Kasih sayang Aliyah

Aliyah menyentuh lengan Shazia dengan lembut, karena puteri nya itu tak kunjung menjawab pertanyaan nya.

"Ada apa nak? apa ada sesuatu yang terjadi di sana?"

Jika dilihat dari ekspresi Shazia, Aliyah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Wajah puterinya itu tampak sendu, tak memancarkan wajah berbinar-binar seperti pada umumnya orang yang sedang merasa bahagia.

Mestinya Shazia terlihat bahagia, karena kekasihnya telah mengenalkan orang tuanya padanya. Suatu hal yang tentu sangat dinanti-nantikan oleh Shazia. Tapi melihat wajah Shazia, Aliyah merasa tak yakin. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

Shazia terkesiap begitu ia sadar dari lamunan nya." Em. Bu, Shazia haus. Shazia mau minum dulu ya !'" ucap Shazia sambil menyentuh tenggorokan nya.

Bukan sekedar alasan. Shazia memang mendadak haus. Ia butuh air untuk melegakan kerongkongan nya yang terasa kering, agar nanti lancar menjelaskan apa yang sudah terjadi di rumah Emran pada sang ibu.

"Ya sudah, yuk kita masuk."

Aliyah kemudian menggiring Shazia masuk ke dalam rumah sederhana mereka. Setelah berada di dapur, Aliyah meminta Shazia untuk duduk di kursi meja makan yang diatasnya sudah tersedia beragam menu makanan.

Kening Shazia mengernyit heran melihat banyaknya makanan. Mereka hanya berdua tapi kenapa ibunya ini masak begitu banyak makanan.

Aliyah tersenyum lembut begitu mengerti keheranan Shazia. Ia langsung menjelaskan sebelum puterinya itu bertanya.

"Ibu masak banyak karena ibu pikir nak Emran ikut mengantar kamu pulang, sayang. Jadi kita bisa makan malam sama-sama."

Mendengar penjelasan Aliyah, Shazia menatap diam pada wajahnya dengan perasaan entah berantah dan lidah yang terasa kelu.

"Ya sudah. Kamu duduk dulu. Biar ibu yang ambilkan minumnya. Tadi ibu lupa belum menyiapkan air minum nya."

Hati menolak jangan, tapi bibir sulit mencegah nya. Shazia akhirnya hanya menatap punggung Aliyah dengan tatapan nanar.

Wanita setulus dan selembut itu, ya Allah. Ada yang tega mengatainya sebagai wanita penzina, melahirkan anak haram. Dan orang yang mengatainya itu yang tak lain adalah istri dari seorang ustad yang tentu pemahaman agama nya jauh lebih luas.

Tapi walau bagaimana pun masa lalu ibunya, dan apapun kata orang, ia tak peduli. Tak akan pernah bisa mempengaruhinya, mengurangi rasa sayangnya serta kepercayaan nya terhadap wanita yang sudah berjuang melahirkan hingga membesarkan nya seorang diri dengan darah dan air mata.

"Aku ikhlas jika aku yang harus menanggung dosa ibu di masa lalu. Tapi, aku enggak akan membiarkan siapa pun yang menghina dan menyakiti hatimu, ibu."

Shazia melihat ke atas, menahan air matanya yang hendak mengaliri pipi mulusnya. Ia memang sangat mencintai Emran, tapi rasa cintanya tak sebanding dengan rasa cintanya pada sang ibu. Cinta yang tiada batas hingga akhir hayatnya.

Shazia akan ikhlas jika nanti ia tak berjodoh dengan Emran. Ia tak akan pernah mendesak atau pun merayu tuhan untuk mempersatukan cinta mereka. Buat apa memaksa jika memang tak jodoh. Lagi pula, ia tak akan pernah ingin menikah dengan pria yang orang tuanya telah menghina ibunya. Kecuali, orang itu minta maaf dengan tulus.

"Ini ibu masak kesukaan mu, sayang. Kamu makan ya !" Aliyah mengangkat piring berisi udang krispi saus tiram, makanan kesukaan Shazia dan di letakkan di depan Shazia.

Shazia mengulas senyum lebar. Bagaimana ia tak sangat menyayangi wanita itu. Dari lahir hingga kini, ia dilayani dengan sangat baik. Ibunya itu selalu memberikan rasa kenyamanan dan perhatian yang luar biasa padanya.

"Terima kasih ya, Bu."

Aliyah tersenyum.

Makan malam pun berlangsung. Tak ada obrolan di meja makan. Hanya suara dentingan sendok saja. Ibu dan anak itu memang tak pernah membiasakan makan sambil mengobrol.

Shazia berusaha fokus menikmati masakan ibunya yang lezat dan membuang Emran yang tiba-tiba saja melintas di pikiran nya. Bohong jika hati kecilnya tak mengingat pria itu.

"Ehem. Bu !!" Shazia membuka suara setelah selesai makan.

Aliyah yang baru saja meneguk air putih, lekas meletakkan gelas nya.

