Salah sasaran

"Bye bye, Sha. Semangat melembur ya. Oya jangan lupa ngopi yang banyak biar melek teruuuuus !!" Nisa terkekeh, kemudian gadis itu berlalu meninggalkan ruang kerja dan Shazia seorang diri sembari melambai-lambaikan tangannya pada Shazia.

Shazia membalas lambaian Nisa dengan malas-malasan dan wajah bete.

Seperti biasa. Hari senin merupakan hari tersibuk Shazia dengan segudang pekerjaannya setelah dua hari libur weekend. Dan di hari senin pula lah, Shazia kerap kali kerja lembur hingga magrib, malam, bahkan sampai larut tengah malam. Jadi ya melembur itu sudah menjadi bagian dari rutinitas Shazia.

Jam terus berputar hingga pukul sembilan malam. Rasa kantuk mulai menyerang mata Shazia. Berulang kali gadis itu menguap. Akan tetapi pekerjaannya belum saja kunjung selesai.

Shazia mengusap-usap wajahnya, mengusir rasa kantuk yang mendera. Setelahnya, ia kembali menatap pada layar dan jemari lentiknya kembali bergerak di atas keyboard. Tapi apa yang ia lakukan tak berpengaruh. Shazia tetap saja ngantuk ingin segera rebahan di kasur rasanya.

Kopi !!! seketika, Shazia teringat kata Nisa. Kata orang minum kopi dapat mengurangi rasa kantuk. Tapi....ia kan tak suka minum kopi gimana dong!!

Shazia membuang nafasnya kasar. tumben-tumbenan ini matanya kenapa ngantuk sekali. Biasanya tak pernah se-ngantuk seperti saat ini.

Tapi dari pada rasa kantuk mengganggu aktifitasnya dan membuat pekerjaan nya tak kunjung selesai, Shazia akhirnya pergi ke pantry untuk membuat kopi. Demi menghilangkan rasa kantuk, ia terpaksa harus minum kopi meski tak suka.

Beberapa detik berlalu. Kopi selesai dibuat. Shazia mengendus kopi warna hitam tersebut. wanginya sih enak, tapi rasanya.....Shazia sudah membayangkan rasanya bagaimana. Pasti pahit karena tak pakai gula. Tadi di pantry gula nya habis. Jadi ia terpaksa membuat kopi tanpa tambahan gula.

Shazia kembali ke ruangan nya sembari membawa kopi buatan nya. Tapi di tengah jalan, ia merasa seperti ada sosok yang mengikutinya.

Langkah Shazia terhenti. Tengkuk nya merinding. Setahunya tak ada karyawan yang lembur kecuali dirinya. Lantas siapa yang mengikutinya ini ? Jin kah? Setan kah? Atau maling?

Shazia mengatur nafasnya yang tak beraturan. Baiklah. Ia tak boleh takut. Ia harus bisa melawan Jin, setan, maling atau apalah yang hendak menyakitinya ini.

Shazia berbalik, kemudian byuuuurrrrr....secepat kilat ia menyiram sosok yang mengikuti nya tersebut dengan kopi panas miliknya tanpa melihat-lihat dulu siapa sosok yang ia siram itu.

Shazia tertawa, menertawakan sosok tubuh tinggi tegap tengah kelonjotan dan mengibas-kibas pakaiannya yang tersiram air kopi.

"Rasain. makannya jangan jadi orang jahat. Kamu mau maling di kantor ini kan?" tuduh Shazia.

Seketika, wajah Shazia menegang dengan mata membola besar saat sosok yang ia siram tersebut mengubah posisi menghadap padanya. Sosok tersebut menatap Shazia dengan tatapan marah.

"Pak, pak, pak big bos !!!!" ucap Shazia gugup.

