Anak haram

Shazia kembali ke rumah ustad Ramlan selepas kepergian Shaka. Ia celingukan mencari keberadaan Emran. Barangkali Emran sudah keluar dari kamar ibunya.

Shazia kemudian menghampiri salah satu sepupu Emran saat ia tak menemukan keberadaan Emran. Sepupu Emran tersebut mengatakan jika Emran belum keluar dari kamar ibunya sejak tadi. Itu artinya, Emran tak keluar kamar ibunya selama ia menyusul Shaka.

"Apa sakitnya umi Nuria sakit yang serius?" Shazia membatin khawatir.

Shazia lalu bergegas mendatangi kamar orang tua Emran untuk memastikan kondisi umi Nuria secara langsung.

Kedatangan Shazia berpapasan dengan keluarnya bi Iyem dari balik pintu kamar calon mertuanya tersebut.

"Eh, mba Shazia." Bi Iyem menyapa Shazia dan tersenyum.

Shazia membalas sapaan bi Iyem dengan senyuman hangat.

"Gimana keadaan umi, bi?" Tanya Shazia.

"Umi masih kurang sehat, mba. Den Emran meminta bibi untuk membuatkan wedang jahe."

Shazia terdiam berpikir.

"Bibi tinggal dulu ya, mba !'

"Eeh...sebentar, bi." Shazia menahan bi Iyem yang hendak pergi.

"Ada apa ya, mba?"

"Biar saya saja yang membuat wedang jahe nya, bi." Shazia menawarkan diri setelah berpikir. Mungkin dengan membawakan wedang jahe, akan mengurangi rasa canggungnya saat bertemu dengan umi Nuria nanti pikir Shazia.

"Tapi_"

"Enggak apa-apa, bi. Saya sudah biasa membuat nya kok. Dan inshaallah rasanya enggak akan ngecewain umi." Shazia tersenyum.

"Oo gitu ya, mba. Yowis lah. Kalau gitu bibi mau lanjut nyetrika aja."

Bi Iyem berlalu setelah dipersilahkan oleh Shazia.

"Umi...."

Umi Nuria yang tengah diam membisu melirik pada Emran tanpa bicara. Pikiran nya masih berkecamuk memikirkan tentang hak Shaka yang tak pernah diberikan pada anak itu selama dua tahun ini.

Tadi hampir saja terbongkar. Ia pun tak menyangka Shaka akan bicara demikian. Meminta suaminya untuk bertanya langsung padanya. Karena selama ini anak itu tak pernah protes atau pun mengadu jika tak pernah mendapatkan hak nya.

"Apa Emran boleh tanya sesuatu sama umi?" Emran duduk di tepi ranjang sembari memijit pelan kaki umi Nuria yang selonjoran.

Umi Nuria masih enggan bicara. Hanya telinganya saja yang siap mendengar pertanyaan Emran.

"Ini soal yang dikatakan sama paman Hamid tadi, umi."

Emran menghela nafas sebelum ia lanjut bicara.

"Umi. A-apa benar rumah ini didirikan di atas tanah milik ibunya Shaka ?"

Perkataan pamannya, Hamid, terus menerus membayangi pikiran Emran. Ia lantas ingin memastikan dan bertanya langsung pada sang ibu. Karena ia yakin ibunya pasti tahu sesuatu.

Deg. Belum reda rasa keterkejutannya atas kejadian tadi, kini umi Nuria dikejutkan lagi oleh pertanyaan Emran.

"Umi..." Emran bersuara lagi, karena ibunya belum kunjung menjawab.

Umi Nuria yang bingung hanya menatap diam Emran seraya otaknya berpikir. Namun karena otaknya menyimpan beban masalah lain, ia pun tak mampu berpikir jernih.

"Kamu tanyakan saja pada Abi mu, nak."

Mendengar itu, Emran perlahan melepas tangannya dari kaki umi Nuria, dan mengubah posisi duduknya memunggungi umi Nuria. Ia mengusap wajahnya dengan perasaan gelisah.

Jika sang ibu memintanya bertanya pada sang ayah, itu artinya memang benar jika tanah ini milik ibunya Shaka dan otomatis akan diwariskan pada anak itu.

Emran menyugar rambutnya. Jika iya, maka adiknya yang urakan itu akan semakin sok berkuasa. Dan dia pasti akan menggunakan kekuasaan nya untuk merebut Shazia darinya. Karena ia merasa Shaka itu seperti penuh minat pada Shazia jika di perhatikan dari caranya menatap Shazia.

"Enggak. Itu enggak akan ku biarkan terjadi !!" ucap Emran tanpa sadar.

Kening umi Nuria mengernyit mendengar gumaman Emran.

"Kamu kenapa, nak?"

Emran langsung melihat pada wajah umi Nuria.

"Emran ingin segera menikahi Shazia, umi. Kalau perlu minggu ini juga kita akan menikah." Emran berbicara dengan menggebu-gebu.

"Kamu ini kenapa, nak? Kenapa tiba-tiba ingin cepat menikah? Apa kamu pikir menikah itu gampang?"

