Beri Waktu 3 Bulan

Ketika Aruna kembali ke rumah, dia tertegun saat melihat mobil milik suaminya sudah terparki di garasi. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Dia akan marah sekali. Gumamnya dalam hati dengan perasaan yang begitu was-was dan takut.

"Honey, kamu benar akan menikahiku?"

"Iya, sudah aku bilang hanya kau yang akan menjadi istri yang paling aku cintai"

"Tapi, aku hanya mau menjadi istrimu satu-satunya. Kenapa tidak ceraikan saja Aruna?"

"Tidak mungkin, orang tuaku tidak mengizinkan aku menceraikannya. Bahkan untuk menikahimu saja, mereka tidak mengizinkan. Jadi, terpaksa pernikahan ini akan tanpa tahu orang tuaku"

"Hey, jangan cemberut dong. Yang terpenting kau yang aku cintai"

Langkah kaki Aruna seolah begitu lemas, dia baru saja membuka sedikit pintu. Mendengar semua percakapan diantara dua orang itu, membuatnya begitu sakit. Dadanya begitu sesak, tubuhnya bergetar, dia memegang dadanya sendiri. Bahkan perlu bersandar pada dinding untuk menahan tubuhnya agar tidak ambruk ke lantai. Air mata mengalir deras, berjatuhan ke atas lantai.

Menatap sebuah map ditangannya, dia masih punya kesempatan. Ya, jangan berhenti berharap. Coba untuk memanfaatkan sisa waktu dan celah yang ada hanya untuk apa? Hanya ingin mencintai dan dicintai.

Menghentikan tangisannya, mengusap sisa air mata di pipinya, Aruna mulai memberanikan diri untuk melangkah masih. Map yang dia bawa, disembunyikan di balik sweaternya.

"Pergi kemana kau?!"

Pertanyaan yang penuh nada penekanan itu menghentikan langkah Aruna, dia menoleh pada Johan dan Jesika yang sedang berpelukan nyaman di atas sofa. Jantung Aruna sudah bergemuruh, ingin sekali marah melihat adegan itu. Dia cemburu, ya dia sangat cemburu dan ingin sekali menarik Jesika untuk menyingkir dari pelukan suaminya. Tapi tentu dia tidak berani melakukan itu.

"Aku hanya keluar sebentar, mencari angin dan membeli obat"

Beruntung di perjalanan tadi Aruna memang mampir ke apotek dan membeli obat untuk menjadi alasan jika sewaktu-waktu dia akan dipertanyakan seperti ini. Dia mengangkat kantong plastik bening di tangannya yang berisi beberapa obat.

"Apa kau masih sakit?"

Aruna tersenyum tipis, bahkan dia tidak merasa itu pertanyaan penuh perhatian. Tapi, dia selalu senang hanya dengan pertanyaan seperti itu yang menunjukan penuh kepedulian. Meski, mungkin tidak.

"Iya, kepalaku masih pusing dan bahuku juga sakit. Ini sekalian beli salep anti luka bakar"

Johan sedikit mengernyit, mengingat bubur panas yang tadi pagi tumpah mengenai bahu istrinya. "Apa lukanya parah?"

"Honey, apaan sih. Ada aku loh disini, kenapa begitu perhatian padanya"

Johan langsung beralih pada kekasihnya yang terlihat cemberut. "Tidak, aku hanya penasaran saja. Karena aku tidak mau dia mati disini"

Aruna tersenyum pedih, dia berlalu dari sana tanpa mau melihat adegan mesra di depannya lagi. Lebih baik pergi ke kamarnya dan segera melakukan riset pada flashdisk yang dia bawa dari rumah.

"Semoga rekamannya masih ada. Aku ingat tidak menyimpan dalam satu file"

Aruna terus mengotak-ngatik laptop yang menyala di depannya. Membuka beberapa file yang ada di dalam flashdisk itu. Tapi, dia tidak menemukan sebuah video yang dia simpan. Langsung menghela nafas kasar, dia gagal. Satu-satunya bukti, tidak dia dapatkan.

"Ternyata sudah di hapus oleh Kak Jesika. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Sudah pasti Kak Johan juga tidak akan percaya padaku jika aku mengatakannya tanpa beserta bukti yang akurat"

Aruna berjalan ke arah tempat tidur, kepalanya tiba-tiba terasa pusing. Aliran darah dari hidungnya menetes ke atas lantai. Penglihatan Aruna yang mulai mengabur, dia memegang bagian perutnya yang juga terasa sakit.

