Mengobati luka Shaka

"Ini mba Shazia obatnya." Bi Iyem memberikan obat luka pada Shazia. Tadi sebelumnya, ustad Ramlan telah memberitahu bi Iyem untuk memberikan obat tersebut pada Shazia yang akan mengobati lukanya Shaka.

Shazia tersenyum sebelum menerima obat tersebut." Terima kasih ya, bi," ucapnya lembut.

"Enggih, mba."

"Eeh, bibi mau kemana?" Shazia menahan tangan bi Iyem yang hendak pergi lagi.

"Anu mba. Saya mau masuk lagi. Mau beres-beres," kata bi Iyem.

"Oh gitu. Tapi...." Shazia menyengir kikuk.

Kening bi Iyem mengernyit." Ada apa to, mba?"

"Emangnya Abi Ramlan enggak bilang sesuatu sama bibi?"

"Ada bilang."

"Bilang apa?"

"Bibi disuruh anterin obat luka ke mba Shazia di belakang rumah."

"Cuma itu?"

Bibi Iyem mengangguk.

Shazia terdiam. Bukan nya tadi ustad Ramlan bilang dia akan ditemani sama bi Iyem mengobati luka nya Shaka. Tapi kok....

"Yowis, mba. Bibi tinggal dulu ya."

"Sebentar, bi."

Bi Iyem yang sudah berbalik, kini harus berbalik lagi menghadap Shazia.

"Apa ada yang bisa bibi kerjain lagi, mba?"

"Ee itu, bi. Maaf. Bibi bisa enggak disini sebentar aja, sampai saya selesai mengobati luka nya Shaka," pinta Shazia pada Bi Iyem.

Alis Shaka tertaut mendengar permintaan Shazia pada Bi Iyem. Terus terang ia merasa keberatan jika ada Bi Iyem ditengah-tengahnya dan Shazia.

Bukan tanpa alasan Shazia meminta bi Iyem untuk tidak pergi dulu. Ia tak ingin terjadi fitnah. Karena di halaman belakang hanya ada dia dan Shaka. Sementara lainnya sudah masuk ke dalam rumah, termasuk Emran yang akan bicara dengan ayahnya, ustad Ramlan..

"Enggak apa, Bi. Bi Iyem lanjut kerja aja. Bibi sedang sibuk kan." Shaka yang merasa keberatan pun langsung mengeluarkan jurus andalannya. Pemuda itu dengan suka rela justru meminta bi Iyem untuk pergi.

Shazia melotot pada Shaka yang senyam senyum tak jelas.

"Ish anak ini. Apa dia enggak takut dipukul sama kakaknya lagi." Shazia menggerutu dalam hati.

Shaka hanya menyengir dan kembali melihat pada ponselnya.

"Sebentar aja kok, bi. Satu menit, ya satu menit aja." Shazia masih berusaha membujuk bi Iyem.

"Bibi masuk aja. Pekerjaan bibi masih banyak kan? emangnya bibi enggak takut diomeli sama ratu penguasa rumah ini kalau kerjaan bibi enggak cepat-cepat diselesaikan."

Dan Shaka terus berusaha mengusir bi Iyem sampai menakut-nakutinya.

Bi Iyem garuk-garuk kepala. Sepertinya ia bingung. Yang satu minta ia disini, dan satu lagi minta ia pergi. Lantas, permintaan siapa yang harus ia turuti?

Omelan umi Nuria seketika membayangi fikiran bi Iyem. Kerjaannya masih menumpuk di dapur. Benar kata den Shaka, ia bisa diomelin umi Nuria kalau kerjaannya enggak diselesaikan secepatnya.

"Anu mba. Bibi mau langsung ke dapur aja ya. Pekerjaan bibi belum selesai. Bibi pamit ya mba, den Shaka." Akhirnya bi Iyem memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya dan langsung berlalu.

Shazia menghela nafas melihat kepergian bi Iyem, lalu melirik pada Shaka yang senyam senyum penuh kemenangan. Ada perasaan jengkel pada anak itu.