"Apa ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan sama ibu, sayang?" Aliyah langsung bertanya begitu melihat sikap Shazia yang tampak ingin bicara tapi ragu.

Shazia menghela nafasnya dalam-dalam sebelum berbicara.

"Kalau.....misalnya Shazia enggak berjodoh dengan mas Emran, bagaimana Bu?"

Shazia akhirnya memilih melontarkan kalimat pertanyaan yang wajar pada Aliyah demi menjaga perasaan nya. Tak tega rasanya jika ia bercerita tentang bagaimana sikap orang tua Emran dan menyingung masa lalunya. Ia tak ingin membuat ibunya terluka dan bersedih.

Aliyah tampak termangu dengan arah tatap pada Shazia. Tapi tak lama, bibir wanita itu merekah.

"Ya enggak apa-apa, sayang. kalian enggak usah sedih. Harus kalian ingat, rezeki, maut, dan jodoh itu rahasia Allah. Kalau kalian enggak berjodoh itu namanya sudah ketentuan dari Allah. Kalian harus ikhlas menerimanya. Ya siapa tau saja. Dibalik enggak berjodohnya kalian ada rencana allah yang jauh lebih indah."

Shazia termangu mendengar jawaban bijak sang ibu. Tak sedikit pun ibunya itu menunjukan rasa emosionalnya.

"Kenapa ibu enggak tanya kenapa dan apa alasan ku? Atau setidaknya ia emosi atau apalah." Shazia membatin keheranan.

Aliyah pamit ke kamar duluan setelah selesai membereskan sisa makanan dengan alasan akan melakukan ibadah isya.

Shazia yang tak langsung beranjak memperhatikan punggung sang ibu dengan tanda tanya di otaknya. Kenapa ibu nya bersikap santai sekali. Padahal Aliyah sangat excited sekali saat ia bercerita jika Emran, calon menantu idaman nya ingin berniat serius dengannya.

Aliyah sendiri yang justru menjadi support terdepan hubungan mereka hingga terjalin. Aliyah lah yang kerap kali meyakinkan Shazia untuk menerima Emran dengan alasan Emran merupakan pria berakhlak baik dan Sholeh. Pasti bisa membimbing Shazia agar lebih dekat lagi dengan tuhan nya.

Tanpa Shazia ketahui, Aliyah menyender pada pintu dengan kedua bahu bergetar. Air mata nya meluruh mengaliri pipinya dengan begitu derasnya. Ya, Aliyah menangis. Jangan dikira ia tak tahu. Insting ibu tak pernah salah. Ia tahu alasan putri nya berkata demikian.

"Maafkan ibu, ya nak. Maafkan ibu. Gara-gara ibu kamu yang jadi korbannya. Tapi ibu lebih takut kehilangan kamu, nak. Ibu takut Dirgantara membunuh mu."

Keesokan pagi.

Shazia tersenyum menatap pada sebuah gedung yang tak terlalu besar. Gedung dimana selama tiga tahun ini ia mengais rezeki.

Setelah libur dua hari, akhirnya ia kembali bekerja dan akan menyibukkan diri lagi. Semoga dengan kesibukan nya nanti, ia bisa melupakan Emran perlahan.

Baru hendak melangkah, sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di depan gedung tersebut. Setelah pintu mobil terbuka secara otomatis, keluarlah seorang pria yang tak lagi muda. Meski rambutnya sudah ditumbuhi uban, tapi hal itu tak mengurangi kadar kegagahan pria tersebut.

Ya, pria tersebut tampak gagah sekali. Seperti bos-bos besar. Tubuhnya tinggi tegap dibalut jas hitam.

"Selamat datang, pak Dirga !!"

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

masih penasarn dgn masa lalu ibu mu shaa ...trus sepertinya ada rahasia yg di sembunyikan aliyah ibu nya shazia trus siapa dirgantara ituu..jgn,,ayah biologis shazia,lanjut kak thorr👍

2025-02-04

2

Wanita Aries

Wanita Aries

Wuaduh trnyata satu kantor sama bpknya.
Apa mngkin dlu dsuruh dgugurkan makanya ibunya pergi jauh.

2025-02-04

2

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Berarti Shazia anak Dirgantara, bos tempat Shazia bekerja?. Penuh teka teki, makin penasaran...

