Demi ibu

PLAK

Shazia reflek meng-geplak pundak Shaka, tak kuasa menahan rasa gemas nya mendengar gurauan Shaka. Ya, Shazia menganggap bocah slengean itu hanya bergurau saja. Jadi tak mungkin ia masuki kedalam hati. Bukan kah anak tengil itu sudah biasa menggodanya dengan kalimat-kalimat ngaco dan nyeleneh.

Shaka meringis, dan mengelus-elus pundak yang dipukul Shazia. Rasanya lumayan sedikit perih. Sepertinya Shazia memukul nya dengan sekuat tenaga.

"Tapi sayangnya, aku akan menikah dengan mas Emran dan otomatis akan menjadi kakak ipar mu. Gimana dong, Shaka !!" balas Shazia yang tak mau kalah dari gurauan Shaka. Gadis itu tersenyum seakan mengejek pria yang kini tampak terdiam dan datar.

Glek. Jika Shazia sudah mengeluarkan kalimat sakral itu, biasanya Shaka hanya mampu meneguk ludahnya dan memilih pergi.

"Ya udah mba. Aku pulang dulu."

Tanpa mengucap salam, Shaka berlalu membawa kesedihan juga kekecewaan di hatinya.

Shazia geleng-geleng melihat kepergian Shaka. Tak habis pikir, calon adik ipar nya itu kerap kali menggoda nya dengan kalimat-kalimat aneh. Semoga saja setiap gurauan nyeleneh Shaka tak terdengar oleh Emran. Ia khawatir Emran salah paham dan kakak beradik itu akan bertengkar lagi seperti kemarin.

"Nak Shaka sudah pulang, sayang?" Tanya Aliyah pada Shazia yang baru saja mengunci pintu.

Shazia berbalik, menatap pada Aliyah diikuti senyuman tipis.

"Sudah, Bu," jawab Shazia.

"Jadi tadi kamu pulang kerja di antar sama Shaka?"

Langkah Shazia terhenti mendengar pertanyaan itu. Ia lantas melihat pada ibunya lagi dengan sedikit menunduk kan wajah.

"Maaf, Bu. Tadi, Shazia berbohong sama ibu." Shazia menggigit bibir nya. Ia sudah pasrah jika sang ibu akan memarahinya.

Aliyah menghela nafas, lalu mengikis jarak dengan Shazia. Kini, ibu dan anak itu saling berhadapan.

Aliyah kemudian mengangkat dagu Shazia, hingga wajah gadis itu terangkat, dan kini ibu dan anak itu saling tatap.

"Nak. Dari kecil ibu enggak pernah mengajari kamu berbohong, kan? karena ibu enggak mau kamu tumbuh besar memiliki sifat pembohong. Apa yang ibu ajarkan ke kamu, kamu telah menyerapnya dengan baik. Bukti nya selama ini kamu selalu berkata jujur sama ibu. Tapi untuk kali ini........" Aliyah menghela nafas sebelum lanjut bicara.

"Ibu merasa sedikit kecewa sama kamu, sayang. Sejujurnya, Ibu tak masalah jika kamu berteman dengan siapa saja asalkan teman kamu itu bisa memberi pengaruh positif sama kamu. Maaf, bukan maksud ibu mengatakan jika Shaka itu tak bisa memberi pengaruh positif, tapi dia itu laki-laki normal yang punya ketertarikan pada lawan jenis. Sebagai wanita sholehah dan calon istri yang baik, bisa kan kamu membatasi pertemanan dengan laki-laki. Tolong kamu jaga perasaan nak Emran, sayang. Bagaimana jika dia tahu kalau kamu di antar pulang sama laki-laki lain?"

Shazia mengalihkan tatapan nya ke arah lain, menahan air mata yang sudah menumpuk di kelopak mata agar tak berjatuhan.

Bukan tentang Emran yang membuat gadis itu kini bersedih, tapi tentang pernyataan sang ibu yang mengatakan ia tak boleh berbohong. Selama ini, sang ibu memang kerap kali mengingatkan padanya untuk tidak berbohong. Tapi, kenapa ibu tak pernah mengingatkan dirinya sendiri?

