mereka tidak pacaran tapi siapa yang tahu nanti" ucap Dika menakuti.
Julian meresapi setiap kalimat yang terucap dari mulut Dika. Julian tidak menjawab cukup lama, membuat Dika takut pada Julian.
" Aku akan mengatakan besok" ucap Julian tiba-tiba.
" Kau yakin"
" Aku yakin" ucap Julian tegas.
" Aku mendukungmu bro, siapa itu kebencian Lyin yang sekarang itu sebenarnya benci alias benar-benar cinta" ucap Dika disertai tawa mereka berdua.
Bersambung....
Hai semua terimakasih sudah membaca Sampai part ini, author sangat berterima kasih jika kalian mendukung author dengan like, komen, atau vote jika kalian bersedia.
Jangan lupa juga tambahkan " My Bad Boy " ke favorit kalian.
Salam sayang dari author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
💚
gua suka novel yg berbau" SMA kek gmn gitu kesannya
2021-05-16
0
Laila Zahra
visual nya dong thorr. biar semangat lagi bacanya😁😁
2021-03-31
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
benci ma cinta beda tipis
2021-01-08
0