Ya, sosok yang Shazia siram tersebut adalah Dirgantara. Pria itu bukan mengikuti Shazia melainkan kebetulan melihat ada seorang karyawan di kantor nya. Ia hendak bertanya kenapa belum pulang karena perusahaannya tak pernah memberlakukan kerja hingga melebihi jam tujuh malam. Tapi belum sempat ia bertanya, karyawan yang hendak ia tanya itu malah menyiram Dirgantara dengan air kopi panas.

Shazia yang ketakutan langsung menunduk seraya me re mas jemari dengan perasaan campur aduk. Tapi yang jelas saat ini ia amat sangat menyesal atas tindakan bodoh dan cerobohnya.

"Ya Allah...Shazia. Apa yang sudah kamu lakukan. Dia pak Dirga, bos yang menggaji kamu. Bukan jin, bukan setan, apalagi maling. Kenapa kamu enggak lihat-lihat dulu sih. Kenapa main siram-siram aja. Duh, Shazia.....tamat lah riwayat mu." Shazia merutuki dirinya sendiri dalam hati.

"Sa-saya min-minta maaf, pak. Sa-saya enggak sengaja. Sa-saya pikir bapak orang yang mau maling di kantor ini. Makanya saya siram bapak dengan kopi saya. Dari pada saya yang celaka lebih baik saya yang nyerang duluan."

Shazia memberanikan diri meminta maaf dan memberikan alasan jujur kenapa ia bisa berani menyiramkan kopi pada big bos yang tentu saja sangat di segani semua karyawan di kantor.

Shazia pikir yang penting ia minta maaf dulu. Soal hukuman, ia akan menerimanya apa pun itu hukumannya sekali pun ia di pecat dari perusahaan.

"Arimbi."

Arimbi. Mendengar itu, Shazia segera mengangkat wajah dan menatap pada Dirga. Ia melihat raut wajah sang big bos berubah. Kini tampak memancarkan wajah sendu tak lagi marah seperti tadi.

"Arimbi."

Kening Shazia mengernyit mendengar big bos menyebut nama Arimbi untuk kedua kalinya.

"Ma-af, pak. Nama saya Shazia bukan Arimbi," ucap Shazia hati-hati.

"Shazia !!"

Shazia mengangguk-angguk polos.

Dirga tampak mengusap wajahnya kasar. Kemudian ia melihat pada Shazia lagi.

"Kamu.....bekerja di sini?" Tanya Dirga seraya memindai tubuh Shazia dari atas ke bawah. Wajahnya dan postur tubuhnya mengingatkan nya pada sosok yang dicintainya sekaligus sangat dibencinya.

"Be-benar, pak," jawab Shazia seraya menunduk.

"Kamu tahu siapa saya?"

Shazia mengangguk.

"Lalu kenapa kamu menyiram saya dengan kopi panas? Apa kamu sengaja mau mencelakai saya?"

Shazia segera menggeleng.

"Maaf pak. Tadi sudah saya katakan alasan nya, pak."

"Apa? Saya tidak mendengar."

"Saya enggak sengaja menyiram bapak. Saya pikir bapak maling. Dari pada saya yang celaka lebih baik saya siram bapak duluan dengan kopi saya."

"Jadi kamu pikir saya maling?"

Shazia mengangguk polos.

Dirga menggertak gigi, menahan geram sekaligus gemasnya. Bisa-bisanya tampang sekeren dirinya disangka maling oleh karyawan nya sendiri.

"Kamu tahu apa konsekuensi nya?"

"Mungkin bapak akan menghukum saya."

Dirga terdiam.

Bukan hanya wajah dan postur tubuhnya saja yang sama, tapi sikapnya.....Dirga menyugar rambutnya, menyangkal pemikiran nya.

"Benar. Saya tidak akan membiarkan begitu saja orang yang telah berani hendak mencelakai saya."

"Tapi saya udah katakan kalau saya enggak sengaja, pak."

Dirga terdiam. Anak ini sangat berani dan pintar menyahut.

"Apa kamu tidak takut sama saya?"

"Takut lah, pak."