Ibu seolah lupa jika seumur hidupnya ia pun telah membohonginya. Merahasiakan keberadaan ayah biologis nya. Bukan kah itu sama saja dengan sebuah kebohongan? Ibu nya itu tak tahu, gara-gara ia tak tahu siapa ayah biologis nya, hubungan nya bersama Emran terancam putus.

Shazia mengusap air mata nya kasar. Sekuat apa pun ia tahan, tetap saja bulir bening itu meluncur.

"Bu, Shaka itu bukan orang lain. Dia adiknya mas Emran," tutur Shazia dengan suara tercekat.

Demi menjaga perasaan sang ibu, Shazia terpaksa berbicara bukan berdasarkan unek-unek yang dirasakan perasaannya saat ini. Ya, demi sang ibu lagi-lagi ia tak sanggup bertanya siapa dan dimana ayah biologis nya.

Aliyah tampak termangu.

"Sha-Shaka adiknya nak Emran?" Tanya Aliyah yang belum percaya.

Shazia mengangguk seraya menghapus sisa jejak air mata.

"Kenapa kamu enggak ngomong dari tadi, sayang. Ibu jadi mikir yang bukan-bukan tentang nak Shaka."

"Maaf, Bu." Shazia memaksa bibirnya tersenyum.

"Tapi kok, nak Shaka dan nak Emran sepertinya enggak mirip ya ?"

Shazia tak menanggapi pertanyaan Aliyah, karena tiba-tiba saja ia teringat sesuatu saat sorot mata nya mengarah pada kantong plastik.

"Bu, ngobrolnya sambung besok ya. Shazia mau nyuci dulu," tutur Shazia, melangkah ke arah keberadaan kantong plastik berada dan memungutnya.

Kening Aliyah mengernyit heran.

"Nyuci ! mau nyuci apa tengah malam begini? Besok pagi saja, sayang," usul Aliyah.

"Enggak bisa, Bu. Pakaian nya harus dicuci sekarang dan besok pagi harus sudah rapih sebelum berangkat ke kantor," kekeh Shazia.

Aliyah semakin tak paham.

"Memangnya pakaian siapa yang mau kamu cuci itu, sayang?"

"Bos di kantor. Shazia enggak sengaja menumpahkan kopi ke pakaian nya, jadi sebagai tanggung jawab nya Shazia cuciin baju nya. Ya sudah ya, Bu."

Aliyah menatap diam punggung Shazia yang berlalu dan mikir sesuatu.

"Shazia !!" seru Aliyah.

Shazia berhenti dan berbalik.

Aliyah lekas mendekati Shazia.

"Sini biar ibu saja yang cuci. Kamu pasti capek kan? sana istirahat ke kamar mu, sayang."

Aliyah menyambar kantong plastik yang dipegang Shazia.

"Jangan, Bu. Biar Shazia aja," tolak Shazia dan berusaha mengambil nya kembali.

"Enggak apa apa, nak. Ibu tahu kamu pasti capek banget. Kerja sampai larut malam. Sementara ibu seharian di rumah terus. Udah biar ibu saja yang cuci."

"Tapi, Bu....."

Aliyah segera ke tempat pencucian baju, mengabaikan penolakan Shazia.

Shazia menghela nafas. Mau tak mau, ia akhirnya membiarkan ibunya mencucikan pakaian sang big bos. Lagi pula rasa lelah dan kantuk kini sudah membaur jadi satu. Ia ingin segera merebahkan tubuh nya di kasur.

Di pencucian baju, Aliyah mengeluarkan isi kantong kresek. Sebuah jas hitam dan kemeja putih. Di kedua benda tersebut terlihat ada noda kopi hitam seperti yang Shazia ceritakan tadi.

Pada saat Aliyah hendak merendam jas tersebut, keningnya mengkerut kala sorot mata nya mengarah pada sebuah nama seperti label. Ia tak tau persis itu nama merk atau nama pemilik jas yang mungkin pesanan khusus atau limited edition.

"Di-Dirgantara." Aliyah mengeja nama tersebut dan terdiam seperti mikir sesuatu. Ia kemudian geleng-geleng menyangkal pemikiran saat mengarah ke suatu memori.

