Perkara rok

"Ayok, mba naik !" titah Shaka saat melihat Shazia tak kunjung naik ke atas moge. Gadis itu tampak diam kebingungan.

"Mba, ayok cepetan naik. Nanti keburu para preman berdatangan kemari." Shaka kembali memburu-buru Shazia yang sebenarnya hanya akal-akalan nya. Bukan para preman yang akan berdatangan melainkan dirinya sendiri yang merasa tak sabar ingin segera membonceng wanita pujaan hatinya.

Shazia lantas menatap pada wajah Shaka dengan tatapan sebal.

"Gimana cara naik nya, Shaka ????" Tanya Shazia yang kesal karena Shaka terus memburu-buru dan tak peka pada kondisinya.

Alis Shaka tertaut. Dasar cewek. Naik ya tinggal naik aja kok rempong amat. Kalau tak cinta sudah ditinggal dari tadi. Berhubung cinta nya 99% pada cewek rempong ini ya dah lah sabarin aja.

"Tinggal naik aja mba. Pertama kaki kiri naik ke pijakan kaki. Terus angkat badan mba ke atas. Kaki kanan putar ke kanan, lalu mba duduk deh," tutur Shaka memberi arahan pada Shazia gimana caranya naik moge.

Shazia mendengkus.

"Itu mah aku juga ngerti, Shaka. Enggak beda jauh sama naik motor biasa. Cuma masalahnya aku pakai rok. Gimana coba naiknya ?"

Shaka langsung melihat pada bawahan Shazia. Apa yang dikatakan Shazia ternyata benar jika ia memakai rok panjang warna navy.

Huh. Shaka meniup angin ke atas hidung hingga helaian rambut yang ada di jidatnya beterbangan.

"Tau gini, aku bawa mobil tadi."

"Hah, apa? kamu ngomong apa, ka?" Tanya Shazia yang sempat mendengar gumaman Shaka. Hanya saja kurang jelas.

Shaka yang keceplosan pun segera membekap mulutnya. Lalu pria itu menyengir.

"Enggak, mba. Aku tadi lagi ngayal. Andai saja aku punya mobil mungkin bidadari ku ini sudah ku angkut pakai mobil dalam mimpi ku."

Mendengar gombalan Shaka, Shazia langsung memasang wajah sebal pada pria tersebut.

"Jangan mulai deh, ka. Kalau enggak mau ku jewer telinga mu sampai copot."

Shaka tergelak.

Hening. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Ee...gimana kalau mba duduknya menyamping aja !" Shaka tiba-tiba memberi usul di tengah keheningan.

"Terus aku pegangnya gimana nanti?" Tanya Shazia yang masih bingung.

"Ya pegangan pakai satu tangan ke pinggang ku, mba."

"What !!" pekik Shazia. Dan langsung menggeleng menolak usulan Shaka dengan tegas.

"Lah, emang kenapa, mba? biar tampang ku begini tapi di jamin badan ku enggak bau kok. Mba tenang aja."

"Bukan. Bukan itu." Shazia geleng-geleng kepala.

"Terus ?"

"Kita bukan muhrim, Shaka. Aku enggak bisa pegangan sama kamu."

Shaka terdiam. Otaknya mikir sesuatu.

"Bukan muhrim ya, mba. Kalau sama kak Emran gimana? Muhrim bukan, mba?"

Pertanyaan Shaka yang bernada sindiran itu sontak membuat Shazia melotot tajam pada pria yang kini cengengesan.

"Maksud kamu apa ya?"

"Enggak mba. Aku cuma becanda. Beneran, suer !!" Shaka mengelak seraya mengacungkan dua jari.

Shazia menarik nafas dalam-dalam. Sepertinya anak ini harus diberi penjelasan agar tak berpikir yang macam-macam padanya juga Emran.

"Gini ya, ka. Pertama. Aku dan mas Emran emang beberapa kali pergi bareng tapi kami enggak pernah naik motor. Jadi enggak ada itu yang namanya pegang-pegangan."

"Ya elah. Kaku amat gaya pacaran kalian." Shaka menyela membuat Shazia melotot kesal.

"Dengar ya. Kami enggak sekedar pacaran, tapi kami berkomitmen untuk langsung melangkah ke jenjang pernikahan," jelas Shazia.