"Bertahanlah sebentar lagi Aruna, jangan dulu mati sekarang"

Aruna memaksakan berjalan ke arah nakas dengan tangan berpegangan pada pinggir tempat tidur. Membuka laci nakas dan mengambil obat disana, meminumnya dengan segera dengan segelas air yang ada di atas nakas. Lalu, duduk di pinggir tempat tidur dengan masih memegang perutnya.

"Sial, kenapa makin sakit sih. Padahal terus minum obat"

Aruna mengambil beberapa lembar tisu dan membersihkan lubang hidungnya yang berdarah. Lalu merebahkan tubuh di atas tempat tidur.

"Kepalaku sakit sekali. Mungkin dengan tidur sebentar, akan lebih baik"

*

Entah pukul berapa sekarang, tapi Aruna terbangun saat di rasa mual di perutnya. Dia berlari ke kamar mandi dan muntah di depan wastafel. Kepalanya masih begitu pusing.

"Arghh... Sakit sekali"

Bahkan perutnya terasa di aduk-aduk dan terus memuntahkan cairan. Setelah cukup hilang rasa mualnya, dia segera mencuci muka dan mencoba untuk menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah pucat dengan memar di sekitar rahang dan leher. Bahkan bahu dan tengkuk lehernya yang di perban karena bekas bubur panas tadi.

"Bagaimana Kak Jo akan menyukaiku, jika aku seperti ini. Aku harus mulai berdandan mulai sekarang"

Ada dorongan penuh semangat dalam dirinya, dia segera mandi dan berganti pakaian. Lalu duduk di depan meja rias dan memoles tipis riasan ke wajahnya. Menggunakan pewarna bibir yang tidak cukup kontras untuk kulitnya yang putih bersih. Menutupi lebam di rahangnya dengan makeup. 

"Nah, begini lebih baik"

Aruna berjalan keluar kamar, dia pergi ke ruang tengah. Ada suaminya disana, sendirian dan sedang membaca sebuah majalah. Jesika mungkin sudah pergi sejak tadi.

Aruna menghampirinya, kali ini dia tidak akan membuat suaminya marah. Karena jika tidak terpancing, maka Johan tidak akan menyiksanya. Dan dia ingin tampil cantik di depannya, tidak ingin Johan merusak riasan di wajahnya ini.

"Kak, boleh aku bicara sebentar?"

Johan mendongak sekilas, lalu kembali fokus pada majalah ditangannya. "Bicara saja"

Tangan Aruna saling meremas, bahkan dia begitu tegang sebelum berbicara. "Ini tentang pernikahan Kak Jo dan Kak Jesika. Em..."

Aruna kesulitan untuk melanjutkan ucapannya. Dia takut sekali akan salah bicara dan Johan akan marah dan kembali menyiksanya. Johan langsung mendongak, menatapnya dengan alis terangkat.

"Ada apa? Kau mau bilang kalau aku tidak setuju? Kau pikir aku butuh persetujuanmu? Tidak sama sekali!"

Aruna tersenyum tipis, dia menghembuskan nafas pelan sebelum melanjutkan ucapannya. "Tidak Kak, aku sadar jika memang hanya Kak Jesika yang Kak Johan inginkan. Tapi, apa boleh aku minta satu permintaan saja. Hanya satu, dan aku janji setelah itu terpenuhi, aku akan mengajukan perceraian dan pergi dari kehidupan Kak Jo"

Johan menutup majalah dan menyimpannya di atas meja. Menatap Aruna dengan tajam, dia ingin tahu apa yang akan diminta oleh istri bayangannya ini.

"Apa?"

Aruna tersenyum tipis, sepertinya ada sebuah harapan kecil baginya. "Berikan aku waktu 3 bulan untuk menjadi istri Kak Johan yang sebenarnya. Hanya 3 bulan Kak, aku akan melayani Kak Johan seperti seorang istri yang sebenarnya. Tolong izinkan aku. Hanya itu yang aku mau, dan setelah itu jika Kak Jo tetap tidak bisa mencintaiku dan membuka hati untukku. Maka aku akan pergi dari kehidupan Kak Jo tanpa kembali. Dan Kak Jo bisa menikahi Kak Jesi. Aku mohon"

Johan terdiam, melihat Aruna yang bahkan sampai mengatupkan kedua tangan di dadanya. Tiga bulan? Aku rasa tidak masalah, karena aku juga tidak mungkin jatuh cinta padanya dalam waktu 3 bulan.

"Hanya 3 bulan dan tidak lebih!"

"Iya"

"Baiklah"

Aruna langsung tersenyum senang mendengarnya. Dia akan berjuang selama 3 bulan ini.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

ken darsihk

ken darsihk

💪💪 Aruna
Semoga perjuangan mu selama 3 bulan berbuah manizzz

2025-01-25

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!