"Enggak, enggak mungkin dia. Ini pasti nama merk jas ini."

Keesokan pagi.

Shazia menyapa Aliyah yang sedang mempersiapkan menu sarapan di meja makan.

"Oya, Bu. Apa jas sama kemeja bos Shazia sudah kering?" Tanya Shazia sambil menarik kursi untuk duduki.

"Sudah beres. Tuh, ibu simpan di paper bag." Aliyah menunjuk ke arah keberadaan paper bag yang dimaksud.

Shazia tersenyum.

"Alhamdulilah. Terima kasih ya, Bu. Untung ada ibu."

"Ada-ada aja ya bos kamu itu. Ngasih hukuman ke karyawan nya malah di suruh nyuciin baju."

"Masih mending Bu, dari pada Shazia di pecat."

Aliyah tersenyum lebar.

"Emang bos kamu itu galak ya?"

"Kayaknya sih."

"Kok kayaknya."

"Ya soalnya Shazia baru ketemu nya sekarang."

"Emang sebelum nya dia dimana?"

"Pak Dirga itu tinggalnya di kota, Bu. Dia kesini cuma ngecek cabang perusahaan doang dan ada proyek juga."

Dirga !! Aliyah termangu sesaat sebelum ia bertanya lagi pada Shazia. Nama bos Shazia mengingatkan Aliyah pada seseorang di masa lalu.

"Apa ibu boleh tau nama induk perusahaan nya, sayang?"

"Dirgantara group, Bu."

Deg, mendengar nama perusahaan itu, jantung Aliyah berdentam keras.

Dirgantara Group.

Terpopuler

Comments

mery harwati

mery harwati

Waaww tak sabar tunggu reaksi Dirgantara pada saat ketemu Shazia & bertanya, apakah benar kamu yang nyuci baju saya? Shazia jawab, ibu saya yang bernama Aliyah yang nyuci baju Pak Bos, maaf Pak, ibu saya memaksa agar mencuci baju bapak 😃😃

2025-02-10

1

Nar Sih

Nar Sih

tuh ..kan pasti bnr nih klau shazia ank dri bos nya sendiri semoga sgra ketahuan semua rahasia siapa sbnr nya ayh di shazia,dan hnya ibu nya yg tau rahasia siapa ayh kandung nya shazia

2025-02-09

1

Tri Handayani

Tri Handayani

secara g sengaja ibumu mencuci pakaian bapakmu shazia,gimana reaksinya y klu mereka bertemu.

2025-02-10

1

lihat semua
Episodes
1 I love you, mba!
2 Bertengkar
3 Bertengkar 2
4 Mengobati luka Shaka
5 Doa Shaka
6 Disangka kabur
7 Anak haram
8 Shazia pergi
9 Bertemu Nisa
10 Kasih sayang Aliyah
11 Dirgantara
12 Kedatangan Emran
13 Salah sasaran
14 Akal bulus Shaka
15 Perkara rok
16 Orang gila
17 Teman nongkrong
18 Shaka tengil
19 Demi ibu
20 Terlambat
21 Dipecat
22 Mobil rental
23 Gara-gara Bu Parmi
24 Villa di atas bukit
25 Terkagum
26 Posesif
27 Janjian
28 Bertemu Umi Nuria
29 Kafe cinta
30 25 juta
31 Permohonan Emran
32 Jalur langit
33 Ditinggal
34 Dikejar Dirga
35 Dicuekin Shaka
36 Pria tulen
37 Nomer 20
38 Protektif
39 Kedatangan Dirga
40 Arimbi
41 Tanda lahir
42 Disekap
43 Bubur ayam
44 Diusir
45 Cewek itu
46 Playboy cap kadal
47 Sugar baby !
48 Tes DNA
49 Sales produk !
50 Shaka lagi !
51 Fitnah
52 Dipeluk Dirga
53 Nafkah
54 Kembali ke kantor
55 Hotel
56 Buka puasa
57 Setelah buka puasa
58 puber ke tiga
59 Pengantin itu, Nisa !
60 Shock
61 Shock 2
62 Penyesalan
63 ubur ubur ikan lele
64 Pantai
65 Black card
66 Siapa Shazia?
67 Mahluk jahat
68 Tetanggaan
69 Kepergok
70 Akhirnya Dirga tau
71 Canggung
72 Kecelakaan
73 Rumah sakit
74 Pertemuan dua keluarga
75 Berdebat
76 Pemutusan donasi
77 Kemarahan Ramlan
78 Jadi sopir
79 Rayuan Emran
80 Sarah Handoyo
81 Makan bersama
82 Pindahan
83 Shaka vs Emran
84 Prudential suite room
85 Dipandang gembel
86 Perkara dress
87 Mengunjungi kantor pusat
88 Kondangan
89 Gara-gara bulu mata
90 Vest Management
91 Permintaan Shazia
92 Melamar Shaka
93 Shaka vs Ramlan
94 Menunggu Shaka
95 Tuntutan Dirga
96 Menyanggupi
97 Menumpahkan unek-unek
98 Sah
99 Saling memaafkan
100 Keguguran
101 Ijin pindah
102 Suami ku bos?
103 Shock
104 Cemburu
105 Menggoda Shaka
106 unboxing
107 Setelah unboxing
108 Pengakuan Shaka
109 Cemburu berat
110 Tidur di luar
111 Shaka kecelakaan?
112 Mas !
Episodes