"Yaudah cepat menghadap sini. Mau aku obati enggak? atau kamu mau mengobatinya sendiri aja." Shazia meluapkan kejengkelan nya pada Shaka dengan bicara agak ketus.

"Mau diobati sama mba Shazia cantik dong biar cepat sembuhnya," balas Shaka diikuti senyuman menggoda. Ia kemudian membenarkan posisi duduknya seperti yang diinginkan Shazia.

Shazia mendengkus kesal."Jangan mulai deh."

Shaka tergelak.

"Aku ngomong beneran lho, mba. Enggak sekedar gombalin Mba. Mba Shazia emang cantik banget kok. Mba tahu enggak. Mba itu wanita tercantik di dunia ini setelah ibuku."

Shazia termangu mendengar kata-kata Shaka. Tak menampik jika dalam hati kecilnya, ia tersipu mendengar pujian Shaka. Tapi lebih dari itu, ia merasa kagum karena Shaka masih memuji ibunya.

Itu artinya, Shaka benar-benar menyayangi umi Nuria dan menghormatinya. Tapi kenapa umi Nuria seolah tak sayang pada Shaka?

"Ehem. Kamu masih sekolah, ka?" Shazia mengalihkan pembicaraan sembari membuka tutup obat luka.

"Sekolah !" ucap Shaka. Keningnya mengernyit.

"Iya sekolah. Emang ada yang salah dari pertanyaan ku?"

"Enggak ada sih. Tapi apa iya anak sekolahan punya kumis dan jambang kayak aku?"

Shazia segera menutup mulutnya yang ingin mengeluarkan ledakan tawa. Anak ini selain genit bisa ngelawak juga. Tapi jika dipikir-pikir benar juga kata Shaka. Mana ada anak sekolahan yang memiliki kumis dan jambang. Bisa-bisa nya ia bertanya demikian saking bingungnya mau ngomong apa.

"Aku ini masih kuliah, mba. Bukan masih sekolah." Shaka menyambung kalimatnya.

Shazia manggut-manggut dengan bibir membentuk huruf O. Membuat Shaka terpana melihat bibir Shazia yang menggemaskan. Sementara yang punya bibir tak sadar jika bibirnya sedang dijadikan objek khayalan Shaka.

"Kuliah dimana?" Tanya Shazia yang merasa semakin penasaran. Meski penampilannya seperti anak berandalan, rupanya Shaka ini seorang mahasiswa.

Shaka terkesiap begitu sadar.

"Eee di...." Shaka garuk-garuk rambut sambil mikir.

"Jawabnya susah amat," kata Shazia seraya melirik Shaka melalui ekor mata.

"Universitas Juanda, Ya universitas Juanda." Shaka akhirnya menjawabnya dengan perasaan ragu.

Shaka tahu Shazia lulus dari kampus yang sama. Oleh karenanya, Ia takut Shazia mencari tahu tentangnya di kampus tersebut. Rata-rata anak kampus mengenalnya sebagai mahasiswa ber-image jelek. Ia sering kali di skorsing dengan berbagai masalah. Tapi masih beruntung hanya di skorsing, tak sampai di DO.

"Ishh Shaka. Lu mikir nya kejauhan banget. Mana mungkin calon kakak ipar lu mencari tahu tentang lu ampe kampus. Siapa elu Shakaaa." Shaka mensugesti dirinya sendiri dalam hati.

"Ehem. Sudah semester berapa?" Tanya Shazia.

"Empat," jawab Shaka.

"Baru empat. Setua ini baru semester empat !!!!!" Ucap Shazia yang kaget dan tak menyangka. Badan gede tinggi tegap, berjambang, berkumis rupanya masih bocah yang di perkirakan baru berusia dua puluh tahun. Jadi Shaka enam tahun lebih muda dari Emran, dan empat tahun lebih muda darinya.

Shaka terbengong mendengar Shazia mengatakan ia tua dan tak pantas baru semester empat.

"Kok ngatain aku tua sih !"

