Disangka kabur

Melihat kepergian Shaka dan Umi Nuria secara bersamaan, Shazia kebingungan mana dulu yang harus disamperin. Umi Nuria yang mengeluh sakit atau Shaka yang hendak pergi sambil membawa ransel.

Setelah dipikir sejenak, Shazia akhirnya memutuskan untuk menemui Shaka lebih dulu dengan sebuah alasan. Bukan alasan karena suka, cinta atau sejenisnya, tapi karena ia manusia yang punya perasaan dan belas kasihan. Shazia merasa kasihan pada Shaka. Keluarganya seperti tak mengurus anak itu. Sementara umi Nuria, Emran pasti sedang menjaganya dengan baik.

Diambang pintu utama, Shazia melihat punggung Shaka yang sudah melangkah semakin jauh.

Duarr

Seketika, langit mengeluarkan suaranya yang amat dahsyat. Tak lama, hujan pun turun dengan begitu derasnya.

"Ya Allah. Hujan!' ucap Shazia dengan perasaan cemas. Cemas memikirkan Shaka yang kehujanan. Lagian kenapa sih anak itu harus nekad kabur. Shazia menggerutu dalam hati. Tak mengerti jalan pikiran anak gen Z seperti si Shaka yang ego nya lebih gede.

Shazia kemudian segera masuk dan menemui bi Iyem untuk meminjam payung. Setelah benda yang dibutuhkan nya dapat, ia pun langsung keluar untuk menyusul Shaka.

"Kemana anaknya? apa dia sudah sampai ke jalan raya sambil hujan-hujanan?"

Shazia celingukan di tengah derasnya air hujan. Karena tak menemukan keberadaan Shaka, ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah ustad Emran saja.

"Mba !! mba Shaziaaa !!

Baru dua langkah, samar-samar Shazia menangkap suara yang tergerus oleh air hujan dan angin.

"Seperti ada yang memanggil ku? Tapi apa hanya perasaan ku aja."

Shazia celingukan mencari sumber suara samar-samar tersebut.

"Mba ! mba Shaziaaa !!"

"Tuh, kan ada suara lagi. Itu pasti suara beneran bukan halusinasiku."

Shazia semakin mempertajam sorotan nya, menyisir ke sekitar.

Dari jarak beberapa meter, ia melihat dengan samar sosok melambai-lambaikan tangan ke arahnya.

"Itu manusia apa hantu ya !!!" Shazia membatin ragu. Sosok itu tak terlihat jelas karena cuacanya agak gelap. Tapi masa iya ada hantu di siang bolong.

"Mba Shaziaaa !!!

Sosok itu memanggil namanya lebih keras membuat Shazia yakin jika sosok itu adalah manusia bukan hantu.

"Jangan-jangan itu si Shaka !!" terka Shazia dan berharap tebakan nya benar.

Shazia kemudian segera mendekati sosok yang memanggilnya tersebut.

"Shaka !!!!" batin Shazia dengan perasaan senang. Kini nampak jelas siapa sosok yang memanggilnya tersebut, yang tak lain adalah Shaka. Anak itu rupanya berteduh di sebuah pendopo, tak hujan-hujanan seperti yang ada dipikiran nya.

Shaka menyengir hingga menampakan gigi nya yang rata. Jangan ditanya bagaimana perasaan anak itu? tentu saja ia merasa senang sekali didatangi Shazia.

Duarr

Petir seketika kembali menggelegar, membuat Shazia terhenyak dari lamunannya. Ia segera berlari ke arah Shaka yang berteduh di pendopo.

"Mba kenapa nekad nyusul aku kesini? Mba kan tau hujan petir. Bahaya buat diri mba."

Shaka pura-pura ngomel, padahal dalam hati senangnya bukan main. Supaya tidak terlalu mencolok saja gitu.

Shazia yang tengah mengatur detak jantungnya karena petir tadi pun menoleh pada Shaka dan diam berpikir.