Bukan omong bohong. Memang faktanya seperti itu. Saat Emran mengungkapkan perasaannya, saat itu pula pria itu mengutarakan keinginan untuk menikahi Shazia secepatnya. Bisa dibilang, Emran telah melamar Shazia secara personal belum kekeluargaan. Bahkan cincin sementara sudah tersemat di jari manis Shazia, sebagai tanda bukti jika pria itu benar-benar serius.

Mendengar kata komitmen dan pernikahan, tiba-tiba hati Shaka mendesir. Jujur, ia tak suka mendengar kata-kata itu dari Shazia.

"Next, mba. Yang kedua nya apa?" Shaka sengaja mengalihkan topik pembahasan. Ia tak ingin Shazia membahas masalah komitmen pernikahan dengan kalimat yang lebih panjang. Telinganya panas rasanya.

"Yang kedua. Sikap dan sifat mas Emran itu enggak seperti kamu, Shaka. Mas Emran itu orang nya lembut dan sopan banget. Jangan kan menyentuh, menatap ku aja dia sangat hati-hati. Bahkan kerap kali menjaga pandangan nya. Emangnya kamu !!!!!!" Shazia tersenyum ejek.

Shaka meneguk ludah. Yang kedua rupanya lebih tak enak didengar dan bikin kuping makin panas. Ujung-ujungnya mba Shazia membandingkan dirinya dengan rival nya yang sok alim itu.

Ck, menjaga pandangan katanya. Mba Shazia enggak tahu saja kalau kakaknya itu pernah kepergok sedang melototi cewek se xi tanpa kedip waktu diajak kondangan ke orang kaya sama Abi dan umi.

"Cincin mba cantik banget ya, sama cantiknya seperti yang memakainya," puji Shaka.

Shaka yang tak suka dirinya di banding-bandingkan dengan Emran pun mengalihkan perhatian Shazia pada cincin yang melingkar di jemari manisnya. Untung matanya jeli. Jadi ia bisa langsung mengarahkan perhatian Shazia pada cincin tersebut tanpa berpikir panjang.

Shazia melihat pada cincin nya seraya tersenyum malu-malu.

"Oh ini. Iya dong cantik. Siapa lagi yang kasih cincin ini kalau bukan mas Emran," terang Shazia dengan senyum yang tak kunjung hilang.

Shaka terdiam dengan arah tatap pada wajah Shazia.

"Kamu tau enggak, ka. Kalau cincin ini cincin dari mas Emran sebagai tanda cinta nya ke aku. Dia bilang agar enggak ada cowok yang berani deketin aku." Shazia menyambung kalimatnya dengan berbinar-binar.

Glek. Shaka berusaha menelan ludahnya dengan susah payah. Alih-alih ingin membuang Emran dari pikiran Shazia, Shazia justru dengan bangganya menceritakan dari mana asal usul cincin yang ada di jemari nya tersebut. Yang tak lain adalah pemberian Emran sebagai tanda cinta nya pada Shazia.

Pembahasan yang ketiga ini ternyata jauh lebih menyesakkan dari pada dua pembahasan sebelumnya. Tahu gitu kenapa tadi dia enggak bilang saja kalau cincin nya itu jelek dan sangat norak.

"Ck, cuma cincin emas. Paling enggak lebih dari lima gram. Kalau aku yang jadi pacarnya jangankan emas lima gram, berlian lima karat saja masih sanggup ku belikan."

"Apa, kamu ngomong apa, Shaka?" Tanya Shazia yang menangkap remang gumaman Shaka.

Shaka segera menggeleng dan tersenyum keterpaksaan.

"Okey, mba. Sekarang mba mau ku antar pulang atau mau disini saja? Soalnya aku enggak bisa nunggu lama-lama. Kalau mau diantar ayok, kalau enggak mau ya sudah aku tinggal," ujar Shaka yang tak mood gara-gara cincin.

Shazia celingukan. Jalanan itu tampak sepi. Warung-warung maupun toko-toko yang ada pikir jalanan pun sudah pada tutup.

"Okey, okey. Aku ikut dengan mu," putus Shazia yang tak punya pilihan lain.