"Gampang kok umi. Pernikahan kita enggak perlu mewah. Cukup ijab kabul aja. Emran juga yakin, Shazia enggak akan meminta mahar yang macem-macem."

"Terus gimana dengan orang tua nya? Apa mereka setuju kalau kalian menikah dengan acara yang sederhana?"

"Ibu Shazia orang biasa, Umi. Dia pasti setuju-setuju aja."

"Lalu gimana dengan ayah nya?"

Emran terdiam. Untuk soal yang satu ini ia kebingungan bagaimana caranya menjelaskan pada sang ibu.

Tapi walau bagaimana pun ia harus tetap memberitahu ibunya dari awal, agar kedepan nya tak menjadi beban buat Shazia. Semoga ibunya bisa mengerti dan menerima keadaan Shazia.

"Sebenarnya Shazia itu......enggak punya ayah, umi," ucap Emran dengan perasaan ragu juga takut.

"Ma-maksud mu?"

Umi Nuria menegakkan posisi duduknya, dan menatap Emran dengan tatapan mewanti-wanti. Jangan katakan wanita yang hendak putera nya nikahi itu lahir dari rahim seorang wanita pezina.

Emran menarik nafas panjang sebelum kembali menjelaskan pada ibunya.

"Shazia enggak punya ayah, dan dia juga enggak tahu siapa ayahnya dan dimana keberadaan nya. Shazia hanya ber-nasab pada ibunya."

"Apa !!!!!" Suara Nuria terdengar memekik dengan mata melotot besar pada Emran.

Emran menunduk lesu. Melihat reaksi sang ibu, ia sudah paham jika ibunya tak akan setuju jika ia menikahi Shazia, wanita yang sangat dicintainya.

"Emran mohon, umi. Tolong terima Shazia dan restui hubungan kami. Emran sangat mencintai Shazia, begitu pun dengan Shazia. Kami saling mencintai."

Umi Nuria geleng-geleng diikuti dengan air mata yang mengaliri pipinya. Air mata orang tua yang kecewa terhadap anaknya. Bagaimana mungkin putra nya yang ia banggakan ini akan menikahi wanita yang tak jelas asal usulnya, lahir dari wanita seorang pezina.

"Enggak," tegas umi Nuria.

Emran mengangkat wajahnya, menatap sang ibu dengan tatapan sendu.

"Sampai mati pun, umi enggak akan pernah merestui kamu menikahi anak haram yang lahir dari rahim seorang perempuan pezina, Emran !!!" teriak umi Nuria dengan dada kembang kempis.

Prang

Anak haram !!! Di depan pintu, Shazia mematung. Matanya berkaca-kaca. Dadanya bagai ditusuk-tusuk ribuan jarum. Begitu nyeuri. Nyeuri sekali. Sehina itu kah ia di mata seorang umi Nuria? hanya karena ia lahir tanpa seorang ayah, ibunda Emran tega mengatainya anak haram.

Emran dan umi Nuria menoleh serempak ke arah pintu yang tak sepenuhnya tertutup.

"Shazia !!!" Emran segera bangkit dengan perasaan sangat takut. Ia takut sekali yang mendengar pembicaraan nya dan ibunya adalah Shazia.

Ya Allah......Emran segera berlari ke luar. Di depan pintu, ia mematung saat menemukan beling-beling dan cairan berserakan di lantai. Tak hanya itu, Emran pun menemukan tetesan darah berceceran.

Shazia !!!!!!

Terpopuler

Comments

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Umi Nuria, gak cocok sebagai Umi. Shazia gak bisa milih dari rahim mana dia lahir wahai Umi yang terhormat. Gak ada anak yang ingin dilahirkan tanpa Ayah, tapi bagaimana dia mau melawan garis takdir.

2025-02-02

3

Eka Uderayana

Eka Uderayana

syukur deh...umi Nuria nggak merestui hubungan Emran dengan Shazia... dari pertama baca aku memang nggak respect tuh sama umi Nuria yg sifatnya jahat... mending Shazia sama Shaka

2025-02-02

1

Nar Sih

Nar Sih

kata nya ustazah tpi ngomong nya ngk di jga ,harus bisa lebih bijak ,udah lah sazia pergi jauh aja dri emran

