BAB 2. LUCAS

Senin pagi, hari dimana harusnya semua orang bekerja, namun tidak untuk Lili hari ini. Ia memilih untuk mengambil cuti libur demi bocah lima tahun yang kini tinggal bersamanya.

Lili telah mendapati kalau bocah kecil tersebut bernama Lucas, dan berusia lima tahun setelah bersusah payah bertanya tentangnya semalam. Walau tidak banyak informasi yang ia dapatkan dari bocah tersebut. Masih ada keraguan dan juga keterbatasan untuk seorang anak berusia lima tahun mengingat apa saja yang orang lain butuhkan mengenai anak hilang.

"Bagaimana pancake-nya, enak?" tanya Robert yang dengan baik hati memasakan sarapan untuk putrinya dan juga bocah kecil ini.

"Enak," jawab Lucas malu-malu dengan mulut penuh akan makanan.

"Lucas, boleh aunty gigit tidak pipinya? Kenapa kau begitu menggemaskan," ujar Lili yang sejak tadi tanpa jenuh terus memandangi Lucas.

Siapa sangka setelah mandi dan bersih, ternyata Lucas merupakan anak yang tampan, bahkan kulitnya begitu terawat. Dengan mata bulat besar dengan pupil biru serta semu rona tipis di pipi gembul itu, sanggup membuat Lili yang sangat menyukai anak-anak jadi begitu gemas. Ditambah sikap Lucas yang luar biasa sopan, walau malu-malu dan kadang takut akan beberapa hal sepele, seperti ketika mendengar Robert bersin dengan suara keras.

"Berhenti menakutinya, Lilipad," ujar Robert seraya mengetukkan sendok di kepala sang gadis.

"Aku tidak menakutinya. Lihatlah bagaimana menggemaskannya Lucas. Bagaimana kalau dia menjadi anakku saja, Dad," celetuk Lili.

"Berhenti berkata yang tidak-tidak dan habiskan makananmu, masa kau kalah dengan anak kecil," perintah sang ayah.

"Baik, baik." Lili menuruti ucapan Robert, makan dengan tenang walau sesekali terus menggoda dan menatap Lucas.

Robert mengatakan kalau ia belum mendengar atau menemui orang yang berurusan dengan anak hilang kemarin. Bahkan ia tutup lebih malam restorannya, takut kalau-kalau ada yang mencari keberadaan Lucas. Namun nihil.

Dan sepertinya Lucas juga tidak banyak bicara, seakan tidak berani untuk berkata banyak selain anggukan dan gelengan kepala. Hal itu membuat Robert dan juga Lili khawatir kalau mereka berdua membawa Lucas ke kantor polisi dalam keadaan mental sang bocah belum stabil. Bisa jadi karena sendirian di luar dalam waktu lama membuat bocah itu menjadi takut untuk terbuka kepada orang lain, terutama Lili dan Robert yang masih tergambar sebagai orang asing di pikiran bocah lima tahun tersebut.

"Kau ingin mengajaknya keluar?" konfirmasi Robert setelah mendengar bahwa putrinya akan membawa Lucas keluar hari ini.

Lili menganggukkan kepala seraya mengunyah sarapannya dan berkata, "Aku akan membelikannya beberapa pakaian. Dia tidak bisa terus memakai pakaianku saat kecil seperti ini. Dan dia juga butuh pakaian hangat, ini sudah masuk musim gugur, ditambah hujan sering turun. Kita juga belum tahu sampai kapan akan menemukan orang tuanya."

"Terserah kau saja, pastikan untuk tetap dekat dengan bocah itu. Jangan lengah apalagi sampai kehilangannya," kata Robert serius.

"Siap, Dad!"

Setelah selesai sarapan. Lili membawa Lucas di ruang keluarga, menonton televisi bersama di sofa dengan Lucas yang merebahkan tubuhnya pada Lili. Senyum gadis itu terukir jelas mendapati tingkah Lucas. Jujur saja ini pertama kalinya mendapati bocah seusianya yang tenang dan juga tidak banyak tingkah. Seakan bocah itu takut untuk melakukan apa yang ia inginkan. Karena bagaimanapun, insting anak-anak untuk bermain selalu ada dalam diri setiap anak. Bukankah lima tahun adalah usia dimana anak-anak mulai ingin tahu banyak hal, bereksplorasi lebih akan semua hal. Namun di mata Lili, Lucas tidak seperti itu. Dan itu cukup mengherankan.

Namun Lili tidak terlalu memusingkannya. Mungkin apa yang terjadi pada Lucas kemarin menimbulkan sedikit trauma, dimana bocah tersebut sampai duduk sendirian dalam hujan yang entah kerena kehilangan orang tuanya atau tersesat, entahlah Lucas belum mau buka suara tentang itu.

