Shazia pergi

"Shazia !!"

Emran teriak panik melihat ceceran darah di lantai. Ia begitu takut jika darah tersebut adalah darah Shazia. Meski belum tahu pasti darah tersebut darah siapa, tapi Emran benar-benar sudah ketakutan duluan.

Ternyata teriakan Emran mengundang perhatian saudara-saudaranya. Mereka lantas berdatangan.

"Ada apa, Emran?" Tanya Hamid, salah satu paman Emran dari pihak ibu.

"Apa kalian melihat Shazia, calon istriku?" Emran menjawabnya dengan kalimat pertanyaan. Ia tak hanya bertanya pada Hamid saja, tapi pada semua orang yang kini menatapnya.

Hamid menggeleng. Begitu pun dengan saudara-saudara nya yang lain. Tapi ada juga beberapa dari mereka yang hanya diam.

"Kami enggak lihat Shazia dari tadi. Paman pikir dia sedang sama kamu di kamar umi." Malik yang menjawab.

Mendengar kata paman nya itu, tubuh Emran gemetar. Apa itu artinya ini benar-benar darah Shazia? dan Shazia mendengar obrolan nya bersama umi lalu menjatuhkan minuman ini.

"Ada apa? ada apa ini ? Kenapa semuanya berkumpul disini? Bukan nya pada cepat sholat dhuhur. Keburu habis nanti waktunya."

Ustad Ramlan tiba-tiba datang dan mengomeli semua orang.

"Iya, mas. Tapi ini Emran lho yang bikin kita menunda sholat." Hamid yang menyahut.

Ramlan langsung melihat pada Emran.

"Ada apa, Emran?"

"Apa Abi melihat Shazia?" Emran balik bertanya dengan penuh harap. Ayahnya adalah orang terakhir yang ia tanyakan. Ia berharap ayah nya tahu dimana keberadaan Shazia.

Kening Ramlan mengernyit bingung.

"Lah, lihat nak Shazia gimana to, Ran. Abi saja baru dari mushola."

Pupus sudah. Tubuh Emran semakin gemetar. Orang yang menjadi satu-satunya harapan pun tak tahu. Semua orang tak ada yang melihat keberadaan Shazia. Lantas kemana Shazia. Apa mungkin dia pulang hujan-hujanan?

"Itu apa yang di lantai, Emran? Kenapa ada gelas pecah dan ada darah juga? darah siapa itu?" Tanya ustad Ramlan begitu tatapan nya terarah pada lantai.

Emran yang pikiran nya tengah kalut pun tak menjawab. Ia hanya menunduk dengan kedua bahu agak bergetar. Sepertinya pria itu menahan tangis.

Semua orang kebingungan termasuk Ramlan. Apa yang sedang terjadi sebenarnya? kenapa Emran mencari-cari nak Shazia? kemana sebenarnya dia.

Tak lama, Iyem melintas sembari membawa pakaian hasil disetrika. Wanita baya itu kebingungan melihat orang-orang pada ngumpul di depan kamar umi Nuria.

"Bi Iyem lihat nak Shazia enggak ya?" Tanya Ramlan begitu melihat wanita baya tersebut.

Bi Iyem menggeleng." Enggak, ya'i. Maaf kalau bibi boleh tau ini ada apa to?"

"Emran lagi mencari Shazia, Bi." Malik yang menjawab.

Bi Iyem manggut-manggut dengan arah tatap pada Emran. Melihat den Emran, ia baru ingat sesuatu.

"Sebelumnya bibi mohon maaf, den Emran."

Emran langsung melihat pada Bi Iyem.

"Tadi sebelum nyetrika, mba Shazia maksa ingin menggantikan bibi bikinin wedang jahe buat umi. Bibi enggak bisa nolak, den. Bibi mohon maaf ya den."

Wedang jahe !! Emran melihat pada lantai. Apa mungkin ini wedang jahe buatan Shazia. Dia ingin memberikan nya pada umi lalu....

"Ya Allah, Shazia ...." Emran mengusap wajahnya kasar, kemudian segera pergi dengan langkah setengah berlari. Ia yakin Shazia pergi setelah mendengar ucapan umi Nuria.

Di balik daun pintu, umi Nuria menguping. Senyumnya terkembang lebar mendengar percakapan orang-orang di luar.

"Jadi, wanita itu mendengar omongan ku dan pergi. Bagus lah. Jadi aku enggak perlu repot-repot lagi memperingatinya untuk menjauhi putera ku. Ck. Jangan bermimpi kamu bisa menikah dengan anak ku. Karena aku enggak akan membiarkan itu terjadi."

Di bawah derasnya air hujan yang tak henti-henti, Shazia melangkah cepat menjauhi rumah ustad Ramlan tanpa mempedulikan luka di kakinya. Luka tergores pecahan gelas. Darah keluar tiada henti sampai membaur dengan air hujan. Rasanya sangat perih sekali, tapi tentu tak se-perih hatinya.