"Iya juga ya. Kenapa aku nekad bela-belain nyusul anak ini padahal aku takut sama petir." Shazia membatin bingung.

Salah satu yang ditakuti kala hujan adalah petir, tapi kini kenapa ia nekad menyusul Shaka ditengah hujan petir seolah tak takut pada petir.

"Mba !!"

Shazia terkesiap begitu Shaka mengibas tangannya di depan wajahnya.

"A-aku cuma mau ngasih payung ini ke kamu." Shazia menyodorkan payung yang di pegangnya pada Shaka.

"Biar kamu perginya enggak hujan-hujanan terus jatuh sakit." Shazia menyambung kalimatnya setelah jeda sesaat.

Shaka termangu dengan arah tatap pada payung yang disodorkan Shazia. Calon kakak iparnya se-perhatian ini padanya? Shaka tersenyum dalam hati. Dan ia merasa hatinya menghangat.

Perhatian kecil begini pun membuat anak itu senang-senang saja. Ya maklum lah. Shaka sudah tak lagi merasakan yang namanya kasih sayang dan perhatian setelah ibunya meninggal.

Kini Shazia hadir dan bersikap peduli membuat Shaka jadi merindukan sosok ibunya.

Ehem.

Shaka menetralisir perasaan nya. Ia tak boleh baper. Ingat ya Shaka. Sikap mba Shazia saat ini hanya sebatas kasihan pada mu no more.

"Ini ambil payung nya !!" kata Shazia karena Shaka tak kunjung mengambil payungnya.

"Tapi kalau payung ini untuk aku, terus gimana dengan mba, apa mba mau hujan-hujanan pulangnya?"

Mendengar pertanyaan itu, Shazia terbengong. Kok jadi ribet begini? benar juga kata si Shaka. Kalau payung ini dibawa sama dia, lalu aku....

"Payungnya bawa lagi aja sama mba. Aku enggak mau mba hujan-hujanan demi aku," ujar Shaka dengan santainya.

Mata Shazia membulat mendengar kata-kata Shaka. Lah, ini anak kok jadi kepedean begitu. Siapa juga yang hujan-hujanan demi dia. Shazia menggerutu dalam hati.

"Ehem. Jangan ge'er ya !! Aku cuma kasihan aja sama kamu Shaka. Kalau kamu kehujanan terus sakit siapa yang akan repot mengurus kamu kalau bukan abi dan umi mu."

Shaka langsung menatap Shazia dengan tatapan sendu, dan bibir menyungging senyuman getir.

Andai saja calon kakak ipar nya ini tahu bagaimana sikap orang tuanya padanya. Tapi, ah sudah lah. Lebih baik dia tak perlu tahu. Nanti malah akan semakin mengasihaninya. Karena yang ia inginkan bukan belas kasihan nya melainkan cintanya.

Ah, Shaka. Kamu ini ngomong apa sih !! Shaka mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Lagian ngapain coba kamu sok-sokan kabur."

Kabur !! Shaka menatap diam pada pipi Shazia. Kebetulan gadis itu berdiri menyamping dengan arah tatap pada hujan.

"Siapa yang kabur, mba?"

Shazia menoleh pada Shaka.

"Ya kamu. Kamu mau kabur kan? Terus apa namanya kalau enggak mau kabur sampe bawa ransel segala."

Shaka tergelak.

Sekarang ia mengerti kenapa Shazia nekat menyusulnya. Rupanya Shazia mengira ia mau kabur dari rumah.

"Mba takut kehilangan aku ya? Hayo ngaku !!" goda Shaka.

Alis Shazia menaut.

"Ihh, kamu ngomong apaan sih. Siapa juga yang takut kehilangan kamu. Aku itu cuma khawatir, karena walau bagaimana pun, kamu itu calon adik ipar ku. Jadi ya kamu itu tanggung jawab ku juga."

