Apa Hatinya Sudah Berpaling?

Aruna keluar dari ruang ganti, berdiri di depan cermin dan menatap pantulan dirinya disana. Bekas kemerahan dari lengan Johan masih terlihat jelas di lehernya. Bahkan saat dia batuk dan minum pun, tenggorokannya terasa sakit.

Sial, disaat seperti ini perutnya kembali sakit. Kepalanya mulai pusing, dan darah segar keluar dari lubang hidungnya. Aruna menghembuskan nafas berat dengan memegang bagian perutnya yang terasa sakit. Berjalan sempoyongan ke arah tempat tidur dan duduk disana. Mengambil beberapa lembar tisu, dan membersihkan lubang hidungnya yang berdarah.

"Jika sudah waktunya, bahkan aku sudah siap. Karena percuma terus berjuang dengan pria yang sama sekali tidak pernah membuka hati untukku. Hatinya terkunci rapat untukku"

Aruna mengusap kasar air mata yang lolos begitu saja. Hatinya bedenyut nyeri, tatkala dia mengingat tentang dirinya yang bahkan tidak mempunyai kesempatan lagi setelah 3 bulan ini berakhir. Aruna merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, memejamkan matanya perlahan dengan tangan masih memegang bagian samping perutnya. Rasa sakit yang masih terlalu menyiksanya.

"Ya Tuhan, jika memang tidak ada kesempatan untuk aku bahagia, maka aku tidak akan berharap lagi untuk kebahagiaan itu sendiri"

Perlahan mata Aruna terpejam, merasakan sakit yang belum hilang. Tapi, perlahan rasa sakitnya hilang, seiring dengan kesadarannya yang juga hilang. Aruna hanya menemukan ketenangan di dalam matanya yang terpejam.

*

Biarkan kematian itu sendiri yang menjemputku.

Sebuah kalimat yang terngiang-ngiang dalam ingatan Johan saat ini. Ucapan dengan tatapan mata penuh rasa putus asa itu. Dan itu membuat Johan sedikit terganggu sampai sekarang.

Johan menuruni anak tangga, sudah siap dengan pakaian kerjanya. Berhenti di anak tangga terakhir, melirik ke arah pintu kamar Aruna yang masih tertutup. Bahkan baru saja beberapa hari lalu mereka begitu baik, bisa makan kue bersama, Johan yang memintanya untuk memasangkan gelang hadiah dari Aruna ditangannya secara langsung. Tapi, kenapa kemarin dia harus melihat Aruna yang pergi dengan pria yang sama dan melihat wajah Aruna yang berseri bahagia.

Johan tidak suka itu. Aruna yang terlihat bahagia bersama pria lain. "Seharusnya dia meminta izin untuk pergi dengan pria itu. Memangnya dia siapa? Apa mungkin dia akan bersama pria itu setelah waktu tiga bulan itu habis?"

Asumsi baru yang muncul dalam pikirannya. Johan melanjutkan langkahnya, dia melihat Arvin yang menjemputnya hari ini. Sudah menunggu di depan mobilnya.

"Kenapa dengan wajahmu? Seperti sedang banyak beban?" ledek Arvin.

Johan langsung masuk ke dalam mobil, mengabaikan ucapan Arvin. "Cepatlah, aku sedang tidak ingin banyak bicara denganmu"

Arvin mengangkat bahunya acuh, dia masuk ke dalam mobil. Duduk dibalik kemudi, dan mulai melajukan mobilnya. Sesekali melirik dari kaca spion di atasnya, melihat Johan yang lebih banyak diam dengan memandang keluar jendela.

Apa aku cemburu? Tidak! Itu tidak mungkin terjadi. Aku tidak mungkin mencintainya.

Johan masih menyangkal perasaannya yang ternyata tidak sesederhana yang dia pikirkan. Semakin melihat tatapan mata Aruna yang penuh luka, tatapan memohon yang Johan abaikan, itu membuatnya sakit sekarang.

Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela.

Ucapan Aruna terus terngiang dalam ingatannya.

Apa dia begitu besar mencintaiku? Kenapa sampai mengatakan jika dia rela terluka untuk mencintaiku. Argh.. Kenapa aku peduli dengannya. Ingat Jo, dia yang sudah menghancurkan rencana pernikahanmu dan Jesika. Wanita yang aku cinta.

"Ada apa? Bertengkar lagi dengan Jesika? Lagian ya, kau itu terlalu menuruti semua keinginan Jesika, membuat dia jadi sangat manja dan menysahkan"

Suara Arvin menyadarkannya dari segala lamunan. "Vin, menurumu jika seseorang mengatakan jika kematian akan menjemputnya, apa artinya?"

Arvin langsung mengerutkan keningnya, merasa cukup bingung dengan ucapan Johan. "Kenapa kau tiba-tiba membahas kematian? Kau akan mati besok?"

Bugh... Johan menendang belakang kursi yang di duduki oleh Arvin di depannya. Asistennya yang sangat kurang ajar. "Bukan itu sialan! Ada seseorang yang mengatakan itu padaku"

Arvin mengangguk kecil, dia paham sekarang dengan pertanyaan Johan barusan. "Mungkin usia orang itu tidak lagi lama di dunia ini. Bisa saja dia menderita penyakit berat, dan umurnya sudah ditentukan oleh Dokter berapa lama lagi bisa bertahan. Memangnya siapa yang bicara seperti itu?"

Johan tidak menjawab lagi, dia hanya diam dengan pikirannya sendiri.

Penyakit berat? Apa mungkin dia ... ah, aku sering melihat dia mimisan. Apa dia sakit? Sial, kenapa aku memikirkannya. Kenapa aku peduli?

Seharian Johan hanya fokus pada pekerjaan, dan pikirannya masih terus tertuju pada ucapan Aruna dan penjelasaan Arvin tadi pagi. Ketika waktu pulang kerja tiba, Johan langsung memutuskan untuk pulang. Meski biasanya dia akan lebih lama berada di Perusahaan dan hanya terus bekerja. Tapi sekarang, dia memilih pulang lebih awal.

"Tumben sekali kau ingin pulang sekarang? Apa merindukan istrimu itu ya?"

"Diam kau, menyetir saja dengan benar!"

Arvin hanya terkekeh saja, dia merasa senang menggoda Atasannya yang begitu keras kepala itu. Tidak pernah mau menerima saran orang lain jika tentang masalah hati dan perasaan. Masih saja begitu yakin jika hatinya tetap untuk Jesika, meski dia sudah mempunyai istri sekarang.

"Sebenarnya Aruna itu manis sekali, apalagi kalau tersenyum, gigi gingsulnya itu uhh... Menggemaskan sekali. Tapi, kenapa kau bisa begitu membencinya ya? Tapi jika nanti dia bercerai denganmu, aku siap menjadikan dia istriku"

Bugh... Tendangan keras dari arah belakang ke kursi yang di dudukinya. Arvin tertawa kencang, senang melihat kemarahan Atasannya ini.

Ada gejolak aneh di dadanya, Johan tidak suka mendengar Arvin memuji istrinya. Padahal Johan sendiri hanya menghinanya, tapi mendengar pria lain memuji Aruna, dia seakan tidak rela.

Ada apa denganku sebenarnya?

"Cemburu ya? Bilang saja, tidak perlu malu. Cemburu 'kan tandanya cinta. Kau sudah jatuh cinta pada Aruna"

Jatuh cinta? Pada Aruna? Mungkinkah? Johan bingung sendiri dengan perasaannya. Jika itu adalah cinta apa mungkin terjadi? Ketika dia yang sangat membencinya.

Apa mungkin sebuah perasaan benci bisa jadi cinta? Tidak! Itu tidak mungkin terjadi, yang aku cintai hanya Jesika.