Ucapan ibunda Emran benar-benar melukai perasaan Shazia, dan membuat gadis itu nekad pergi karena tak mampu menahan rasa sedihnya.

Shazia tak akan peduli jika keluarga Emran menganggapnya tak sopan sebab ia pergi tanpa pamit. Shazia pergi tanpa berpamitan pada siapa pun.

Setelah berjalan dengan susah payah, akhirnya ia sampai di gapura. Shazia celingukan mencari kendaraan umum.

"Shazia !!"

Shazia terkejut mendengar seseorang berteriak memanggil namanya. Ia lantas menoleh ke belakang. Terlihat jelas Emran berlari kearah nya.

Pada saat yang sama, sebuah taxi berhenti di depan nya.

Shazia yang kini hatinya tengah dilanda kesedihan dan kekecewaan pun memilih segera menaiki taxi tersebut.

"Cepat jalan, pak."

"Iya, mba."

Taxi itu pun melaju.

Shazia dapat melihat, Emran mengejar taxi yang ia naiki. Ada rasa kasihan sebenarnya. Namun bagaimana lagi. Ia tak ingin menambah luka dihati nya. Ia perlu waktu.

"Maafkan aku, mas. Aku belum siap berbicara dengan mu." Shazia membatin dengan linangan air mata.

"Sampai mati pun, umi enggak akan pernah merestui kamu menikahi anak haram yang lahir dari rahim seorang perempuan pezina, Emran !!!"

Shazia memejamkan mata. Kata-kata jahat Umi Nuria kembali membayangi fikiran nya. Anak haram. Perempuan pezina. Ya Allah. Ibunda Emran tak hanya menghina nya, tapi juga menghina seorang ibu yang amat sangat dicintainya.

Apa yang Shazia takutkan kini telah terjadi jika berhubungan dengan pria sesempurna Emran. Pria tampan dan juga berasal dari keluarga terhormat.

Emran itu bisa dikatakan cinta pertama Shazia. Shazia baru merasakan yang namanya jatuh cinta ya saat bertemu dengan Emran secara tak sengaja.

Emran yang karismatik, bersikap sopan, dan bertutur kata lembut itu mampu membuat seorang Shazia yang dingin pada laki-laki jatuh cinta dalam hitungan minggu saja.

Sebelumnya Shazia tak pernah menyukai siapapun dan selalu menjaga perasaan nya jika didekati seseorang.

Bukan tanpa alasan. Latar belakang lah yang membuatnya menutup diri maupun menutup hati. Ia takut terluka. Takut keluarganya tak bisa menerima kekurangan nya.

Tapi saat Shazia mengenal Emran, pria itu seolah meyakinkan padanya jika ia pantas jatuh cinta dan pantas dicintai. Emran juga meyakinkan padanya jika keluarganya akan menerima kekurangan nya, karena orang tuanya merupakan orang-orang yang memiliki akidah dan akhlak yang baik.

Tapi kini faktanya, ibunda Emran menolaknya mentah-mentah. Apakah hubungan yang baru terjalin seumur jagung ini harus diakhiri saja?

"Maaf, mba. Kita mau kemana ya?"

Pertanyaan sopir taxi mengejutkan Shazia dari lamunan nya.

Shazia lantas mengusap wajah dan beristigfar. Ia mikir sejenak. Kemana ia harus pergi? Tak mungkin kan pulang dalam keadaan basah kuyup. Shazia khawatir sang ibu mencecar nya nanti.

"Tolong antarkan saya ke jalan jati beringin saja, pak."

Shazia tahu kemana ia harus datang jika dalam keadaan suasana hati yang sedang tak baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Nyesek banget 😭😭. Kasian Shazia, dia gak salah tapi harus menanggung beban. Lebih baik kamu pergi Zia, dari pada tidak diterima. Cinta tanpa restu kadang gak mudah, pa lagi Umi Emran agak licik.

2025-02-02

0

Nar Sih

Nar Sih

sabarr ya shazia ,ujian hidup mu berat banget ,tenang kan hti mu mungkin emran emang bukan jodoh mu lebih baik kmu pergi

2025-02-03

0

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Umi benar2 keterlaluan, mulutnya pedes banget ngalahin pedesnya bon cabe.