Shazia kemudian naik ke atas moge Shaka dengan posisi menyamping. Di tengahnya diselipkan tas agar badan nya tak menyentuh badan Shaka.

Shaka yang malas berkomentar hanya menghela nafas dan geleng-geleng kepala.

"Pegangan, mba. Biar enggak jatuh. Tapi itu pun terserah mba. Mau silahkan, enggak mau ya sudah. Aku enggak akan maksa," tutur Shaka dengan nada ketus sebelum ia menarik gas.

Kening Shazia mengernyit. Ia merasa ada yang aneh dari sikap Shaka kali ini.

Karena Shazia tak kunjung melakukan apa yang disuruhnya, Shaka terpaksa menarik tangan Shazia dan diletakkan di perut nya.

Mata Shazia membola terkejut. Tapi belum sempat ia protes dan menarik tangannya lagi, Shaka langsung menarik gas dengan kencang. Ngeng.....

Niat hati mau menarik tangannya, Shazia justru mencengkram kuat perut Shaka.

"Aaaa...Shakaaaa...jangan kenceng-kenceng. Aku takuuuutt !!!" teriak Shazia.

Teriakan Shazia tak membuat Shaka mengurangi kecepatan. Pria itu justru menambah kecepatan laju nya.

Dan otomatis, Shazia pun kini memeluk Shaka. Bahkan tas yang diselipkan di tengah tadi, ia singkirkan agar bisa memegang Shaka lebih erat.

Dibalik helm full face, senyum Shaka terkembang lebar, lebar dan semakin lebar.

"Salah sendiri sudah bikin aku cemburu. Lama-lama ku culik dan ku nikahi paksa kamu, mba."

Terpopuler

Comments

Chusnul Zazah

Chusnul Zazah

😅😅😅Shaka kang modus menang banyak dibanding Emran yg sok alim buat PDKT, tapi kamu apa adanya meskipun sedikit jahil?? moga aja lama2 hati neng Shazia bisa nyangkut, kalau tahu gimana emak & anak yg sok baik?? padahal hatinya penuh dg duri, karena itu dengki 🤭🤔🤔

2025-02-14

0

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Baru kali ini aku dukung tikung menikung ya Ka. Moga kamu bisa cepet dapatin hatinya Sha. Tapi klu bisa, sifat tengil mu itu kadarnya dikurangin 😂😂

2025-02-07

1

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Dah lah Sha....coba lupain Emran, walo sulit tapi demi kebaikan kamu juga. Mulut Uminya itu loh Sha... pedes ngalahin pedesnya cabe sekilo.

2025-02-07

0

lihat semua
Episodes
1 I love you, mba!
2 Bertengkar
3 Bertengkar 2
4 Mengobati luka Shaka
5 Doa Shaka
6 Disangka kabur
7 Anak haram
8 Shazia pergi
9 Bertemu Nisa
10 Kasih sayang Aliyah
11 Dirgantara
12 Kedatangan Emran
13 Salah sasaran
14 Akal bulus Shaka
15 Perkara rok
16 Orang gila
17 Teman nongkrong
18 Shaka tengil
19 Demi ibu
20 Terlambat
21 Dipecat
22 Mobil rental
23 Gara-gara Bu Parmi
24 Villa di atas bukit
25 Terkagum
26 Posesif
27 Janjian
28 Bertemu Umi Nuria
29 Kafe cinta
30 25 juta
31 Permohonan Emran
32 Jalur langit
33 Ditinggal
34 Dikejar Dirga
35 Dicuekin Shaka
36 Pria tulen
37 Nomer 20
38 Protektif
39 Kedatangan Dirga
40 Arimbi
41 Tanda lahir
42 Disekap
43 Bubur ayam
44 Diusir
45 Cewek itu
46 Playboy cap kadal
47 Sugar baby !
48 Tes DNA
49 Sales produk !
50 Shaka lagi !
51 Fitnah
52 Dipeluk Dirga
53 Nafkah
54 Kembali ke kantor
55 Hotel
56 Buka puasa
57 Setelah buka puasa
58 puber ke tiga
59 Pengantin itu, Nisa !
60 Shock
61 Shock 2
62 Penyesalan
63 ubur ubur ikan lele
64 Pantai
65 Black card
66 Siapa Shazia?
67 Mahluk jahat
68 Tetanggaan
69 Kepergok
70 Akhirnya Dirga tau
71 Canggung
72 Kecelakaan
73 Rumah sakit
74 Pertemuan dua keluarga
75 Berdebat
76 Pemutusan donasi
77 Kemarahan Ramlan
78 Jadi sopir
79 Rayuan Emran
80 Sarah Handoyo
81 Makan bersama
82 Pindahan
83 Shaka vs Emran
84 Prudential suite room
85 Dipandang gembel
86 Perkara dress
87 Mengunjungi kantor pusat
88 Kondangan
89 Gara-gara bulu mata
90 Vest Management
91 Permintaan Shazia
92 Melamar Shaka
93 Shaka vs Ramlan
94 Menunggu Shaka
95 Tuntutan Dirga
96 Menyanggupi
97 Menumpahkan unek-unek
98 Sah
99 Saling memaafkan
100 Keguguran
101 Ijin pindah
102 Suami ku bos?
103 Shock
104 Cemburu
105 Menggoda Shaka
106 unboxing
107 Setelah unboxing
108 Pengakuan Shaka
109 Cemburu berat
110 Tidur di luar
111 Shaka kecelakaan?
112 Mas !
Episodes

