Dirgantara

Shazia melihat pria asing tersebut disambut sangat hormat oleh Irwan, seorang manager perusahaan dengan benak bertanya-tanya, siapa gerangan? orang itu sangat asing di mata nya, karena ia baru pertama kali melihat keberadaan nya di kantor.

Shazia kemudian meneruskan langkahnya untuk memasuki gedung berlantai tiga tersebut setelah orang asing itu digiring masuk lebih dulu oleh Irwan.

"Assalamualaikum, pak Seno."

Shazia tersenyum dan mengucapkan salam pada seorang satpam kantor.

"Walaikum salam. Lho, kok mba Shazia baru datang?"

Kening Shazia mengkerut bingung atas pertanyaan satpam Seno. Apa yang salah dengan kedatangannya? Ia tak datang terlambat. Biasanya juga datang jam segini, delapan kurang sepuluh menit karena jam masuk kerja jam delapan pas.

"Tapi saya enggak telat kan, pak?" Balas Shazia yang merasa agak kesal. Ia seolah-olah datang telat ditegur satpam Seno. Padahal enggak.

"Enggak telat sih. Tapi apa mba Shazia enggak di kasih tau atau gimana ya sama pak Irwan. Khusus untuk hari senin ini. Jam setengah delapan seluruh karyawan harus sudah stand by di kantor. Karena pagi ini bos besar perusahaan datang, mba. "

Shazia termangu dengan arah tatap pada satpam Seno. Bos besar perusahaan datang pagi ini? Ia kemudian menepuk jidatnya dengan mata membola begitu mengingatnya.

"Astagfirullah, pak Seno. Saya benar-benar lupa."

Jumat kemarin lusa, pak Irwan sudah memberitahu perihal tersebut. Tapi gara-gara masalah pribadinya, Shazia jadi lupa begitu saja.

"Eh, mba Shazia mau kemana?" Tanya satpam Seno saat melihat Shazia buru-buru hendak masuk tanpa permisi.

Langkah Shazia pun terhenti.

"Ya mau masuk lah pak. Saya mau siap-siap menyambut kedatangan pak bos."

Satpam Seno tergelak.

Kedua alis Shazia tertaut. Heran pada satpam Seno. Kenapa ia tertawa? Apa ada yang salah lagi.

"Sudah terlambat, mba. Orang nya juga sudah ada di dalam," ujar Seno.

"Ma-maksud, pak Seno?" Shazia tergagap. Perasaan nya mulai tak tenang.

"Iya. Big bos sudah datang beberapa menit yang lalu."

Lagi-lagi mata Shazia membola. Apakah orang yang ia lihat tadi itu pak bos besar? Ya Allah. Mampus lah aku. Bayangan diomeli pak Irwan pun seketika melintas dipikiran Shazia.

Shazia kemudian buru-buru masuk. Ia tak peduli meski bos besar sudah ada di dalam sana.

Shazia langsung naik ke lantai dua. Setelah berada di lantai dua, ia terpaku di tempat saat melihat bos besar sedang melakukan briefing dengan seluruh karyawan.

Nyali Shazia seketika menciut. Ingin nimbrung tapi takut. Bukan takut ditegur, tapi takut diberhentikan dengan alasan tak disiplin. Karena di kota yang tak sebesar ibu kota ini cukup sulit mencari pekerjaan.

Irwan tampak memperkenalkan karyawan satu persatu pada big bos tersebut. Pria itu pun tampak celingukan seperti mencari seseorang.

"Shazia mana?" Tanya Irwan.

Mendengar namanya disebut, Shazia terbelalak dan langsung mundur bersembunyi di balik tembok.

"Pak Irwan mencari ku !!" Shazia membatin dengan perasaan tak tenang.

"Maaf, pak. Tadi Shazia chat saya. Dia bilang dia kena macet di perjalanan."

Shazia terdiam. Itu suara Nisa. Kapan ia mengirim chat pada anak itu?