Updated 112 Episodes

1
I love you, mba!
2
Bertengkar
3
Bertengkar 2
4
Mengobati luka Shaka
5
Doa Shaka
6
Disangka kabur
7
Anak haram
8
Shazia pergi
9
Bertemu Nisa
10
Kasih sayang Aliyah
11
Dirgantara
12
Kedatangan Emran
13
Salah sasaran
14
Akal bulus Shaka
15
Perkara rok
16
Orang gila
17
Teman nongkrong
18
Shaka tengil
19
Demi ibu
20
Terlambat
21
Dipecat
22
Mobil rental
23
Gara-gara Bu Parmi
24
Villa di atas bukit
25
Terkagum
26
Posesif
27
Janjian
28
Bertemu Umi Nuria
29
Kafe cinta
30
25 juta
31
Permohonan Emran
32
Jalur langit
33
Ditinggal
34
Dikejar Dirga
35
Dicuekin Shaka
36
Pria tulen
37
Nomer 20
38
Protektif
39
Kedatangan Dirga
40
Arimbi
41
Tanda lahir
42
Disekap
43
Bubur ayam
44
Diusir
45
Cewek itu
46
Playboy cap kadal
47
Sugar baby !
48
Tes DNA
49
Sales produk !
50
Shaka lagi !
51
Fitnah
52
Dipeluk Dirga
53
Nafkah
54
Kembali ke kantor
55
Hotel
56
Buka puasa
57
Setelah buka puasa
58
puber ke tiga
59
Pengantin itu, Nisa !
60
Shock
61
Shock 2
62
Penyesalan
63
ubur ubur ikan lele
64
Pantai
65
Black card
66
Siapa Shazia?
67
Mahluk jahat
68
Tetanggaan
69
Kepergok
70
Akhirnya Dirga tau
71
Canggung
72
Kecelakaan
73
Rumah sakit
74
Pertemuan dua keluarga
75
Berdebat
76
Pemutusan donasi
77
Kemarahan Ramlan
78
Jadi sopir
79
Rayuan Emran
80
Sarah Handoyo
81
Makan bersama
82
Pindahan
83
Shaka vs Emran
84
Prudential suite room
85
Dipandang gembel
86
Perkara dress
87
Mengunjungi kantor pusat
88
Kondangan
89
Gara-gara bulu mata
90
Vest Management
91
Permintaan Shazia
92
Melamar Shaka
93
Shaka vs Ramlan
94
Menunggu Shaka
95
Tuntutan Dirga
96
Menyanggupi
97
Menumpahkan unek-unek
98
Sah
99
Saling memaafkan
100
Keguguran
101
Ijin pindah
102
Suami ku bos?
103
Shock
104
Cemburu
105
Menggoda Shaka
106
unboxing
107
Setelah unboxing
108
Pengakuan Shaka
109
Cemburu berat
110
Tidur di luar
111
Shaka kecelakaan?
112
Mas !

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!