BAB 8. PENAWARAN

"Liliana Larossa?" panggil Rion,

"Ya?" sahut Lili.

"Kau dipecat," kata Rion menatap Lili dengan wajah datar.

"Hah?" respon Lili.

Dua kata dari pria itu membuat Lili membeku di tempat, bertanya pada dirinya apakah ia salah dengar atau tidak. Lili dipecat? Serius?!

Untuk sesaat otak Lili lambat memeroses apa yang barusan dikatakan oleh pria berambut legam di depannya ini. Mengingatkan kalau dirinya baru saja bangun dari tidur panjang, sehingga ia berpikir kalau dirinya salah dengar.

"Maaf, saya dipecat?" konfirmasi Lili. "Saya dipecat dari pekerjaan saya di Lorenzo?" sambungnya.

Sebuah senyum terulas di wajah pria itu, membuatnya terlihat jauh lebih tampan dibandingkan saat ia diam seolah ingin menelan orang saja.

"Sepertinya saya salah memilih kata. Mungkin lebih tepatnya pindah tempat kerja. Maksudku bekerjalah dari rumah ini dan bantu aku untuk mengasuh Lucas," kata Rion dengan pandangan melembut. Tak ingin terdengar seperti perintah untuk gadis itu, karena Rion memang ingin Lili menerima permintaannya ini.

Lili perlahan mengubah posisinya, berusaha untuk duduk tanpa membangunkan Lucas yang masih tidur di atas tubuhnya. Dengan hati-hati ia menegakkan badan sambil memeluk sang bocah, mengelus kepala Lucas ketika mendapati sang anak laki-laki itu terganggu tidurnya karena pergerakan tubuh Lili.

Hal kecil yang Lili lakukan tersebut sanggup membuat Rion semakin menatap sang gadis lekat. Jujur ia menyukai bagaimana gadis itu menyentuh dan memerlakukan Lucas dengan begitu hati-hati dan lembut. Membuat pria itu terus menatap wajah Lili tanpa sang gadis sadari.

"Maksud Anda bagaimana?" Lili kembali bertanya untuk lebih jelasnya, menatap pria tersebut langsung ke mata biru sang empunya setelah mendapatkan posisi yang nyaman untuk bicara serius.

"Kau bisa bekerja dari jarak jauh, kan?" Rion balik bertanya. "Seharusnya bisa untuk seorang IT atau programer bekerja dari jauh tanpa harus ditempat langsung," sambungnya.

Lili mengangguk dna menjawab, "Bisa, tapi tetap saja ada berapa hal yang tidak bisa dikerjakan jarak jauh karena saya bekerja di skala besar dalam perusahaan dan bekerja dalam tim."

"Kalau begitu saya minta untuk kau bekerja dari rumah ini, semua peralatan akan saya persiapkan dan kau punya ruang kerja sendiri, untuk beberapa hal yang memang dimana kau harus bertemu dengan teman kerjamu atau pun ada sebuah meeting di kantor, kau bisa pergi ke sana. Selebihnya bekerja lewat rumah. Sanggup?" Mata aquamarine Rion menatap langsung ke netra hazzle milik Lili.

Gadis itu ragu, ada banyak hal yang harus dilakukan dan dikerjakan jika dirinya harus bekerja dari rumah. Dan bagaimana ia menjelaskan kondisi tersebut kepada rekan-rekan kerjanya? Ia tidak ingin ada omongan tidak enak atau semacamnya hanya karena ia bekerja tidak langsung di perusahaan.

"Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Lucas mau dekat dengan orang lain lagi selain aku. Bahkan sampai menempel seperti itu," Rion menatap Lucas yang tidur dalam pangkuan serta pelukan Lili, "aku ingin dia tumbuh dilimpahi kasih sayang. Dan kurasa kau bisa memberikannya. Karena itu demi Lucas bekerjalah di rumah ini. Akan kusiapkan semuanya yang kau butuhkan. Tentu saja akan kugandakan gajimu, tiga kali lipat? Atau lima kali lipat? Terserah berapa pun yang kau mau asal kau mau merawat Lucas. Aku tahu tidak mungkin kalau aku menyuruhmu berhenti bekerja sedangkan kau tampaknya menyukai pekerjaanmu itu dan menjadi pengasuh Lucas begitu saja. Jadi ini hal terbaik yang bisa kutawarkan untukmu, bagaimana?" ucap Rion sepenuhnya.

Lili terdiam. Jelas hal itu menguntungkan untuknya. Gaji yang luar biasa besar, bekerja dari rumah, dan mengurus Lucas yang penurut bukan pula hal besar untuknya. Tapi apa ia mampu? Itulah yang ada di pikiran Lili.

"Dengan satu syarat yang kuinginkan jika kau menerima penawaran ini," Rion menambahkan ucapannya ketika mendapati Lili terdiam.