"Iya, kamu terlihat tua. Enggak cocok sama umur mu yang masih unyu-unyu. Coba deh kamu pangkas rambut mu yang gondrong ini. Kumis sama jambang mu cukur juga biar sesuai sama umur."

Kenapa calon kakak iparnya ini jadi ngatur-ngatur masalah penampilannya? Apa dia se-perhatian itu. Ah, Shaka....come on jangan ge'er.

"Enggak ah. Malas." Shaka menolak Saran Shazia mentah-mentah dengan bibir dikerucutkan.

"Ya udah. Aku enggak maksa."

"Kalau nanti aku pangkas rambut, kumis dan jambangku, aku takut mba Shazia akan jatuh cinta sama aku."

Shaka berbicara dengan begitu santainya. Seolah tanpa beban, dan tanpa rasa takut. Padahal, ia sudah di tonjok oleh Emran gara-gara menyinggung soal jatuh cinta.

Pupil mata Shazia sontak membulat sesat sebelum ia akhirnya menghela nafas panjang. Ada-ada saja calon adik iparnya yang tengil ini. Mana mungkin ia bakal jatuh cinta sama bocah kayak dia. Apa lagi dia adiknya Emran. Itu mustahil.

"Okey. Sekarang angkat sedikit dagu mu." Shazia yang sadar tujuan utamanya untuk mengobati luka Shaka bukan sekedar mengobrol pun langsung memberi arahan pada Shaka.

Shaka menurut melakukan apa yang di perintahkan Shazia.

Saat Shazia mengobati bibir Shaka dengan posisi saling berhadapan, saat itu pula Shaka menatap lamat-lamat wajah cantik Shazia dari dekat hingga ia terhanyut ke dalam khayalan indah nya.

Tanpa Shaka dan Shazia sadari, Emran memperhatikan interaksi keduanya dengan tangan terkepal.

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

waah...cerita cinta zhazia disini pasti seru nih mungkin juga adik dan kakak suka sama satu perempuan ,penasaran cerita selanjut nya kakk ,👍🥰

2025-01-31

2

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Hati2 Shaka....., ada yang terbakar.... salah2 kamu bakal diamuk lagi 😁😁

2025-01-31

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Shaka pasti ganteng nih kl udah potong rambut 🤭

2025-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 I love you, mba!
2 Bertengkar
3 Bertengkar 2
4 Mengobati luka Shaka
5 Doa Shaka
6 Disangka kabur
7 Anak haram
8 Shazia pergi
9 Bertemu Nisa
10 Kasih sayang Aliyah
11 Dirgantara
12 Kedatangan Emran
13 Salah sasaran
14 Akal bulus Shaka
15 Perkara rok
16 Orang gila
17 Teman nongkrong
18 Shaka tengil
19 Demi ibu
20 Terlambat
21 Dipecat
22 Mobil rental
23 Gara-gara Bu Parmi
24 Villa di atas bukit
25 Terkagum
26 Posesif
27 Janjian
28 Bertemu Umi Nuria
29 Kafe cinta
30 25 juta
31 Permohonan Emran
32 Jalur langit
33 Ditinggal
34 Dikejar Dirga
35 Dicuekin Shaka
36 Pria tulen
37 Nomer 20
38 Protektif
39 Kedatangan Dirga
40 Arimbi
41 Tanda lahir
42 Disekap
43 Bubur ayam
44 Diusir
45 Cewek itu
46 Playboy cap kadal
47 Sugar baby !
48 Tes DNA
49 Sales produk !
50 Shaka lagi !
51 Fitnah
52 Dipeluk Dirga
53 Nafkah
54 Kembali ke kantor
55 Hotel
56 Buka puasa
57 Setelah buka puasa
58 puber ke tiga
59 Pengantin itu, Nisa !
60 Shock
61 Shock 2
62 Penyesalan
63 ubur ubur ikan lele
64 Pantai
65 Black card
66 Siapa Shazia?
67 Mahluk jahat
68 Tetanggaan
69 Kepergok
70 Akhirnya Dirga tau
71 Canggung
72 Kecelakaan
73 Rumah sakit
74 Pertemuan dua keluarga
75 Berdebat
76 Pemutusan donasi
77 Kemarahan Ramlan
78 Jadi sopir
79 Rayuan Emran
80 Sarah Handoyo
81 Makan bersama
82 Pindahan
83 Shaka vs Emran
84 Prudential suite room
85 Dipandang gembel
86 Perkara dress
87 Mengunjungi kantor pusat
88 Kondangan
89 Gara-gara bulu mata
90 Vest Management
91 Permintaan Shazia
92 Melamar Shaka
93 Shaka vs Ramlan
94 Menunggu Shaka
95 Tuntutan Dirga
96 Menyanggupi
97 Menumpahkan unek-unek
98 Sah
99 Saling memaafkan
100 Keguguran
101 Ijin pindah
102 Suami ku bos?
103 Shock
104 Cemburu
105 Menggoda Shaka
106 unboxing
107 Setelah unboxing
108 Pengakuan Shaka
109 Cemburu berat
110 Tidur di luar
111 Shaka kecelakaan?
Episodes