Dan seperti yang diucapkan oleh Lili pagi tadi kepada ayahnya kalau ia akan membawa Lucas keluar, kini ia lakukan.

Lili mengemudikan mobilnya ke toko pakaian terdekat. Bisa ia lihat cuaca di luar masih mendung dan gerimis, alasan kenapa ia kekeh ingin membelikan pakaian untuk Lucas.

"Lucas?" panggil Lili yang heran ketika bocah itu hanya diam mematung ketika berada di dalam toko.

Bisa terlihat raut ketakutan dan tidak nyaman pada diri Lucas. Netra aquamarine miliknya nanar memandangi semua orang, seolah takut akan orang-orang di dalam ruangan itu akan menerkamnya. Ia hanya memainkan ujung pakaiannya, berdiri diam dengan alis bertaut.

Tahu akan apa yang terjadi, Lili segera mengangkat tubuh bocah lima tahun tersebut dan menggendongnya. Ia menepuk punggung Lucas ketika bocah itu melingkarkan tangannya di leher Lili dan memeluk gadis itu tanpa ada niat mengendurkannya atau pun melepaskannya.

"Tidak apa-apa, ada aku di sini. Kau aman, jadi tenang, oke," ucap Lili yang lagi-lagi dengan nada lembut.

Jelas kalau Lucas takut akan kehadiran orang lain, khususnya orang dewasa yang memiliki tinggi jauh dari dirinya. Lili bahkan ingat ketika Lucas menangis ketika melihat Robert yang baru pulang ke rumah semalam. Hal itu berhasil membuat Robert kalang kabut karena tidak tahu apa yang telah ia perbuat hingga membuat bocah lugu itu menangis sedemikian rupa.

"Kita beli pakaian dulu, habis itu kita beli es krim, kau mau?" bujuk Lili yang berjalan menuju ke bagian pakaian anak-anak.

Sebuah anggukan Lucas berikan.

"Anak pintar," puji Lili.

Lili membeli beberapa pakaian untuk Lucas. Pakaian untuk keluar rumah, pakaian di rumah, pakaian tidur, dan juga jaket dan sepatu untuk sang bocah. Ia bahkan segera memakaikan pakaian baru untuk segera dikenakan oleh Lucas, membuat bocah lima tahun itu benar-benar tampak seperti model anak-anak. Hingga Lili harus bergegas pergi dari toko pakaian tersebut ketika sosok Lucas menarik perhatian semua orang di sana. Beberapa bahkan mendekat untuk melihat Lucas dari jarak yang mudah dipandang.

Dan saat itu juga Lili mendapati kalau Lucas sepertinya memiliki ketakutan berlebihan terhadap orang, khususnya orang ramai. Terlebih lagi ketika ia melihat pria yang mendekatinya. Lucas akan langsung menangis ketakutan hingga tubuhnya gemetar. Jelas kalau itu bukan respon yang bagus dan sudah pasti berhubungan dengan mental sang anak, yang entah karena apa pemicunya.

"Kita pergi ke supermarket saja dan beli apa pun yang Lucas mau, oke?" kata Lili yang berusaha membangkitkan kembali semangat Lucas, mengeluarkannya dari ketakutan yang menyelimuti diri bocah itu. Melihatnya saja membuat Lili sedih, seakan Lili tahu alasannya namun menepisnya karena tidak ingin berpikir tidak masuk akal.

Akan tetapi, sebuah tangan di pundak sang gadis menghentikan langkah gadis itu menuju ke mobilnya.

"Ya?" tanya Lili dengan wajah bingung ketika mendapati pria tinggi berpakaian rapi dengan jas, ditambah beberapa pria nyaris berpakaian serupa semua, berjas dan hitam-hitam.

"Bisa ikut bicara sebentar?" kata pria tersebut sopan.

Lili menganggukkan kepala. Ada sikap waspada pada gadis itu sekarang. Bahkan kedua tangan Lili yang menggendong Lucas kini memeluk bocah itu lebih erat, berusaha melindunginya dari segala hal yang tak diinginkan nanti.

"Tuan Lucas?" panggil pria berambut perunggu di depannya ini dengan nada lembut penuh penghormatan.

Dan sang empunya nama pun menoleh kepalanya untuk melihat ke arah pria itu, walau masih sedikit menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Lili.

"Ayah Anda sangat mengkhawatirkan Anda saat ini, Tuan Lucas. Bagaimana kalau kita pulang sekarang?" kata pria tersebut.

