Kelas 12 IPA 1 riuh begitu Julian hilang dari balik pintu. Tinggal Lyin yang terpuruk di kursinya sebab tingkah laku Julian yang sulit dia terima.
Apa aku barang? miliknya? dia pasti sudah gila. Orang gila itu pasti berpikir manusia adalah barang yang bisa dia miliki seenaknya. Batin Lyin meringis.
Lyin menundukkan kepalanya di meja, apa lagi yang bisa dia lakukan selain itu. Rasa malu menjalar di seluruh tubuhnya sekarang. Semua orang sedang pembicarakannya terang-terangannya, tentang seorang gadis yang mencari perhatian itulah sebutannya. Novia menepuk-nepuk pundak Lyin untuk menyemangati. Dia tahu ini berat untuk Lyin.
" Apa kalian tidak bisa diam, apa kalian ingin kulaporkan pada Julian bahwa kalian semua menyakiti hati Lyin"
Novia sudah berdiri di depan kelas dan berbicara dengan lantang, menurutnya hal dilakukannnya adalah hal yang benar.
" Kalian tidak takut pada kak Julian" tambahnya lagi.
Lyin menarik tangan Novia keluar dan membawanya ke kamar mandi di ujung koridor. Lyin menarik napas panjang, lalu mengatur napas-napasnya sebelum bicara. Lyin merasa Novia hanya memperkeruh situasi.
" Novia bicaramu tadi membuat orang salah paham padaku, mereka akan mengira aku menerima pengakuan Julian " Seru Lyin prustasi.
" Jadi harus bagaimana, apa kau ingin terus-terusan dikata-katai oleh makhluk julid itu" balas Novia tidak mau kalah.
"Setidaknya..." Jawab Lyin tidak bisa meneruskan.
Lyin terjongkok di lantai kamar mandi, rasanya dia kehilangan harapan untuk sekolah dengan tenang. Harapannya benar-benar hancur karena monster bernama Julian. Lyin menepuk-nepuk lututnya berkali-kali sebagai pelampiasan kesalnya.
" kau hanya mendapat kesakitan" Kata Novia seraya meraih tangan Lyin.
Novia membantu Lyin berdiri, Lyin hampir terjaatuh sebab lututnya yang lemas. Begitu menakutkannya Julian menurut Lyin. Monster gila dan mengerikan yang harus dia hadapi nanti.
***
Julian senang bukan kepalang mendengar desas-desus tentang dirinya dan Lyin. Tidak ada rasa bersalah ataupun kasihan dengan Lyin sebab tindakannya. Juna yang sedari tadi mencoba fokus pada kerjanya tidak bisa sebab gosip miring yang didengarnya di seluruh penjuru sekolah. Juna kesal melihat Julian yang bertindak sesukanya.
" Manusia dianggap barang, miliknya? manusia itu punya hati yang tidak bisa dimiliki sembarang orang" seru juna menyindir Julian.
Berhenti tersenyum, wajah Julian berubah masam dan menakutkan. Julian berdiri dihadapan Juna yang pura-pura sibuk dengan kertas di depannya. Julian menyeringai merasa direndahkan.
" Kau merasa hebat" Kata Julian memulai perkara. Julian mengetuk-ngetuk meja Juna dengan dua jarinya. Juna menatap Julian menantang, mendekatkan wajahnya pada Julian.
Julian bukan orang yang sabar, langsung saja tanganya menarik kerah baju Juna tanpa ampun.
" Kau mau mati" teriak Julian
" Kau dewa kematian" balas Julian tidak takut.
Julian menekan Juna sampai menyentuh meja. Semua mulai panik dengan kelakuan mereka. Julian tidak bisa direndahkan oleh siapapun, dia bisa kehilangan akal dengan sekejap. Dika mencoba menarik bahu Julian untuk menghentikan mereka. Julian menepis tangan Dika sampai dia terjatuh menabrak meja lain. Dika meringis, pahanya tergores benda keras di siku meja. Mengeluarkan darah yang cukup banyak. Julian melirik Dika yang sedang kesakitan, lalu bergegas membantunya. Juna selamat.
" Lain kali kau akan tahu akibatnya" ancam Julian
" Kau harusnya sadar bahwa Lyindia tidak akan menyukaimu, apalagi melihatmu seperti ini yang ada dia akan takut" Jawab Juna lagi tidak mau kalah.
" Dia tidak takut padaku" kata Julian berang.