2025-02-02

0

lihat semua
Episodes
1 I love you, mba!
2 Bertengkar
3 Bertengkar 2
4 Mengobati luka Shaka
5 Doa Shaka
6 Disangka kabur
7 Anak haram
8 Shazia pergi
9 Bertemu Nisa
10 Kasih sayang Aliyah
11 Dirgantara
12 Kedatangan Emran
13 Salah sasaran
14 Akal bulus Shaka
15 Perkara rok
16 Orang gila
17 Teman nongkrong
18 Shaka tengil
19 Demi ibu
20 Terlambat
21 Dipecat
22 Mobil rental
23 Gara-gara Bu Parmi
24 Villa di atas bukit
25 Terkagum
26 Posesif
27 Janjian
28 Bertemu Umi Nuria
29 Kafe cinta
30 25 juta
31 Permohonan Emran
32 Jalur langit
33 Ditinggal
34 Dikejar Dirga
35 Dicuekin Shaka
36 Pria tulen
37 Nomer 20
38 Protektif
39 Kedatangan Dirga
40 Arimbi
41 Tanda lahir
42 Disekap
43 Bubur ayam
44 Diusir
45 Cewek itu
46 Playboy cap kadal
47 Sugar baby !
48 Tes DNA
49 Sales produk !
50 Shaka lagi !
51 Fitnah
52 Dipeluk Dirga
53 Nafkah
54 Kembali ke kantor
55 Hotel
56 Buka puasa
57 Setelah buka puasa
58 puber ke tiga
59 Pengantin itu, Nisa !
60 Shock
61 Shock 2
62 Penyesalan
63 ubur ubur ikan lele
64 Pantai
65 Black card
66 Siapa Shazia?
67 Mahluk jahat
68 Tetanggaan
69 Kepergok
70 Akhirnya Dirga tau
71 Canggung
72 Kecelakaan
73 Rumah sakit
74 Pertemuan dua keluarga
75 Berdebat
76 Pemutusan donasi
77 Kemarahan Ramlan
78 Jadi sopir
79 Rayuan Emran
80 Sarah Handoyo
81 Makan bersama
82 Pindahan
83 Shaka vs Emran
84 Prudential suite room
85 Dipandang gembel
86 Perkara dress
87 Mengunjungi kantor pusat
88 Kondangan
89 Gara-gara bulu mata
90 Vest Management
91 Permintaan Shazia
92 Melamar Shaka
93 Shaka vs Ramlan
94 Menunggu Shaka
95 Tuntutan Dirga
96 Menyanggupi
97 Menumpahkan unek-unek
98 Sah
99 Saling memaafkan
100 Keguguran
101 Ijin pindah
102 Suami ku bos?
103 Shock
104 Cemburu
105 Menggoda Shaka
106 unboxing
107 Setelah unboxing
108 Pengakuan Shaka
109 Cemburu berat
110 Tidur di luar
111 Shaka kecelakaan?
112 Mas !
Episodes

Updated 112 Episodes

1
I love you, mba!
2
Bertengkar
3
Bertengkar 2
4
Mengobati luka Shaka
5
Doa Shaka
6
Disangka kabur
7
Anak haram
8
Shazia pergi
9
Bertemu Nisa
10
Kasih sayang Aliyah
11
Dirgantara
12
Kedatangan Emran
13
Salah sasaran
14
Akal bulus Shaka
15
Perkara rok
16
Orang gila
17
Teman nongkrong
18
Shaka tengil
19
Demi ibu
20
Terlambat
21
Dipecat
22
Mobil rental
23
Gara-gara Bu Parmi
24
Villa di atas bukit
25
Terkagum
26
Posesif
27
Janjian
28
Bertemu Umi Nuria
29
Kafe cinta
30
25 juta
31
Permohonan Emran
32
Jalur langit
33
Ditinggal
34
Dikejar Dirga
35
Dicuekin Shaka
36
Pria tulen
37
Nomer 20
38
Protektif
39
Kedatangan Dirga
40
Arimbi
41
Tanda lahir
42
Disekap
43
Bubur ayam
44
Diusir
45
Cewek itu
46
Playboy cap kadal
47
Sugar baby !
48
Tes DNA
49
Sales produk !
50
Shaka lagi !
51
Fitnah
52
Dipeluk Dirga
53
Nafkah
54
Kembali ke kantor
55
Hotel
56
Buka puasa
57
Setelah buka puasa
58
puber ke tiga
59
Pengantin itu, Nisa !
60
Shock
61
Shock 2
62
Penyesalan
63
ubur ubur ikan lele
64
Pantai
65
Black card
66
Siapa Shazia?
67
Mahluk jahat
68
Tetanggaan
69
Kepergok
70
Akhirnya Dirga tau
71
Canggung
72
Kecelakaan
73
Rumah sakit
74
Pertemuan dua keluarga
75
Berdebat
76
Pemutusan donasi
77
Kemarahan Ramlan
78
Jadi sopir
79
Rayuan Emran
80
Sarah Handoyo
81
Makan bersama
82
Pindahan
83
Shaka vs Emran
84
Prudential suite room
85
Dipandang gembel
86
Perkara dress
87
Mengunjungi kantor pusat
88
Kondangan
89
Gara-gara bulu mata
90
Vest Management
91
Permintaan Shazia
92
Melamar Shaka
93
Shaka vs Ramlan
94
Menunggu Shaka
95
Tuntutan Dirga
96
Menyanggupi
97
Menumpahkan unek-unek
98
Sah
99
Saling memaafkan
100
Keguguran
101
Ijin pindah
102
Suami ku bos?
103
Shock
104
Cemburu
105
Menggoda Shaka
106
unboxing
107
Setelah unboxing
108
Pengakuan Shaka
109
Cemburu berat
110
Tidur di luar
111
Shaka kecelakaan?
112
Mas !

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!