"Mana mungkin, aku masih mencintai Jesika. Kau tahu sendiri jika aku sulit berpaling, karena aku mencintai dengan sepenuh hati"

"Yakin? Tapi yang aku lihat, perasaanmu sudah mulai goyah oleh Aruna. Lagian, apa bagusnya Jesika dibandingkan Aruna? Bahkan dia sangat manja dan hanya merepotkan"

Perasaanku? Goyah? Apa mungkin aku memang sudah jatuh cinta pada Aruna? Sial, Jo, apa yang kau pikirkan. Itu tidak mungkin!

Johan tidak menjawab lagi, dia hanya diam dengan menatap keluar jendela mobil. Memijat pelipisnya yang terasa pening. Ya sekarang dia harus bagaimana? Sebenarnya dia mulai menyadari jika hatinya mulai goyah sekarang.

Apa benar hatinya masih milik Jesika, atau bahkan sudah berpaling ke lain hati?

*

Aruna berjalan keluar kamar dengan sempoyongan, perutnya yang masih sakit meski sudah meminum obat dua kali hari ini. Bahkan sudah berapa kali Aruna muntah sejak pagi hingga sore hari. Kepalanya juga terasa begitu pusing.

"Nona, sebaiknya kita ke Dokter saja" saran Mia.

"Tidak perlu Mia, ini sudah biasa. Sebentar lagi akan sembuh"

"Tapi Nona ..."

Ucapan Mia menggantung saat dia melihat kedatangan Johan. Mia mengangguk pelan, lalu pergi dari sana. Johan menghampiri Aruna yang duduk di sofa. Kepalanya bersandar di sandaran sofa dengan mata yang terpejam. Johan menatap kening Aruna yang mengernyit dan terlihat keringat yang membasahi keningnya.

Mungkin dia sakit berat dan umurnya sudah ditentukan oleh Dokter.

Ucapan Arvin kembali terngiang dalam ingatan Johan. Apa dia benar-benar sakit? Apa umurnya memang tidak akan lama lagi. Sial, kenapa dadaku sakit membayangkan dia akan segera pergi selamanya.

Matanya terasa memanas, Johan mengusap ujung matanya yang berair. Itu hanya bayangan dan pikirannya saja, tapi dia merasa sakit dan sampai mengeluarkan air mata hanya karena membayangkan Aruna akan pergi selamanya.

Perlahan Johan mendekat, mengusap peluh di kening Aruna. Membuat Aruna tersentak kaget dan langsung membuka matanya.

"Kak Jo, sudah pulang ya" ucap Aruna yang langsung menegakkan tubuhnya.

"Kau sakit?"

Aruna merasakan tangan Johan yang masih berada di keningnya. Mengecek suhu tubuh Aruna dengan punggung tangannya.

"Tidak, hanya pusing sedikit" ucap Aruna sambil tersenyum.

"Jika sakit, periksalah ke Dokter"

Aruna tersenyum tipis, menganggap ucapan Johan barusan adalah sebuah perhatian untuknya. Aruna senang dengan itu. Meski, dia tetap harus sadar diri jika mungkin itu hanya harapannya yang terlalu tinggi.

"Aku tidak papa Kak, hanya pusing sedikit"

"Baiklah, aku akan mandi dulu, Malam ini makan bersama denganku"

"I-iya"

Aruna mengangguk dengan senyuman tipis, sungguh dia mulai merasa senang dan bahagia saat mendengar Johan sendiri yang mengajaknya makan bersama lebih dulu.

Nikmati saja saat-saat seperti ini, Aruna. Karena mungkin ini tidak akan lama lagi.

Bersambung

Terpopuler

Comments

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

gk bisa bayangin kalo ntar johan pas tau aruna sakit n ninggalin dia,,,pasti nyesel setengah mati dehhh

2025-01-21

0

sutiasih kasih

sutiasih kasih

baca dri awal smpe part ini.... bner2 bikin banjir😭😭😭😭😭

2025-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!