Mendengar kata adik ipar dan tanggung jawabnya, Shaka mendadak melow dan tak lagi bersemangat.

"Lagian kamu juga kenapa pergi nya bawa tas ransel segala. Jadi wajar kan kalau aku mengira kamu mau kabur," Shazia menyambung kalimatnya.

"Aku pulang cuma mau ambil baju aja, mba. Aku kan ngekos dan mau balik ke kosan bukan mau kabur," jelas Shaka.

Shazia langsung menatap pada Shaka.

"Kost, jadi kamu ngekost ?" Tanya Shazia memastikan lagi.

Shaka mengangguk.

"Ya sudah ya mba, aku pergi dulu. Jaga diri mba baik-baik."

"Shaka, ke_"

Kalimat ucapan Shazia mengambang. Baru hendak bicara, Shaka seketika pergi di tengah derasnya air hujan.

"Kenapa kamu nekad pergi hujan-hujan begini, Shaka !!!" lirih Shazia seraya menatap pada punggung Shaka.

Tanpa Shazia ketahui, sebuah mobil mewah sedang menunggu Shaka di ujung seberang jalan.

Seorang pria berusia empat puluh tahunan keluar dari mobil tersebut dan membentangkan payung. Kemudian, pria tersebut melangkah ke arah Shaka dengan langkah terburu-buru.

"Tolong tas saya dimasukin ke bagasi saja ya, pak !"

"Siap Bos !!"

Terpopuler

Comments

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Waahhhhh.... ternyata Shaka bos besar. coba klu emak tirinya tau, pasti ratu drama bakal berakting seakan-akan tulus menyayangi Shaka.

2025-02-01

2

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

penasaran reaksi Abi n juga Emran pas tau Shaka yang urakan ternyata bisa sukses tanpa sokongan kluarga.

2025-02-01

1

Nar Sih

Nar Sih

seperti nya msih bnyk rahasia yg sakha simpan dan blm ada yg tau ,lanjutt kakk 👍

2025-02-01

1

lihat semua
Episodes
1 I love you, mba!
2 Bertengkar
3 Bertengkar 2
4 Mengobati luka Shaka
5 Doa Shaka
6 Disangka kabur
7 Anak haram
8 Shazia pergi
9 Bertemu Nisa
10 Kasih sayang Aliyah
11 Dirgantara
12 Kedatangan Emran
13 Salah sasaran
14 Akal bulus Shaka
15 Perkara rok
16 Orang gila
17 Teman nongkrong
18 Shaka tengil
19 Demi ibu
20 Terlambat
21 Dipecat
22 Mobil rental
23 Gara-gara Bu Parmi
24 Villa di atas bukit
25 Terkagum
26 Posesif
27 Janjian
28 Bertemu Umi Nuria
29 Kafe cinta
30 25 juta
31 Permohonan Emran
32 Jalur langit
33 Ditinggal
34 Dikejar Dirga
35 Dicuekin Shaka
36 Pria tulen
37 Nomer 20
38 Protektif
39 Kedatangan Dirga
40 Arimbi
41 Tanda lahir
42 Disekap
43 Bubur ayam
44 Diusir
45 Cewek itu
46 Playboy cap kadal
47 Sugar baby !
48 Tes DNA
49 Sales produk !
50 Shaka lagi !
51 Fitnah
52 Dipeluk Dirga
53 Nafkah
54 Kembali ke kantor
55 Hotel
56 Buka puasa
57 Setelah buka puasa
58 puber ke tiga
59 Pengantin itu, Nisa !
60 Shock
61 Shock 2
62 Penyesalan
63 ubur ubur ikan lele
64 Pantai
65 Black card
66 Siapa Shazia?
67 Mahluk jahat
68 Tetanggaan
69 Kepergok
70 Akhirnya Dirga tau
71 Canggung
72 Kecelakaan
73 Rumah sakit
74 Pertemuan dua keluarga
75 Berdebat
76 Pemutusan donasi
77 Kemarahan Ramlan
78 Jadi sopir
79 Rayuan Emran
80 Sarah Handoyo
81 Makan bersama
82 Pindahan
83 Shaka vs Emran
84 Prudential suite room
85 Dipandang gembel
86 Perkara dress
87 Mengunjungi kantor pusat
88 Kondangan
89 Gara-gara bulu mata
90 Vest Management
91 Permintaan Shazia
92 Melamar Shaka
93 Shaka vs Ramlan
94 Menunggu Shaka
95 Tuntutan Dirga
96 Menyanggupi
97 Menumpahkan unek-unek
98 Sah
99 Saling memaafkan
100 Keguguran
101 Ijin pindah
102 Suami ku bos?
103 Shock
104 Cemburu
105 Menggoda Shaka
106 unboxing
107 Setelah unboxing
108 Pengakuan Shaka
109 Cemburu berat
110 Tidur di luar
111 Shaka kecelakaan?
112 Mas !
Episodes