Updated 112 Episodes

1
I love you, mba!
2
Bertengkar
3
Bertengkar 2
4
Mengobati luka Shaka
5
Doa Shaka
6
Disangka kabur
7
Anak haram
8
Shazia pergi
9
Bertemu Nisa
10
Kasih sayang Aliyah
11
Dirgantara
12
Kedatangan Emran
13
Salah sasaran
14
Akal bulus Shaka
15
Perkara rok
16
Orang gila
17
Teman nongkrong
18
Shaka tengil
19
Demi ibu
20
Terlambat
21
Dipecat
22
Mobil rental
23
Gara-gara Bu Parmi
24
Villa di atas bukit
25
Terkagum
26
Posesif
27
Janjian
28
Bertemu Umi Nuria
29
Kafe cinta
30
25 juta
31
Permohonan Emran
32
Jalur langit
33
Ditinggal
34
Dikejar Dirga
35
Dicuekin Shaka
36
Pria tulen
37
Nomer 20
38
Protektif
39
Kedatangan Dirga
40
Arimbi
41
Tanda lahir
42
Disekap
43
Bubur ayam
44
Diusir
45
Cewek itu
46
Playboy cap kadal
47
Sugar baby !
48
Tes DNA
49
Sales produk !
50
Shaka lagi !
51
Fitnah
52
Dipeluk Dirga
53
Nafkah
54
Kembali ke kantor
55
Hotel
56
Buka puasa
57
Setelah buka puasa
58
puber ke tiga
59
Pengantin itu, Nisa !
60
Shock
61
Shock 2
62
Penyesalan
63
ubur ubur ikan lele
64
Pantai
65
Black card
66
Siapa Shazia?
67
Mahluk jahat
68
Tetanggaan
69
Kepergok
70
Akhirnya Dirga tau
71
Canggung
72
Kecelakaan
73
Rumah sakit
74
Pertemuan dua keluarga
75
Berdebat
76
Pemutusan donasi
77
Kemarahan Ramlan
78
Jadi sopir
79
Rayuan Emran
80
Sarah Handoyo
81
Makan bersama
82
Pindahan
83
Shaka vs Emran
84
Prudential suite room
85
Dipandang gembel
86
Perkara dress
87
Mengunjungi kantor pusat
88
Kondangan
89
Gara-gara bulu mata
90
Vest Management
91
Permintaan Shazia
92
Melamar Shaka
93
Shaka vs Ramlan
94
Menunggu Shaka
95
Tuntutan Dirga
96
Menyanggupi
97
Menumpahkan unek-unek
98
Sah
99
Saling memaafkan
100
Keguguran
101
Ijin pindah
102
Suami ku bos?
103
Shock
104
Cemburu
105
Menggoda Shaka
106
unboxing
107
Setelah unboxing
108
Pengakuan Shaka
109
Cemburu berat
110
Tidur di luar
111
Shaka kecelakaan?
112
Mas !

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!