2025-02-05

1

lihat semua
Episodes
1 I love you, mba!
2 Bertengkar
3 Bertengkar 2
4 Mengobati luka Shaka
5 Doa Shaka
6 Disangka kabur
7 Anak haram
8 Shazia pergi
9 Bertemu Nisa
10 Kasih sayang Aliyah
11 Dirgantara
12 Kedatangan Emran
13 Salah sasaran
14 Akal bulus Shaka
15 Perkara rok
16 Orang gila
17 Teman nongkrong
18 Shaka tengil
19 Demi ibu
20 Terlambat
21 Dipecat
22 Mobil rental
23 Gara-gara Bu Parmi
24 Villa di atas bukit
25 Terkagum
26 Posesif
27 Janjian
28 Bertemu Umi Nuria
29 Kafe cinta
30 25 juta
31 Permohonan Emran
32 Jalur langit
33 Ditinggal
34 Dikejar Dirga
35 Dicuekin Shaka
36 Pria tulen
37 Nomer 20
38 Protektif
39 Kedatangan Dirga
40 Arimbi
41 Tanda lahir
42 Disekap
43 Bubur ayam
44 Diusir
45 Cewek itu
46 Playboy cap kadal
47 Sugar baby !
48 Tes DNA
49 Sales produk !
50 Shaka lagi !
51 Fitnah
52 Dipeluk Dirga
53 Nafkah
54 Kembali ke kantor
55 Hotel
56 Buka puasa
57 Setelah buka puasa
58 puber ke tiga
59 Pengantin itu, Nisa !
60 Shock
61 Shock 2
62 Penyesalan
63 ubur ubur ikan lele
64 Pantai
65 Black card
66 Siapa Shazia?
67 Mahluk jahat
68 Tetanggaan
69 Kepergok
70 Akhirnya Dirga tau
71 Canggung
72 Kecelakaan
73 Rumah sakit
74 Pertemuan dua keluarga
75 Berdebat
76 Pemutusan donasi
77 Kemarahan Ramlan
78 Jadi sopir
79 Rayuan Emran
80 Sarah Handoyo
81 Makan bersama
82 Pindahan
83 Shaka vs Emran
84 Prudential suite room
85 Dipandang gembel
86 Perkara dress
87 Mengunjungi kantor pusat
88 Kondangan
89 Gara-gara bulu mata
90 Vest Management
91 Permintaan Shazia
92 Melamar Shaka
93 Shaka vs Ramlan
94 Menunggu Shaka
95 Tuntutan Dirga
96 Menyanggupi
97 Menumpahkan unek-unek
98 Sah
99 Saling memaafkan
100 Keguguran
101 Ijin pindah
102 Suami ku bos?
103 Shock
104 Cemburu
105 Menggoda Shaka
106 unboxing
107 Setelah unboxing
108 Pengakuan Shaka
109 Cemburu berat
110 Tidur di luar
111 Shaka kecelakaan?
112 Mas !
Episodes

Updated 112 Episodes

1
I love you, mba!
2
Bertengkar
3
Bertengkar 2
4
Mengobati luka Shaka
5
Doa Shaka
6
Disangka kabur
7
Anak haram
8
Shazia pergi
9
Bertemu Nisa
10
Kasih sayang Aliyah
11
Dirgantara
12
Kedatangan Emran
13
Salah sasaran
14
Akal bulus Shaka
15
Perkara rok
16
Orang gila
17
Teman nongkrong
18
Shaka tengil
19
Demi ibu
20
Terlambat
21
Dipecat
22
Mobil rental
23
Gara-gara Bu Parmi
24
Villa di atas bukit
25
Terkagum
26
Posesif
27
Janjian
28
Bertemu Umi Nuria
29
Kafe cinta
30
25 juta
31
Permohonan Emran
32
Jalur langit
33
Ditinggal
34
Dikejar Dirga
35
Dicuekin Shaka
36
Pria tulen
37
Nomer 20
38
Protektif
39
Kedatangan Dirga
40
Arimbi
41
Tanda lahir
42
Disekap
43
Bubur ayam
44
Diusir
45
Cewek itu
46
Playboy cap kadal
47
Sugar baby !
48
Tes DNA
49
Sales produk !
50
Shaka lagi !
51
Fitnah
52
Dipeluk Dirga
53
Nafkah
54
Kembali ke kantor
55
Hotel
56
Buka puasa
57
Setelah buka puasa
58
puber ke tiga
59
Pengantin itu, Nisa !
60
Shock
61
Shock 2
62
Penyesalan
63
ubur ubur ikan lele
64
Pantai
65
Black card
66
Siapa Shazia?
67
Mahluk jahat
68
Tetanggaan
69
Kepergok
70
Akhirnya Dirga tau
71
Canggung
72
Kecelakaan
73
Rumah sakit
74
Pertemuan dua keluarga
75
Berdebat
76
Pemutusan donasi
77
Kemarahan Ramlan
78
Jadi sopir
79
Rayuan Emran
80
Sarah Handoyo
81
Makan bersama
82
Pindahan
83
Shaka vs Emran
84
Prudential suite room
85
Dipandang gembel
86
Perkara dress
87
Mengunjungi kantor pusat
88
Kondangan
89
Gara-gara bulu mata
90
Vest Management
91
Permintaan Shazia
92
Melamar Shaka
93
Shaka vs Ramlan
94
Menunggu Shaka
95
Tuntutan Dirga
96
Menyanggupi
97
Menumpahkan unek-unek
98
Sah
99
Saling memaafkan
100
Keguguran
101
Ijin pindah
102
Suami ku bos?
103
Shock
104
Cemburu
105
Menggoda Shaka
106
unboxing
107
Setelah unboxing
108
Pengakuan Shaka
109
Cemburu berat
110
Tidur di luar
111
Shaka kecelakaan?
112
Mas !

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!