"Ya Allah, Nisa. Baik sekali kamu. Demi melindungi ku, kamu rela berbohong sama pak Irwan. Aku janji deh. Istirahat nanti kamu ku traktir makan bakso sepuas mu." Shazia tergelak dalam hati.

Beberapa saat kemudian, briefing selesai dan orang-orang pun bubar. Shazia menghela nafas lega saat melihat Irwan menggiring big bos ke lantai paling atas.

Shazia kemudian keluar dari tempat persembunyian nya. Ia melenggang santai memasuki ruangan khusus para staf.

Kedatangan Shazia seketika ditatap semua mata. Shazia pun kikuk. Ehem. Ia berusaha bersikap tenang berikut tak lupa memberikan senyuman pada orang-orang yang menatapnya dengan berbagai ekspresi. Setelahnya, ia melenggang ke arah meja kerja nya.

"Kenapa baru datang? kamu tau. Tadi kita di briefing pak Dirga !!" Nisa bicara setengah berbisik pada Shazia. Kebetulan meja kerja mereka deketan.

"Dirga ! Siapa dia?" balas Shazia dengan suara yang sama rendahnya dengen Nisa.

Nisa menatap Shazia seraya geleng-geleng tak abis pikir. Bagaimana sahabatnya sekaligus karyawan ini tak tahu nama pemilik perusahaan dimana dia kerja.

"Ya Allah, Sha. Masa kamu enggak tahu sama pak Dirgantara, bos besar pemilik perusahaan ini, sih !!"

"Oh, jadi pemilik perusahaan ini namanya pak Dirgantara?" Tanya Shazia polos.

"Yaaaa...." Nisa menjawabnya dengan malas.

Shazia manggut-manggut. Sekarang ia tahu orangnya bagaimana dan siapa nama pemilik perusahaan tempatnya mencari rezeki. Karena selama ini ia tak pernah tahu dan tak pernah bertemu dengan beliau.

"Tapi kok beliau baru kemari ya ?"

"Yeee...siapa bilang? pak Dirga udah berkali-kali kesini. Perusahaan ini kan salah satu anak perusahaan dari Dirgantara group yang berpusat di ibu kota," jelas Nisa.

Shazia terbengong. Kalau masalah perusahaan ia tahu, tapi kalau masalah pemilik perusahaan yang bernama Dirga itu berkali-kali datang ke kantor, ia baru tahu. Masalahnya kenapa ia tak pernah bertemu atau melihatnya jika pernah datang ke kantor. Apa datangnya ketika ia tak masuk kerja atau ada acara lain.

"Kerja, kerja. Ada pak Irwan dan big bos kemari."

Bisikan Nisa membuyarkan lamunan Shazia. Big bos !! Shazia yang panik segera menyalakan layar komputernya.

Tak hanya Shazia dan Nisa, staf lainnya pun melakukan hal yang sama. Ada yang beneran kerja, ada pula yang hanya pura-pura sibuk kerja.

Suara sepatu bergesekan dengan lantai pun terdengar mendekat ke arahnya, membuat jantung Shazia melompat-lompat. Ya Allah. Apa mereka akan mengintrogasi masalah keterlambatan nya. Fikiran negatif berkeliaran di otak Shazia.

"Saya ingin ruangan ini nanti di ubah dengan warna putih. Biar terlihat lebih elegan. Apa lagi staf disini semua nya perempuan."

Shazia meringis ngeri saat mendengar suara bariton nan tegas di belakangnya dengan jarak yang sangat dekat. Suara bariton milik big bos Dirgantara.

"Siap, pak."

"Dan saya juga ingin semua komponen tempat kerja staf di ganti dengan yang baru agar lebih nyaman. Terus masalah AC. Ruangan nya kok rasanya kurang dingin ya pak Irwan."

"Iya, bos. Nanti kami akan segera panggil teknisi."

Hening beberapa detik.

"Shazia !"

Shazia terbelalak kala Irwan menyebut namanya. Pria berpostur gempal itu tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya.

"I-iya, pak!"