Lili menyipitkan matanya, dan memutar sedikit tubuhnya bahkan mengambil dua langkah mundur untuk menjaga jarak dari pria-pria di depannya ini. Waspada dengan teramat sangat, terutama ketika pria itu tahu bocah yang digendong Lili ini bernama Lucas.

"Siapa kalian? Dan mau apa dengan Lucas?" tanya Lili dengan wajah garang.

"Kami bawahan ayah Tuan Lucas. Tuan Lucas sudah menghilang sejak kemarin, dan kami telah mencari kemana-mana," jawab pria tersebut.

"Mana buktinya?" tantang Lili yang tidak begitu saja percaya.

"Bisa tanyakan sendiri langsung ke Tuan Lucas," kata pria tersebut.

Lili mengelus punggung Lucas kemudian bertanya, "Lucas, apakah kau mengenal paman ini? Apa benar dia dan yang lainnya kenal dengan ayahmu?"

Lucas melihat ke arah sang pria lalu mengangguk. "Dante," kata Lucas seraya menunjuk pria berambut perunggu tersebut.

"Jadi, Tuan Lucas, ayo kita pulang," ajak pria bernama Dante tersebut.

Kalimat itu terdengar tidak menyenangkan untuk Lili. Membayangkan harus melepaskan Lucas setelah ia mulai menyukai bocah itu, Lili tidak suka. Tapi ia tidak boleh egois jika Lucas memang ingin pulang dan kembali bersama keluarganya. Lalu kenapa Lili merasa tidak rela sekarang?