"Apa?" tanya Lili.

"Kau harus tinggal di rumah ini," jawab Rion.

Netra Lili melebar mendengarnya. "Tinggal di sini? Maksudmu dua puluh empat jam dalam tujuh hari?"

Rion menganggukan kepala. "Tugas utamamu adalah menjaga Lucas, jadi sebisa mungkin kau harus tetap berada dekat dengannya. Ah, jangan khawatir, kau bisa mengambil libur ketika kau butuh. Saya tidak akan mengurungmu di rumah ini tenang saja. Kau bahkan bisa kemana pun kau mau di luar sana, boleh membawa Lucas, atau tinggal sendiri. Namun pastikan Lucas tetap aman, khususnya ketika kau ingin pergi tanpa Lucas bilang padaku atau Dante. Rutinitas seperti yang biasa kau lakukan, hanya saja kau bekerja dari rumah dan mengasuh Lucas sebagai tambahannya," jelasnya.

"Ehm." Lili berpikir sekarang. "Kurasa aku harus memikirkannya dulu dan membicarakannya dengan ayahmu soal ini," kata Lili.

Rion tidak terlalu senang dengan jawaban dari Lili, tapi ia mengerti kalau hal ini mungkin sedikit membebani otak gadis itu. Hal ini membuat Rion tahu kalau Lili adalah tipe pemikir, orang yang tidak akan sembarangan mengambil keputusan. Tapi Rion bisa pastikan ketika gadis itu sudah mengambil keputusan, pastikan tidak akan ada kata kembali untuk Lili walau hal buruk yang menunggunya di depan sekali pun.

Ah, that's what makes you attractive, Girl. When you think with your little brain, with that innocent face, batin Rion yang lagi-lagi rasanya gadis itu seperti magnet, terus menarik Rion untuk berpikir kotor antara dirinya dan gadis itu.

"Lili?"

Baik Rion dan Lili langsung keluar dari mode serius dan pikiran mereka masing-masing ketika mendengar suara dari Lucas.

Bocah berambut senada dengan sang ayah itu kini telah membuka mata, menguap lebar, dan mengusap matanya, membuat Lili ingin menggigit pipi tembam Luas saking gemasnya.

"Hai, Sayang. Bagaimana tidurmu? Apa masih ada yang sakit?" sapa Lili dengan senyum terbaiknya seraya melihat Lucas.

"Kepala Lucas masih sakit, tenggorokan juga," jawab Lucas.

"Benarkah? Ouhh, Lucas yang malang. Kau demam tinggi pasti karena hujan-hujan waktu itu. Tapi kalau Lucas minum obatnya, makan dan juga istirahat pasti akan cepat sembuh," ucap Lili.

"Lucas tidak suka obat, pahit. Lucas tidak mau minum obat," tolak bocah tesebut.

"Tapi kau harus minum obat kalau ingin cepat sembuh," bujuk Lili.

"Tidak mau!" Untuk pertama kalinya Lucas menaikan nada suaranya.

Rion dan Lili terkejut mendapati perubahan sikap dari Lucas barusan, tak menyangka kalau bocah tesebut ternyata bisa juga bertingkah layaknya anak normal yang tantrum. Khusunya Rion, ia tak menyangka kalau anaknya itu akan mengeluarkan sikap kekanakan setelah sekian lama hanya berdiam diri dan mematuhi segala ucapan Rion. Terkadang Lucas yang terlalu menurut justru membuat Rion tidak nyaman dan takut, seolah ada sisi anak-anak yang diambil dari bocah itu.

"Lucas kau ti-" ucapan Rion terpotong saat Lili mengangkat tangannya dan menggelengkan kepala untuk menyuruh Rion diam, ketika ia ingin menegur Lucas karena meninggikan suaranya seperti itu kepada Lili, memberitahu kalau hal itu tidak sopan untuk dilakukan.

"Lucas? Aku mau tanya, kenapa Lucas bicara dengan nada tinggi seperti itu?" tanya Lili lembut seraya menempatkan Lucas duduk tegak di pangkuannya dan menyuruh bocah itu secara tidak langsung untuk menatap langsung Lili.

"Lucas tidak mau minum obat, Lucas tidak suka," jawabnya dengan wajah memelas.

"Tapi apa harus dengan cara berteriak seperti itu bicaranya? Lucas sendiri suka tidak kalau aku atau ayahmu atau orang lain berteriak seperti itu ke Lucas?" Lili berusaha bicara baik-baik dengan Lucas, mengarahkan bocah kecil itu apa yang baik dan tidak.

Lucas menggeleng. "Tidak suka."

"Nah, kalau begitu. Jangan berteriak seperti itu ketika bicara, oke. Kalau Lucas tidak suka dengan sesuatu, Lucas bisa beritahu baik-baik. Paham?" ucap Lili.