Dengan takut-takut, Shazia mengangkat wajah nya ke samping untuk menjangkau muka Irwan.

"Kamu belum mengirim laporan yang saya pinta hari Jumat. Tolong kamu kirimkan sekarang ya," ujar Irwan.

"Si-siap, pak !"

Setelah itu, Irwan dan big bos pergi dari ruangan besar tersebut.

Shazia menghela nafas lega. Ia pikir kedua orang itu akan mengintrogasi dirinya, tapi ternyata hanya mengecek ruangan saja.

Setelah kepergian dua orang penting tersebut, ruangan kembali ramai oleh desas desus beberapa karyawan yang membicarakan tentang big bos.

"Pak Dirga ganteng banget ya meski sudah enggak muda."

"Iya, gue mau banget jadi istrinya. Jadi istri simpanan juga gue mau deh."

"Siapa yang enggak mau coba sama pak Dirga. Gagah dan tajir melintir.

"Btw, tapi denger-denger pak Dirga itu duda lho."

"Masa sih !!"

"Bukan nya dia punya istri?"

"Tapi ada yang bilang istrinya mandul enggak bisa punya anak."

Banyak lagi yang dibicarakan oleh para tukang ghibah, membuat Shazia dan Nisa saling lirik-lirikan dan geleng-geleng tak mengerti dengan kelakuan rekan-rekan kerja nya. Bukan nya pada kerja malah mereka asik menggosipi pemilik perusahaan tempat mereka mencari uang.

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

waah...jgn ,,bnr nih shazia ada hubungan nya dgn bos besar tmpt dia kerja dan hanya ibu nya shazia yg tau ,semakin seruu kakk lanjutt👍

2025-02-05

1

Chusnul Zazah

Chusnul Zazah

Ehhm ada hub apa pak Dirga dan ibunya Shazia, kenapa dia takut anaknya dibunuh pak Dirga??🤔😇😇

2025-02-14

0

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

kalau pak Dirga gak punya anak laen, gak mungkin rasanya akan membenci Shazia.

2025-02-05

0

lihat semua
Episodes
1 I love you, mba!
2 Bertengkar
3 Bertengkar 2
4 Mengobati luka Shaka
5 Doa Shaka
6 Disangka kabur
7 Anak haram
8 Shazia pergi
9 Bertemu Nisa
10 Kasih sayang Aliyah
11 Dirgantara
12 Kedatangan Emran
13 Salah sasaran
14 Akal bulus Shaka
15 Perkara rok
16 Orang gila
17 Teman nongkrong
18 Shaka tengil
19 Demi ibu
20 Terlambat
21 Dipecat
22 Mobil rental
23 Gara-gara Bu Parmi
24 Villa di atas bukit
25 Terkagum
26 Posesif
27 Janjian
28 Bertemu Umi Nuria
29 Kafe cinta
30 25 juta
31 Permohonan Emran
32 Jalur langit
33 Ditinggal
34 Dikejar Dirga
35 Dicuekin Shaka
36 Pria tulen
37 Nomer 20
38 Protektif
39 Kedatangan Dirga
40 Arimbi
41 Tanda lahir
42 Disekap
43 Bubur ayam
44 Diusir
45 Cewek itu
46 Playboy cap kadal
47 Sugar baby !
48 Tes DNA
49 Sales produk !
50 Shaka lagi !
51 Fitnah
52 Dipeluk Dirga
53 Nafkah
54 Kembali ke kantor
55 Hotel
56 Buka puasa
57 Setelah buka puasa
58 puber ke tiga
59 Pengantin itu, Nisa !
60 Shock
61 Shock 2
62 Penyesalan
63 ubur ubur ikan lele
64 Pantai
65 Black card
66 Siapa Shazia?
67 Mahluk jahat
68 Tetanggaan
69 Kepergok
70 Akhirnya Dirga tau
71 Canggung
72 Kecelakaan
73 Rumah sakit
74 Pertemuan dua keluarga
75 Berdebat
76 Pemutusan donasi
77 Kemarahan Ramlan
78 Jadi sopir
79 Rayuan Emran
80 Sarah Handoyo
81 Makan bersama
82 Pindahan
83 Shaka vs Emran
84 Prudential suite room
85 Dipandang gembel
86 Perkara dress
87 Mengunjungi kantor pusat
88 Kondangan
89 Gara-gara bulu mata
90 Vest Management
91 Permintaan Shazia
92 Melamar Shaka
93 Shaka vs Ramlan
94 Menunggu Shaka
95 Tuntutan Dirga
96 Menyanggupi
97 Menumpahkan unek-unek
98 Sah
99 Saling memaafkan
100 Keguguran
101 Ijin pindah
102 Suami ku bos?
103 Shock
104 Cemburu
105 Menggoda Shaka
106 unboxing
107 Setelah unboxing
108 Pengakuan Shaka
109 Cemburu berat
110 Tidur di luar
111 Shaka kecelakaan?
112 Mas !
113 Mengunjungi rumah Shaka
Episodes