"Terus kenapa kamu nyerocos terus."

"Nyerocos gimana, pak. Bapak kan tanya ya saya jawab. Apa bapak mau saya diam aja gitu !!"

Entah apa yang merasuki diri Shazia, sehingga ia jadi berani dan merasa tak takut lagi seperti tadi.

Lagi-lagi Dirga menggertak gigi. Geram campur gemas. Seumur hidupnya baru dua kali ia bertemu dengan sosok wanita setipe. Dua puluh empat tahun yang lalu dan saat ini.

"Eh, eh.....bapak mau apa ?"

Shazia tampak ketakutan saat melihat Dirga membuka jas berikut kemeja nya.

"Menurut mu mau apa, hem? saya sudah katakan jika saya tidak akan membiarkan orang yang mau mencelakai saya lolos begitu saja dari hukuman saya."

Shazia geleng-geleng dengan wajah ketakutan. Kakinya perlahan melangkah mundur.

"Ja-jangan, pak. Sa-saya mohon jangan lakukan......."

Terpopuler

Comments

Chusnul Zazah

Chusnul Zazah

Arimbi?? siapakah nama ibunya Shazia? Apakah Aliyah Arimbi 🤭😇😇
ada kisah apa diantara mereka? mengapa tuan Dirga begitu cinta dan sekaligus benci?? apakah ada kesalahan pahaman disini?? sehingga Bu Aliyah pergi meninggalkan pak Dirga??

2025-02-14

0

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Apa Arimbi itu sebutan untuk ibunya Shazia ya?. Trus, kalo cinta napa pak Dirga juga benci?. Pasti ada sesuatu hingga membuat pak Dirga salah paham

2025-02-07

1

mery harwati

mery harwati

Sosok Arimbi apakah orang yang = Aliyah (mamanya Shazia)? Dirgantara, Nuria (mamanya Emran) & ustad Ramlan, apakah terkait dengan masa lalu Aliyah? 🤔

2025-02-06

1

lihat semua
Episodes
1 I love you, mba!
2 Bertengkar
3 Bertengkar 2
4 Mengobati luka Shaka
5 Doa Shaka
6 Disangka kabur
7 Anak haram
8 Shazia pergi
9 Bertemu Nisa
10 Kasih sayang Aliyah
11 Dirgantara
12 Kedatangan Emran
13 Salah sasaran
14 Akal bulus Shaka
15 Perkara rok
16 Orang gila
17 Teman nongkrong
18 Shaka tengil
19 Demi ibu
20 Terlambat
21 Dipecat
22 Mobil rental
23 Gara-gara Bu Parmi
24 Villa di atas bukit
25 Terkagum
26 Posesif
27 Janjian
28 Bertemu Umi Nuria
29 Kafe cinta
30 25 juta
31 Permohonan Emran
32 Jalur langit
33 Ditinggal
34 Dikejar Dirga
35 Dicuekin Shaka
36 Pria tulen
37 Nomer 20
38 Protektif
39 Kedatangan Dirga
40 Arimbi
41 Tanda lahir
42 Disekap
43 Bubur ayam
44 Diusir
45 Cewek itu
46 Playboy cap kadal
47 Sugar baby !
48 Tes DNA
49 Sales produk !
50 Shaka lagi !
51 Fitnah
52 Dipeluk Dirga
53 Nafkah
54 Kembali ke kantor
55 Hotel
56 Buka puasa
57 Setelah buka puasa
58 puber ke tiga
59 Pengantin itu, Nisa !
60 Shock
61 Shock 2
62 Penyesalan
63 ubur ubur ikan lele
64 Pantai
65 Black card
66 Siapa Shazia?
67 Mahluk jahat
68 Tetanggaan
69 Kepergok
70 Akhirnya Dirga tau
71 Canggung
72 Kecelakaan
73 Rumah sakit
74 Pertemuan dua keluarga
75 Berdebat
76 Pemutusan donasi
77 Kemarahan Ramlan
78 Jadi sopir
79 Rayuan Emran
80 Sarah Handoyo
81 Makan bersama
82 Pindahan
83 Shaka vs Emran
84 Prudential suite room
85 Dipandang gembel
86 Perkara dress
87 Mengunjungi kantor pusat
88 Kondangan
89 Gara-gara bulu mata
90 Vest Management
91 Permintaan Shazia
92 Melamar Shaka
93 Shaka vs Ramlan
94 Menunggu Shaka
95 Tuntutan Dirga
96 Menyanggupi
97 Menumpahkan unek-unek
98 Sah
99 Saling memaafkan
100 Keguguran
101 Ijin pindah
102 Suami ku bos?
103 Shock
104 Cemburu
105 Menggoda Shaka
106 unboxing
107 Setelah unboxing
108 Pengakuan Shaka
109 Cemburu berat
110 Tidur di luar
111 Shaka kecelakaan?
112 Mas !
Episodes