Updated 111 Episodes

1
I love you, mba!
2
Bertengkar
3
Bertengkar 2
4
Mengobati luka Shaka
5
Doa Shaka
6
Disangka kabur
7
Anak haram
8
Shazia pergi
9
Bertemu Nisa
10
Kasih sayang Aliyah
11
Dirgantara
12
Kedatangan Emran
13
Salah sasaran
14
Akal bulus Shaka
15
Perkara rok
16
Orang gila
17
Teman nongkrong
18
Shaka tengil
19
Demi ibu
20
Terlambat
21
Dipecat
22
Mobil rental
23
Gara-gara Bu Parmi
24
Villa di atas bukit
25
Terkagum
26
Posesif
27
Janjian
28
Bertemu Umi Nuria
29
Kafe cinta
30
25 juta
31
Permohonan Emran
32
Jalur langit
33
Ditinggal
34
Dikejar Dirga
35
Dicuekin Shaka
36
Pria tulen
37
Nomer 20
38
Protektif
39
Kedatangan Dirga
40
Arimbi
41
Tanda lahir
42
Disekap
43
Bubur ayam
44
Diusir
45
Cewek itu
46
Playboy cap kadal
47
Sugar baby !
48
Tes DNA
49
Sales produk !
50
Shaka lagi !
51
Fitnah
52
Dipeluk Dirga
53
Nafkah
54
Kembali ke kantor
55
Hotel
56
Buka puasa
57
Setelah buka puasa
58
puber ke tiga
59
Pengantin itu, Nisa !
60
Shock
61
Shock 2
62
Penyesalan
63
ubur ubur ikan lele
64
Pantai
65
Black card
66
Siapa Shazia?
67
Mahluk jahat
68
Tetanggaan
69
Kepergok
70
Akhirnya Dirga tau
71
Canggung
72
Kecelakaan
73
Rumah sakit
74
Pertemuan dua keluarga
75
Berdebat
76
Pemutusan donasi
77
Kemarahan Ramlan
78
Jadi sopir
79
Rayuan Emran
80
Sarah Handoyo
81
Makan bersama
82
Pindahan
83
Shaka vs Emran
84
Prudential suite room
85
Dipandang gembel
86
Perkara dress
87
Mengunjungi kantor pusat
88
Kondangan
89
Gara-gara bulu mata
90
Vest Management
91
Permintaan Shazia
92
Melamar Shaka
93
Shaka vs Ramlan
94
Menunggu Shaka
95
Tuntutan Dirga
96
Menyanggupi
97
Menumpahkan unek-unek
98
Sah
99
Saling memaafkan
100
Keguguran
101
Ijin pindah
102
Suami ku bos?
103
Shock
104
Cemburu
105
Menggoda Shaka
106
unboxing
107
Setelah unboxing
108
Pengakuan Shaka
109
Cemburu berat
110
Tidur di luar
111
Shaka kecelakaan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!