"Paham," sahut Lucas dengan wajah memelas.

"Dan kalau Lucas berbuat salah, harus bilang apa?" Lili tetap mengembang senyumnya, tak ingin menakuti bocah di depannya ini ketika ia mengajari hal yang seharusnya.

"Minta maaf?" Lucas melihat Lili ragu-ragu.

Lili mengangguk. "Kalau begitu bisa ucapkan? Sama ayah Lucas juga loh."

"Lili, Lucas minta maaf karena sudah teriak ke Lili," Lucas kini menatap ayahnya yang sejak tadi memerhatiakan dalam diam. "Dad, maaf sudah teriak tadi," imbuhnya.

Rion tersenyum dan mengangguk. "Dimaafkan."

"Good boy," puji Lili seraya memeluk Lucas kembali.

Jujur saja, Rion terkesan dengan Lili. Seolah gadis itu terbiasa dengan anak kecil dan memiliki pengalaman begitu baik tentang mendidik anak-anak. Bahkan beberapa pengasuh yang merawat Lucas sebelumnya tidak pernah bersikap seperti ini ketika mengajarkan atau meluruskan sesuatu ketika bocah itu berbuat salah, justru cenderung menyudutkan Lucas.

Sedangkan Lili, ia bisa mengajarkan dengan baik mana yang salah dan benar, mana yang harus dilakukan dan tidak oleh bocah tersebut. Rion bertanya-tanya, bagaimana bisa Lucas mengikuti apa yang Lili katakan dengan begitu mudah.

Aku benar-benar harus membuatmu tinggal di rumah ini. Bahkan jika kau mengatakan 'tidak' untuk tawaran itu, akan kubuat kata 'tidak' itu menjadi 'iya' walau harus dengan cara kotor dan kekerasan sekali pun, Lili. Kuharap jawabanmu membuatku tidak harus melakukan dua hal keji itu, batin Rion.

Terpopuler

Comments

Ina Karlina

Ina Karlina

makin posesif aja ni si Daddy...

