Jangan Menikahinya, Kak!

Johan menuruni anak tangga, dia sudah siap untuk pergi bekerja sekarang. Saat dia sampai di anak tangga terakhir, dia melihat Evi yang berjalan dengan membawa nampan.

"Kau mau kemana?"

Evi terlihat takut saat melihat Johan, takut Johan akan melarang apa yang dia lakukan saat ini. "Em, i-ini Tuan, mau mengantar bubur untuk Nona. Dia demam semalam"

Johan menatap semangkuk bubur dan segelas susu di atas nampan yang dibawa oleh Evi. "Oh begitu, biar aku saja yang bawa padanya. Aku juga belum melihat keadaannya sejak kemarin"

Evi mencoba menahan nampan yang sudah ingin diambil oleh Johan. Takut jika Johan mungkin akan melukai Nonanya juga. Tapi, dia juga tidak bisa terus menahan nampan itu saat tenaga Johan lebih kuat. Akhirnya nampan itu berpindah tangan pada Johan.

"Kau kembali bekerja saja"

Johan berlalu ke kamar istrinya, membuka pintu dan melihat Aruna yang masih terlelap. Namun ada yang aneh, dia melihat bekas darah kering di sekitar hidungnya.

"Apa separah itu demamnya sampai dia mimisan?" Johan menyimpan nampan di atas nakas. Lalu menepuk kaki Aruna. "Bangun, mau sampai mati kau tidur"

Aruna mengerjap pelan, kepalanya terasa begitu sakit. Dia memejamkan matanya sejenak, lalu terbangun. "Kak, ada apa?"

"Aku bawakan bubur untukmu. Jangan sakit disini, merepotkan"

Aruna tersenyum pedih, semua ucapan itu memang begitu menyakitkan. Tapi sudah sering dia dengar, hingga terasa sudah terbiasa. "Aku tidak akan cepat mati Kak, aku ingin memperjuangkan kamu untuk mencintaiku"

Johan hanya terkekeh, dia menatap Aruna dengan lekat. "Jika aku menikahi Jesika, apa kau akan tetap bertahan denganku?"

Deg, jantung Aruna seolah lepas dari tempatnya sekarang. Hal yang dia takutkan apa akan terjadi? Tidak, jangan sampai Kak Johan menikah dengan Kak Jesika.

"Aku tidak akan mengizinkan kamu menikahi lagi, Kak. Karena hanya aku yang boleh menjadi istrimu. Hanya aku!"

Tatapan Johan terlihat begitu tajam menusuk sekarang. Aruna juga takut, dia menundukan kepalanya. Sekarang apa yang akan Johan lakukan padanya, setelah dia mengatakan hal itu.

"Dan aku tidak pernah mau mempunyai istri sepertimu! Kau setuju atau tidak, aku tetap akan menikahi Jesika. Lagian yang publik tahu, jika aku menikah dengan Jesika. Bukan kau! Ingat, kau hanya menjadi istri bayangan"

Ya, Aruna sadar akan posisinya itu, tidak perlu Johan jelaskan tentang itu. Tapi, untuk melihat suaminya menikahi Kakaknya, Aruna juga tidak akan pernah membiarkan itu terjadi. Saat Johan ingin melangkah pergi, Aruna langsung memegang tangannya, hingga dia terjatuh dari atas tempat tidur karena dirinya yang masih begitu lemah.

"Kak, aku mohon jangan menikah lagi. Jangan menikahi Kak Jesi, biarkan tetap aku menjadi istrimu. Mungkin aku akan segera mati, dan setelah itu kamu boleh menikahi siapapun"

Apa yang Aruna katakan? Tapi dia memeluk kaki Johan dengan berkata seperti itu. Seolah dia siap untuk mati sebagai istrinya Johan, dan setelah itu dia tidak akan mengganggu kehidupan pria yang dicintainya lagi.

"Lepas! Menunggumu mati akan lama. Dan aku ingin menikahi Jesika sekarang. Kalau kau tidak setuju, bercerai saja denganku"

Aruna langsung menggeleng pelan, lingkaran tangannya semakin erat di kaki Johan. "Tidak Kak, aku ingin tetap menjadi istrimu. Jangan ceraikan aku, dan jangan menikahi Kak Jesika"

Johan mulai terpancing emosi, dia berpegangan pada nakas dan ingin melepaskan kakinya dari pelukan Aruna. Sampai tangannya menyenggol bubur panas di atas nakas hingga tumpah ke atas bahu Aruna.

"Argh.. Panas, panas"

Aruna langsung melepaskan pelukannya pada kaki Johan, dia menepuk-nepuk bahunya yang melepuh. Bubur itu menembus piyama tidur tipis yang dia gunakan. Terasa sangat membakar kulitnya.

"Jangan pernah mencegah apa yang ingin aku lakukan. Itu akibatnya!" Johan berlalu begitu saja, meninggalkan Aruna yang kepanasan di bahunya.

Aruna membuka baju piyamanya untuk sedikit menghilangkan panas yang terasa terbakar di bahunya. Matanya berkaca-kaca melihat kepergian Johan yang sama sekali tidak peduli padanya.