Entah sejak kapan Lyin sudah berada di ambang pintu kelas Julian. Lyin memang ditugaskan Pak Darman memanggil salah seorang murid dari kelas Julian saat berpapasan hendak ke kantin. Namun Lyin menghentikan niatnya begitu melihat kejadian mengerikan di depannya. Kaki Lyin gemetar, bagaimana tidak seorang kakinya telah berdarah, seorang lagi sedang mencengkram leher tanpa ampun.
Juna menatap Lyin dengan senyum. Rencananya memang sudah berhasil, dia sudah melihat kedatangan Lyin dari tadi sebab itu dia memancing kemaran Julian agar Lyin takut pada monster itu. Julian menatap ke arah sama, mata Julian menangkap mata Lyin yang ketakutan. Julian semakin kesal sebab ekspresi Lyin terhadapnya.
Tap, Julian menarik tangan Lyin begitu cepat sampai Lyin tidak bisa menolak. Julian menghempaskan tangan Lyin begitu dihadapan Juna.
" Kau takut padaku" teriak Julian
Lyin tidak menjawab, dia hanya menunduk menahan air mata dan mundur berlahan. Julian menarik tangannya lagi.
" Aku bertanya kau takut padaku, katakan pada brengsek ini kau tidak takut padaku" teriak Julian tambah keras.
Emosinya begitu tidak tersurut jika menyangkut Lyin. Dia semakin prustasi sebab Lyin tidak menjawabnya. Hanya Lyin yang bisa membuat seorang Julian begitu. Dika hendak bangkit namun tidak bisa sebab kakinya. Dika meraih kaki Lyin, membuat Lyin menatap padanya. Dika mengisyaratkan agar Lyin menjawab tidak. Lyin mengerti.
" ti...tidak kak, a..aku..tidak takut" jawab Lyin gemetar
Semua orang di kelas bahkan tahu dia ketakutan. Jari tanganya sudah bergetar hebat sekarang ditambah lagi dengan suaranya. Julian menarik Juna sampai begitu dekat dengannya.
" Dia tidak takut, kau dengar sendiri" seru Julian menjelaskan.
"Orang bodoh juga tahu dia takut sekarang, kau lihat tangannya gemetar. Apa kau idiot" balas Juna.
Julian melepaskan cengkramannya. Beralih melihat ke tangan Lyin yang semakin gemetar bahkan kakinya juga. Julian merasa bersalah pada Lyin, dia hendak meraih tangan Lyin untuk menenangkannya tapi diurungkan.
Julian membiarkan Lyin, Dia bergegas membantu dika yang terluka. Dika berdiri di samping Julian. Mata Dika mengatakan agar Julian membawa Lyin dan menenangkannya.
" aku bisa sendiri, bawa dia" bisik dika
Julian mendekati Lyin dan mencoba meraih tangannya. Lyin mundur, menjauh dari tangan Julian. Julian melangkah lagi mendekati Lyin dengan pelan sangat pelan. Hanya Lyin yang bisa membuat seorang Julian begitu, hanya dia. Lyin semakin menjauh dari Julian. Julian masih mencoba mendekati Lyin yang gemetar. Sesekali Lyin hampir terjatuh.
" jangan mendekatinya, kau menakutinya" seru Juna mengejek
Julian berhenti mendekat, tangannya terkepal erat sekarang. Jika bukan karena Lyin dihadapannya Juna pasti sudah terkapar sekarang. Juna melewati Julian dengan senyum mengejek. Juna meraih tangan Lyin, dengan senyum kemenangan.
" Lepaskan tanganya" Julian memperingati.
" Kenapa harus" Juna tidak takut sebab Julian tidak akan melakukan apa-apa padanya jika ada Lyin disisinya, dia tahu betul satu-satunya kelemahan Julian ada di tanganya.
" Lepaskan, selagi aku memperingati "
Julian meraih tangan Juna dan menghempaskannya. Julian meraih tangan Lyin sekarang. Lyin seketika menepis tangan Julian kasar, membuat Julian menatap ke arahnya.
" aku takut padamu, tolong lepaskan aku" Lyin memohon dan menangis dihadapan Julian.
Julian meresapi setiap kata dari Lyin dan beranjak dari sisinya.
Bersambung....
Semoga suka ya, jangan lupa like, komen, serta follow author sebagai dukungan dari kalian.
Salam hangat dari author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Juna bikin kesel...
Lyn juga,seharusnya dia tau hanya dia yg bisa merubah seorang Julian kearah yg lbih baik...Mungkin Julian seperti itu ada penyebabnya,biasanya kurang kasih sayang dan perhatian dri kedua ortu nya...
2022-09-01
0
Aprilia Amanda
banyak typo nya thor
2022-02-08
1
Putriani
Juna sok sokan mau ngelawan Julian, padahal dia ca berani karena ada lyn
2021-06-13
0