Updated 112 Episodes

1
I love you, mba!
2
Bertengkar
3
Bertengkar 2
4
Mengobati luka Shaka
5
Doa Shaka
6
Disangka kabur
7
Anak haram
8
Shazia pergi
9
Bertemu Nisa
10
Kasih sayang Aliyah
11
Dirgantara
12
Kedatangan Emran
13
Salah sasaran
14
Akal bulus Shaka
15
Perkara rok
16
Orang gila
17
Teman nongkrong
18
Shaka tengil
19
Demi ibu
20
Terlambat
21
Dipecat
22
Mobil rental
23
Gara-gara Bu Parmi
24
Villa di atas bukit
25
Terkagum
26
Posesif
27
Janjian
28
Bertemu Umi Nuria
29
Kafe cinta
30
25 juta
31
Permohonan Emran
32
Jalur langit
33
Ditinggal
34
Dikejar Dirga
35
Dicuekin Shaka
36
Pria tulen
37
Nomer 20
38
Protektif
39
Kedatangan Dirga
40
Arimbi
41
Tanda lahir
42
Disekap
43
Bubur ayam
44
Diusir
45
Cewek itu
46
Playboy cap kadal
47
Sugar baby !
48
Tes DNA
49
Sales produk !
50
Shaka lagi !
51
Fitnah
52
Dipeluk Dirga
53
Nafkah
54
Kembali ke kantor
55
Hotel
56
Buka puasa
57
Setelah buka puasa
58
puber ke tiga
59
Pengantin itu, Nisa !
60
Shock
61
Shock 2
62
Penyesalan
63
ubur ubur ikan lele
64
Pantai
65
Black card
66
Siapa Shazia?
67
Mahluk jahat
68
Tetanggaan
69
Kepergok
70
Akhirnya Dirga tau
71
Canggung
72
Kecelakaan
73
Rumah sakit
74
Pertemuan dua keluarga
75
Berdebat
76
Pemutusan donasi
77
Kemarahan Ramlan
78
Jadi sopir
79
Rayuan Emran
80
Sarah Handoyo
81
Makan bersama
82
Pindahan
83
Shaka vs Emran
84
Prudential suite room
85
Dipandang gembel
86
Perkara dress
87
Mengunjungi kantor pusat
88
Kondangan
89
Gara-gara bulu mata
90
Vest Management
91
Permintaan Shazia
92
Melamar Shaka
93
Shaka vs Ramlan
94
Menunggu Shaka
95
Tuntutan Dirga
96
Menyanggupi
97
Menumpahkan unek-unek
98
Sah
99
Saling memaafkan
100
Keguguran
101
Ijin pindah
102
Suami ku bos?
103
Shock
104
Cemburu
105
Menggoda Shaka
106
unboxing
107
Setelah unboxing
108
Pengakuan Shaka
109
Cemburu berat
110
Tidur di luar
111
Shaka kecelakaan?
112
Mas !

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!