"Benar, aku mati pun dia tidak akan peduli. Tapi, aku tidak ingin dia terjebak dengan Kak Jesika. Aku harus mulai mengumpulkan bukti, dan memberikan pada Kak Jo, sebelum dia benar-benar menikahi Kak Jesi"

*

Bahunya sudah diobati oleh Evi, siapa lagi yang akan mengobatinya jika bukan dia. Bekas yang cukup parah di sekitar bahu dan tengkuk lehernya.

"Nona, ini mungkin akan ada bekas"

Aruna tidak menjawab, wajar saja jika ada bekas, karena sekarang bekas luka di hatinya bahkan lebih banyak dan lebih sulit disembuhkan.

"Oh ya Evi, kemana Kak Johan? Apa dia pergi?"

"Ya, dia pergi bekerja"

"Evi" Aruna berbalik dan duduk bersila menghadap Evi di atas tempat tidur ini. Memegang kedua tangannya. "Aku harus menyelesaikan sesuatu. Aku akan pulang dulu ke rumahku. Tolong kamu beritahu aku jika Kak Johan kembali ya. Jangan sampai dia tahu aku pergi"

"Nona mau apa pulang ke rumah? Jangan melakukan hal nekat lagi Nona. Saya takut Nona akan disiksa Tuan Johan lagi"

"Sudah, kamu tenang saja. Aku harus melakukan ini"

Aruna turun dari tempat tidur, mengambil sweaternya dan memakainya. Dia memesan taksi online dan segera pergi. Sementara Evi cukup cemas dengan kepergian Nona Mudanya itu.

"Semoga Nona baik-baik saja, dan Tuan Johan terlambat pulang hari ini"

*

Susana rumah sepi, hanya ada Bibi yang berada di dapur. Aruna ingat jika hari ini juga jadwal arisan Mamanya, dan dia bisa pergi ke dalam rumah dengan tenang. Ayahnya bekerja, dan Jesika sudah pasti ikut Mamanya. Jadi dia bisa lebih bebas.

"Aruna?"

Aruna menoleh dan melihat Bibi, pekerja di rumah ini yang selalu peduli padanya. Bibi terlihat berkaca-kaca melihat Aruna sekarang. Dia tahu bagaimana kehidupan gadis ini yang selalu menjadi anak tak dianggap di rumah ini.

"Bibi, aku kangen banget" Aruna langsung memeluk Bibi, dan terdengar isakan kecil. "Bibi baik-baik saja 'kan disini?"

"Iya Neng, Bibi baik. Neng Aruna gimana? Bibi juga kangen"

"Aku baik Bi, aku datang kesini untuk mencari sesuatu" ucap Aruna.

Bibi menatapnya dengan bingung dan penuh tanya. "Apa ada yang bisa Bibi bantu?"

"Aku mencari sebuah flashdisk yang disimpan Kakakku. Berwarna hitam. Bisa bantu Bibi cari"

"Ayo kita cari di kamar Nona Jesika"

Aruna mengikuti Bibi yang sudah menarik duluan tangannya ke kamar Jesika. Mereka mulai mencari, mulai dari di bawah bantal, di kolong tempat tidur, di bawah meja, di balik bantal sofa, dan di laci-laci dan lemari.

"Aduh, kok tidak ada ya"

"Neng, ini bukan?" teriak Bibi yang berlari dari arah ruang ganti dengan membawa benda kecil yang mereka cari.

"Ah Bibi, iya ini. Terima kasih" ucap Aruna yang langsung memeluk Bibi dengan senang.

"Tapi Neng, Bibi juga menemukan ini. Sepertinya ini penting, Neng lihat dulu" ucap Bibi sambil menunjukan sebuah map coklat.

Aruna mengambilnya dan membukanya, dia terdiam. Matanya mengerjap kaget membaca setiap kata yang berada di atas kertas itu.

"Ya ampun Neng" Bibi ikut terkejut saat melihatnya.

"Bibi jangan sampai bicara tentang ini pada siapapun ya. Biar aku yang mengurusnya. Sekarang kita rapikan kembali kamar ini, takutnya Kak Jesi akan curiga" ucap Aruna sambil memasukan kembali kertas itu ke dalam map coklat.

"Sebaiknya Neng pergi saja sekarang. Biar Bibi yang bereskan ini. Takutnya keburu mereka datang"

"Beneran Bi?"

"Iya, cepat pergi"

Aruna kembali memeluk Bibi sekilas sebelum dia pergi. "Terima kasih ya Bi"

Bersambung

Terpopuler

Comments

mbok Darmi

mbok Darmi

semoga sruna hamil dan pergi jauh, biarkan Jogan menikahi jesika wanita yg dicintainya terserah ending nya mau seperti apa bukan urusan mu Aruna jgn bodoh kamu mengorbankan hidup dan kebahagiaan mu demi johan yg tdk menghargai dan mengharapkan mu

2025-01-12

0

sutiasih kasih

sutiasih kasih

mau smpe kpan km perjuangin suami bodohmu aruna....
capek brjuang sndirian aruna.... biarlah johan trsesat dgn tipuan perempuan rubah....

2025-02-08

0

ken darsihk

ken darsihk

Apa yng kamu cari Aruna di kamar nya Jesi

2025-01-25

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!