2025-02-02

1

lihat semua
Episodes
1 I love you, mba!
2 Bertengkar
3 Bertengkar 2
4 Mengobati luka Shaka
5 Doa Shaka
6 Disangka kabur
7 Anak haram
8 Shazia pergi
9 Bertemu Nisa
10 Kasih sayang Aliyah
11 Dirgantara
12 Kedatangan Emran
13 Salah sasaran
14 Akal bulus Shaka
15 Perkara rok
16 Orang gila
17 Teman nongkrong
18 Shaka tengil
19 Demi ibu
20 Terlambat
21 Dipecat
22 Mobil rental
23 Gara-gara Bu Parmi
24 Villa di atas bukit
25 Terkagum
26 Posesif
27 Janjian
28 Bertemu Umi Nuria
29 Kafe cinta
30 25 juta
31 Permohonan Emran
32 Jalur langit
33 Ditinggal
34 Dikejar Dirga
35 Dicuekin Shaka
36 Pria tulen
37 Nomer 20
38 Protektif
39 Kedatangan Dirga
40 Arimbi
41 Tanda lahir
42 Disekap
43 Bubur ayam
44 Diusir
45 Cewek itu
46 Playboy cap kadal
47 Sugar baby !
48 Tes DNA
49 Sales produk !
50 Shaka lagi !
51 Fitnah
52 Dipeluk Dirga
53 Nafkah
54 Kembali ke kantor
55 Hotel
56 Buka puasa
57 Setelah buka puasa
58 puber ke tiga
59 Pengantin itu, Nisa !
60 Shock
61 Shock 2
62 Penyesalan
63 ubur ubur ikan lele
64 Pantai
65 Black card
66 Siapa Shazia?
67 Mahluk jahat
68 Tetanggaan
69 Kepergok
70 Akhirnya Dirga tau
71 Canggung
72 Kecelakaan
73 Rumah sakit
74 Pertemuan dua keluarga
75 Berdebat
76 Pemutusan donasi
77 Kemarahan Ramlan
78 Jadi sopir
79 Rayuan Emran
80 Sarah Handoyo
81 Makan bersama
82 Pindahan
83 Shaka vs Emran
84 Prudential suite room
85 Dipandang gembel
86 Perkara dress
87 Mengunjungi kantor pusat
88 Kondangan
89 Gara-gara bulu mata
90 Vest Management
91 Permintaan Shazia
92 Melamar Shaka
93 Shaka vs Ramlan
94 Menunggu Shaka
95 Tuntutan Dirga
96 Menyanggupi
97 Menumpahkan unek-unek
98 Sah
99 Saling memaafkan
100 Keguguran
101 Ijin pindah
102 Suami ku bos?
103 Shock
104 Cemburu
105 Menggoda Shaka
106 unboxing
107 Setelah unboxing
108 Pengakuan Shaka
109 Cemburu berat
110 Tidur di luar
111 Shaka kecelakaan?
112 Mas !
113 Mengunjungi rumah Shaka
Episodes

Updated 113 Episodes

1
I love you, mba!
2
Bertengkar
3
Bertengkar 2
4
Mengobati luka Shaka
5
Doa Shaka
6
Disangka kabur
7
Anak haram
8
Shazia pergi
9
Bertemu Nisa
10
Kasih sayang Aliyah
11
Dirgantara
12
Kedatangan Emran
13
Salah sasaran
14
Akal bulus Shaka
15
Perkara rok
16
Orang gila
17
Teman nongkrong
18
Shaka tengil
19
Demi ibu
20
Terlambat
21
Dipecat
22
Mobil rental
23
Gara-gara Bu Parmi
24
Villa di atas bukit
25
Terkagum
26
Posesif
27
Janjian
28
Bertemu Umi Nuria
29
Kafe cinta
30
25 juta
31
Permohonan Emran
32
Jalur langit
33
Ditinggal
34
Dikejar Dirga
35
Dicuekin Shaka
36
Pria tulen
37
Nomer 20
38
Protektif
39
Kedatangan Dirga
40
Arimbi
41
Tanda lahir
42
Disekap
43
Bubur ayam
44
Diusir
45
Cewek itu
46
Playboy cap kadal
47
Sugar baby !
48
Tes DNA
49
Sales produk !
50
Shaka lagi !
51
Fitnah
52
Dipeluk Dirga
53
Nafkah
54
Kembali ke kantor
55
Hotel
56
Buka puasa
57
Setelah buka puasa
58
puber ke tiga
59
Pengantin itu, Nisa !
60
Shock
61
Shock 2
62
Penyesalan
63
ubur ubur ikan lele
64
Pantai
65
Black card
66
Siapa Shazia?
67
Mahluk jahat
68
Tetanggaan
69
Kepergok
70
Akhirnya Dirga tau
71
Canggung
72
Kecelakaan
73
Rumah sakit
74
Pertemuan dua keluarga
75
Berdebat
76
Pemutusan donasi
77
Kemarahan Ramlan
78
Jadi sopir
79
Rayuan Emran
80
Sarah Handoyo
81
Makan bersama
82
Pindahan
83
Shaka vs Emran
84
Prudential suite room
85
Dipandang gembel
86
Perkara dress
87
Mengunjungi kantor pusat
88
Kondangan
89
Gara-gara bulu mata
90
Vest Management
91
Permintaan Shazia
92
Melamar Shaka
93
Shaka vs Ramlan
94
Menunggu Shaka
95
Tuntutan Dirga
96
Menyanggupi
97
Menumpahkan unek-unek
98
Sah
99
Saling memaafkan
100
Keguguran
101
Ijin pindah
102
Suami ku bos?
103
Shock
104
Cemburu
105
Menggoda Shaka
106
unboxing
107
Setelah unboxing
108
Pengakuan Shaka
109
Cemburu berat
110
Tidur di luar
111
Shaka kecelakaan?
112
Mas !
113
Mengunjungi rumah Shaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!