Updated 113 Episodes

1
I love you, mba!
2
Bertengkar
3
Bertengkar 2
4
Mengobati luka Shaka
5
Doa Shaka
6
Disangka kabur
7
Anak haram
8
Shazia pergi
9
Bertemu Nisa
10
Kasih sayang Aliyah
11
Dirgantara
12
Kedatangan Emran
13
Salah sasaran
14
Akal bulus Shaka
15
Perkara rok
16
Orang gila
17
Teman nongkrong
18
Shaka tengil
19
Demi ibu
20
Terlambat
21
Dipecat
22
Mobil rental
23
Gara-gara Bu Parmi
24
Villa di atas bukit
25
Terkagum
26
Posesif
27
Janjian
28
Bertemu Umi Nuria
29
Kafe cinta
30
25 juta
31
Permohonan Emran
32
Jalur langit
33
Ditinggal
34
Dikejar Dirga
35
Dicuekin Shaka
36
Pria tulen
37
Nomer 20
38
Protektif
39
Kedatangan Dirga
40
Arimbi
41
Tanda lahir
42
Disekap
43
Bubur ayam
44
Diusir
45
Cewek itu
46
Playboy cap kadal
47
Sugar baby !
48
Tes DNA
49
Sales produk !
50
Shaka lagi !
51
Fitnah
52
Dipeluk Dirga
53
Nafkah
54
Kembali ke kantor
55
Hotel
56
Buka puasa
57
Setelah buka puasa
58
puber ke tiga
59
Pengantin itu, Nisa !
60
Shock
61
Shock 2
62
Penyesalan
63
ubur ubur ikan lele
64
Pantai
65
Black card
66
Siapa Shazia?
67
Mahluk jahat
68
Tetanggaan
69
Kepergok
70
Akhirnya Dirga tau
71
Canggung
72
Kecelakaan
73
Rumah sakit
74
Pertemuan dua keluarga
75
Berdebat
76
Pemutusan donasi
77
Kemarahan Ramlan
78
Jadi sopir
79
Rayuan Emran
80
Sarah Handoyo
81
Makan bersama
82
Pindahan
83
Shaka vs Emran
84
Prudential suite room
85
Dipandang gembel
86
Perkara dress
87
Mengunjungi kantor pusat
88
Kondangan
89
Gara-gara bulu mata
90
Vest Management
91
Permintaan Shazia
92
Melamar Shaka
93
Shaka vs Ramlan
94
Menunggu Shaka
95
Tuntutan Dirga
96
Menyanggupi
97
Menumpahkan unek-unek
98
Sah
99
Saling memaafkan
100
Keguguran
101
Ijin pindah
102
Suami ku bos?
103
Shock
104
Cemburu
105
Menggoda Shaka
106
unboxing
107
Setelah unboxing
108
Pengakuan Shaka
109
Cemburu berat
110
Tidur di luar
111
Shaka kecelakaan?
112
Mas !
113
Mengunjungi rumah Shaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!