Updated 112 Episodes

1
I love you, mba!
2
Bertengkar
3
Bertengkar 2
4
Mengobati luka Shaka
5
Doa Shaka
6
Disangka kabur
7
Anak haram
8
Shazia pergi
9
Bertemu Nisa
10
Kasih sayang Aliyah
11
Dirgantara
12
Kedatangan Emran
13
Salah sasaran
14
Akal bulus Shaka
15
Perkara rok
16
Orang gila
17
Teman nongkrong
18
Shaka tengil
19
Demi ibu
20
Terlambat
21
Dipecat
22
Mobil rental
23
Gara-gara Bu Parmi
24
Villa di atas bukit
25
Terkagum
26
Posesif
27
Janjian
28
Bertemu Umi Nuria
29
Kafe cinta
30
25 juta
31
Permohonan Emran
32
Jalur langit
33
Ditinggal
34
Dikejar Dirga
35
Dicuekin Shaka
36
Pria tulen
37
Nomer 20
38
Protektif
39
Kedatangan Dirga
40
Arimbi
41
Tanda lahir
42
Disekap
43
Bubur ayam
44
Diusir
45
Cewek itu
46
Playboy cap kadal
47
Sugar baby !
48
Tes DNA
49
Sales produk !
50
Shaka lagi !
51
Fitnah
52
Dipeluk Dirga
53
Nafkah
54
Kembali ke kantor
55
Hotel
56
Buka puasa
57
Setelah buka puasa
58
puber ke tiga
59
Pengantin itu, Nisa !
60
Shock
61
Shock 2
62
Penyesalan
63
ubur ubur ikan lele
64
Pantai
65
Black card
66
Siapa Shazia?
67
Mahluk jahat
68
Tetanggaan
69
Kepergok
70
Akhirnya Dirga tau
71
Canggung
72
Kecelakaan
73
Rumah sakit
74
Pertemuan dua keluarga
75
Berdebat
76
Pemutusan donasi
77
Kemarahan Ramlan
78
Jadi sopir
79
Rayuan Emran
80
Sarah Handoyo
81
Makan bersama
82
Pindahan
83
Shaka vs Emran
84
Prudential suite room
85
Dipandang gembel
86
Perkara dress
87
Mengunjungi kantor pusat
88
Kondangan
89
Gara-gara bulu mata
90
Vest Management
91
Permintaan Shazia
92
Melamar Shaka
93
Shaka vs Ramlan
94
Menunggu Shaka
95
Tuntutan Dirga
96
Menyanggupi
97
Menumpahkan unek-unek
98
Sah
99
Saling memaafkan
100
Keguguran
101
Ijin pindah
102
Suami ku bos?
103
Shock
104
Cemburu
105
Menggoda Shaka
106
unboxing
107
Setelah unboxing
108
Pengakuan Shaka
109
Cemburu berat
110
Tidur di luar
111
Shaka kecelakaan?
112
Mas !

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!