2025-04-02

1

Wirda Wati

Wirda Wati

dasar mafia

2025-04-08

1

violet

violet

dah mulai tertarik

2025-03-13

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. ANAK HILANG
2 BAB 2. LUCAS
3 BAB 3. BOS?
4 BAB 4. PENJELASAN
5 BAB 5. INFORMASI TENTANG LILI
6 BAB 6. SAKIT
7 BAB 7. PERHATIAN
8 BAB 8. PENAWARAN
9 BAB 9. IZIN
10 BAB 10. KISAH YANG HILANG
11 BAB 11. PINDAH
12 BAB 12. TEMPAT TINGGAL BARU
13 BAB 13. HAL TAK TERDUGA
14 BAB 14. HACKING
15 BAB 15. KEBENARAN RION
16 BAB 16. BACK UP
17 BAB 17. PENGUNTIT
18 BAB 18. PERINTAH
19 BAB 19. INTEROGASI
20 BAB 20. PERASAAN RION
21 BAB 21. TERLACAK
22 BAB 22. KETAKUTAN
23 BAB 23. TEROR
24 BAB 24. MURKA
25 BAB 25. BIANCA
26 BAB 26. PERMINTAAN
27 BAB 27. KABAR
28 BAB 28. LELANG
29 BAB 29. PENYERANGAN
30 BAB 30. PERLAWANAN
31 BAB 31. PULANG
32 BAB 32. SI KEMBAR
33 BAB 33. DANTE DAN RION
34 BAB 34. RENCANA PENANGKAPAN
35 BAB 35. DEAL
36 BAB 36. PENGEJARAN
37 BAB 37. SIAPA DIA?
38 BAB 38. DITENANGKAN
39 BAB 39. TRAUMA
40 BAB 40. TAMU
41 BAB 41. OBROLAN
42 BAB 42. KELUARGA
43 BAB 43. PERTEMUAN
44 BAB 44. TIDAK NYAMAN
45 BAB 45. DANIEL WELLINGTON
46 BAB 46. KASUS
47 BAB 47. INFORMASI
48 BAB 48. DI LUAR DUGAAN
49 BAB 49. BERTEMU
50 BAB 50. EKSEKUSI
51 BAB 51. PANAS
52 BAB 52. MELARIKAN DIRI
53 BAB 53. PERKARA
54 BAB 54. PENANGKAPAN
55 BAB 55. PANIK
56 BAB 56. MENGOBROL
57 BAB 57. PINGSAN
58 BAB 58. ISTIRAHAT
59 BAB 59. CURHAT
60 BAB 60. RENCANA
61 BAB 61. DICULIK
62 BAB 62. TAKUT
63 BAB 63. PENGEPUNGAN
64 BAB 64. DUKA
65 BAB 65. SADAR
66 BAB 66. SYUKUR
67 BAB 67. PUTUS?
68 BAB 68. PEMULIHAN
69 BAB 69. LAMARAN
70 BAB 70. SUKA CITA
71 BAB 71. NOTIF
72 BAB 72. BERANI
73 BAB 73. SIAPA DIA?
74 BAB 74. ORANG ITU
75 BAB 75. GAUN PENGANTIN
76 BAB 76. PERTEMUAN
77 BAB 77. LUKA SEORANG AYAH
78 BAB 78. GUGUP
79 BAB 79. PERNIKAHAN
80 BAB 80. IKRAR
81 BAB 81. BULAN MADU
82 BAB 82. CEMBURU
83 BAB 83. SANTAI
84 BAB 84. LIBURAN
85 BAB 85. DANTE DAN BIANCA
86 BAB 86. DANTE DAN BIANCA
87 BAB 87. DANTE DAN BIANCA
88 BAB 88. DANTE DAN BIANCA
89 BAB 89. AWAL BARU
90 BAB 90. KEPUTUSAN
91 BAB 91. BERUBAH
92 BAB 92. KABAR
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1. ANAK HILANG
2
BAB 2. LUCAS
3
BAB 3. BOS?
4
BAB 4. PENJELASAN
5
BAB 5. INFORMASI TENTANG LILI
6
BAB 6. SAKIT
7
BAB 7. PERHATIAN
8
BAB 8. PENAWARAN
9
BAB 9. IZIN
10
BAB 10. KISAH YANG HILANG
11
BAB 11. PINDAH
12
BAB 12. TEMPAT TINGGAL BARU
13
BAB 13. HAL TAK TERDUGA
14
BAB 14. HACKING
15
BAB 15. KEBENARAN RION
16
BAB 16. BACK UP
17
BAB 17. PENGUNTIT
18
BAB 18. PERINTAH
19
BAB 19. INTEROGASI
20
BAB 20. PERASAAN RION
21
BAB 21. TERLACAK
22
BAB 22. KETAKUTAN
23
BAB 23. TEROR
24
BAB 24. MURKA
25
BAB 25. BIANCA
26
BAB 26. PERMINTAAN
27
BAB 27. KABAR
28
BAB 28. LELANG
29
BAB 29. PENYERANGAN
30
BAB 30. PERLAWANAN
31
BAB 31. PULANG
32
BAB 32. SI KEMBAR
33
BAB 33. DANTE DAN RION
34
BAB 34. RENCANA PENANGKAPAN
35
BAB 35. DEAL
36
BAB 36. PENGEJARAN
37
BAB 37. SIAPA DIA?
38
BAB 38. DITENANGKAN
39
BAB 39. TRAUMA
40
BAB 40. TAMU
41
BAB 41. OBROLAN
42
BAB 42. KELUARGA
43
BAB 43. PERTEMUAN
44
BAB 44. TIDAK NYAMAN
45
BAB 45. DANIEL WELLINGTON
46
BAB 46. KASUS
47
BAB 47. INFORMASI
48
BAB 48. DI LUAR DUGAAN
49
BAB 49. BERTEMU
50
BAB 50. EKSEKUSI
51
BAB 51. PANAS
52
BAB 52. MELARIKAN DIRI
53
BAB 53. PERKARA
54
BAB 54. PENANGKAPAN
55
BAB 55. PANIK
56
BAB 56. MENGOBROL
57
BAB 57. PINGSAN
58
BAB 58. ISTIRAHAT
59
BAB 59. CURHAT
60
BAB 60. RENCANA
61
BAB 61. DICULIK
62
BAB 62. TAKUT
63
BAB 63. PENGEPUNGAN
64
BAB 64. DUKA
65
BAB 65. SADAR
66
BAB 66. SYUKUR
67
BAB 67. PUTUS?
68
BAB 68. PEMULIHAN
69
BAB 69. LAMARAN
70
BAB 70. SUKA CITA
71
BAB 71. NOTIF
72
BAB 72. BERANI
73
BAB 73. SIAPA DIA?
74
BAB 74. ORANG ITU
75
BAB 75. GAUN PENGANTIN
76
BAB 76. PERTEMUAN
77
BAB 77. LUKA SEORANG AYAH
78
BAB 78. GUGUP
79
BAB 79. PERNIKAHAN
80
BAB 80. IKRAR
81
BAB 81. BULAN MADU
82
BAB 82. CEMBURU
83
BAB 83. SANTAI
84
BAB 84. LIBURAN
85
BAB 85. DANTE DAN BIANCA
86
BAB 86. DANTE DAN BIANCA
87
BAB 87. DANTE DAN BIANCA
88
BAB 88. DANTE DAN BIANCA
89
BAB 89. AWAL BARU
90
BAB 90. KEPUTUSAN
91
BAB 91. BERUBAH
92
BAB 92. KABAR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!