Terpopuler

Comments

lontongletoi

lontongletoi

siapa yang akan rela melepaskan balita menggemaskan sperti itu 🥰

2025-03-13

3

Diana Silaen

Diana Silaen

bagus ceritanya👍

2025-04-04

1

Aerik_chan

Aerik_chan

1 iklan untukmu kak

2025-01-26

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. ANAK HILANG
2 BAB 2. LUCAS
3 BAB 3. BOS?
4 BAB 4. PENJELASAN
5 BAB 5. INFORMASI TENTANG LILI
6 BAB 6. SAKIT
7 BAB 7. PERHATIAN
8 BAB 8. PENAWARAN
9 BAB 9. IZIN
10 BAB 10. KISAH YANG HILANG
11 BAB 11. PINDAH
12 BAB 12. TEMPAT TINGGAL BARU
13 BAB 13. HAL TAK TERDUGA
14 BAB 14. HACKING
15 BAB 15. KEBENARAN RION
16 BAB 16. BACK UP
17 BAB 17. PENGUNTIT
18 BAB 18. PERINTAH
19 BAB 19. INTEROGASI
20 BAB 20. PERASAAN RION
21 BAB 21. TERLACAK
22 BAB 22. KETAKUTAN
23 BAB 23. TEROR
24 BAB 24. MURKA
25 BAB 25. BIANCA
26 BAB 26. PERMINTAAN
27 BAB 27. KABAR
28 BAB 28. LELANG
29 BAB 29. PENYERANGAN
30 BAB 30. PERLAWANAN
31 BAB 31. PULANG
32 BAB 32. SI KEMBAR
33 BAB 33. DANTE DAN RION
34 BAB 34. RENCANA PENANGKAPAN
35 BAB 35. DEAL
36 BAB 36. PENGEJARAN
37 BAB 37. SIAPA DIA?
38 BAB 38. DITENANGKAN
39 BAB 39. TRAUMA
40 BAB 40. TAMU
41 BAB 41. OBROLAN
42 BAB 42. KELUARGA
43 BAB 43. PERTEMUAN
44 BAB 44. TIDAK NYAMAN
45 BAB 45. DANIEL WELLINGTON
46 BAB 46. KASUS
47 BAB 47. INFORMASI
48 BAB 48. DI LUAR DUGAAN
49 BAB 49. BERTEMU
50 BAB 50. EKSEKUSI
51 BAB 51. PANAS
52 BAB 52. MELARIKAN DIRI
53 BAB 53. PERKARA
54 BAB 54. PENANGKAPAN
55 BAB 55. PANIK
56 BAB 56. MENGOBROL
57 BAB 57. PINGSAN
58 BAB 58. ISTIRAHAT
59 BAB 59. CURHAT
60 BAB 60. RENCANA
61 BAB 61. DICULIK
62 BAB 62. TAKUT
63 BAB 63. PENGEPUNGAN
64 BAB 64. DUKA
65 BAB 65. SADAR
66 BAB 66. SYUKUR
67 BAB 67. PUTUS?
68 BAB 68. PEMULIHAN
69 BAB 69. LAMARAN
70 BAB 70. SUKA CITA
71 BAB 71. NOTIF
72 BAB 72. BERANI
73 BAB 73. SIAPA DIA?
74 BAB 74. ORANG ITU
75 BAB 75. GAUN PENGANTIN
76 BAB 76. PERTEMUAN
77 BAB 77. LUKA SEORANG AYAH
78 BAB 78. GUGUP
79 BAB 79. PERNIKAHAN
80 BAB 80. IKRAR
81 BAB 81. BULAN MADU
82 BAB 82. CEMBURU
83 BAB 83. SANTAI
84 BAB 84. LIBURAN
85 BAB 85. DANTE DAN BIANCA
86 BAB 86. DANTE DAN BIANCA
87 BAB 87. DANTE DAN BIANCA
88 BAB 88. DANTE DAN BIANCA
89 BAB 89. AWAL BARU
90 BAB 90. KEPUTUSAN
91 BAB 91. BERUBAH
92 BAB 92. KABAR
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1. ANAK HILANG
2
BAB 2. LUCAS
3
BAB 3. BOS?
4
BAB 4. PENJELASAN
5
BAB 5. INFORMASI TENTANG LILI
6
BAB 6. SAKIT
7
BAB 7. PERHATIAN
8
BAB 8. PENAWARAN
9
BAB 9. IZIN
10
BAB 10. KISAH YANG HILANG
11
BAB 11. PINDAH
12
BAB 12. TEMPAT TINGGAL BARU
13
BAB 13. HAL TAK TERDUGA
14
BAB 14. HACKING
15
BAB 15. KEBENARAN RION
16
BAB 16. BACK UP
17
BAB 17. PENGUNTIT
18
BAB 18. PERINTAH
19
BAB 19. INTEROGASI
20
BAB 20. PERASAAN RION
21
BAB 21. TERLACAK
22
BAB 22. KETAKUTAN
23
BAB 23. TEROR
24
BAB 24. MURKA
25
BAB 25. BIANCA
26
BAB 26. PERMINTAAN
27
BAB 27. KABAR
28
BAB 28. LELANG
29
BAB 29. PENYERANGAN
30
BAB 30. PERLAWANAN
31
BAB 31. PULANG
32
BAB 32. SI KEMBAR
33
BAB 33. DANTE DAN RION
34
BAB 34. RENCANA PENANGKAPAN
35
BAB 35. DEAL
36
BAB 36. PENGEJARAN
37
BAB 37. SIAPA DIA?
38
BAB 38. DITENANGKAN
39
BAB 39. TRAUMA
40
BAB 40. TAMU
41
BAB 41. OBROLAN
42
BAB 42. KELUARGA
43
BAB 43. PERTEMUAN
44
BAB 44. TIDAK NYAMAN
45
BAB 45. DANIEL WELLINGTON
46
BAB 46. KASUS
47
BAB 47. INFORMASI
48
BAB 48. DI LUAR DUGAAN
49
BAB 49. BERTEMU
50
BAB 50. EKSEKUSI
51
BAB 51. PANAS
52
BAB 52. MELARIKAN DIRI
53
BAB 53. PERKARA
54
BAB 54. PENANGKAPAN
55
BAB 55. PANIK
56
BAB 56. MENGOBROL
57
BAB 57. PINGSAN
58
BAB 58. ISTIRAHAT
59
BAB 59. CURHAT
60
BAB 60. RENCANA
61
BAB 61. DICULIK
62
BAB 62. TAKUT
63
BAB 63. PENGEPUNGAN
64
BAB 64. DUKA
65
BAB 65. SADAR
66
BAB 66. SYUKUR
67
BAB 67. PUTUS?
68
BAB 68. PEMULIHAN
69
BAB 69. LAMARAN
70
BAB 70. SUKA CITA
71
BAB 71. NOTIF
72
BAB 72. BERANI
73
BAB 73. SIAPA DIA?
74
BAB 74. ORANG ITU
75
BAB 75. GAUN PENGANTIN
76
BAB 76. PERTEMUAN
77
BAB 77. LUKA SEORANG AYAH
78
BAB 78. GUGUP
79
BAB 79. PERNIKAHAN
80
BAB 80. IKRAR
81
BAB 81. BULAN MADU
82
BAB 82. CEMBURU
83
BAB 83. SANTAI
84
BAB 84. LIBURAN
85
BAB 85. DANTE DAN BIANCA
86
BAB 86. DANTE DAN BIANCA
87
BAB 87. DANTE DAN BIANCA
88
BAB 88. DANTE DAN BIANCA
89
BAB 89. AWAL BARU
90
BAB 90. KEPUTUSAN
91
BAB 91. BERUBAH
92
BAB 92. KABAR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!